❤❤❤
...Esoknya, Nindya beserta dua orang pelayan bersiap-siap untuk keluar ibu kota dengan menggunakan kereta kerajaan....
...(Note: kereta kerajaan adalah kereta berukuran sangat kecil yang dikemudikan oleh kuda)...
...Nindya terlihat duduk dengan tenang di dalam kereta tersebut. Sesekali ia membuka tirai kereta untuk melihat-lihat keluar....
..."Tia, kira-kira kapan kita akan sampai ke tempat tujuan?" Nindya bertanya seraya menatap salah satu pelayan yang duduk di hadapannya....
..."Putri, menurut yang kutahu, kita akan sampai esok pagi," Balas pelayan itu. Nindya mengangguk mengerti. "Eh, kudengar di sana ada sebuah pasar yang ramai?" Tanya Nindya pada dua pelayan tersebut. Pelayan tersebut berdeham, kemudian menjawab, "Ya, kira-kira begitu Putri,"...
..."Oh iya. Apakah kalian pernah pergi ke sana?" Nindya menatap ke-dua pelayan bergantian. "Baiklah, kalian tidak harus sungkan padaku jika sedang di luar Istana. Jangan terlalu formal," Pinta Nindya. Ke-dua pelayan itu tersenyum canggung. Lalu menganggukkan kepala bersama....
...Sepanjang perjalanan, Nindya selalu berceloteh tentang ini dan itu. Ia terlihat sangat gembira karena akhirnya bisa melihat dunia luar. Tingkah Nindya selalu membuat ke-dua pelayan tersebut tertawa bersama. Mereka juga saling berbincang-bincang sambil sesekali melempar canda....
...****************...
...Malam harinya, Nindya terbangun dengan posisi duduk. Ia memperhatikan ke-dua pelayan yang kini masih tertidur pulas. Nindya tak berniat membangunkan mereka sama sekali....
...Ia membuka tirai sedikit dan melihat ke arah pengemudi kereta kuda, "Kita sudah sampai di mana ya?" Nindya mengeluarkan kepalanya agar dapat melihat pengemudi itu. "Kita sedang mengarah ke Pasar, Putri," Balas pengemudi itu tanpa menoleh sedikit pun....
...Nindya tak berniat melanjutkan bertanya. Ia lebih memilih melanjutkan tidurnya yang sempat terputus. Nindya siap memiringkan tubuhnya. Ia menyandarkan kepalanya pada dinding kereta tersebut....
...Tak butuh waktu berapa lama untuk Nindya tertidur pulas. Selamat malam....
...~~~...
...Pagi harinya, Nindya terbangun karena mendengar suara keramaian yang mengganggu tidurnya. Ia menyibak tirai dan ternyata pagi telah tiba. Ternyata suara keramaian yang ia dengar berasal dari luar kereta. "Sekarang kita berada di mana?" Nindya bertanya pada pengemudi kuda itu. "Kita sudah sampai di Pasar, Putri," Balasnya sopan....
...Nindya terdiam sesaat. "Berhenti!" Pintanya. Kereta yang ditumpanginya pun refleks mendarat tepat di tengah-tengah Pasar tersebut. "Ada apa, Putri?" Aidah, salah satu pelayannya bertanya sambil menatap Nindya yang menghentikan kereta. "Aku ingin ke Pasar ini sebentar saja. Aku ingin melihat-lihat barangnya....
...Tia dan Aidah mengangguk mengerti. "Mari kami antar!" Ujar Tia dan Aidah hampir bersamaan. Nindya menggeleng. "Biarkan aku pergi sendiri. Tidak lama kok," Pintanya lagi. Tia dan Aidah yang awalnya ragu-ragu akhirnya mengangguk karena Nindya yang terus meminta untuk membiarkan nya pergi sendiri....
...Nindya memerintahkan mereka untuk menunggunya di samping toko sayur-mayur, karena kebetulan memang ada jalan kosong yang pas untuk memarkir kereta tersebut. Nindya turun dari kereta tersebut dengan senyuman lebar di bibirnya. Ia segera mencari barang apa yang bagus untuk dibelinya....
...Setelah cukup lama ia berjalan, akhirnya ia menemukan toko yang berbagai macam perhiasan dan pernak-pernik. Ia memilah perhiasan yang akan dibelinya. Kemudian matanya tak sengaja bertemu dengan sebuah gelang berwarna merah-putih. Ia mengambilnya dan mencoba memakainya di tangan....
..."Wah, Nona, selera anda memang bagus. Gelang ini adalah gelang terbaik di tokoku. Selama ini belum ada yang bisa membelinya karena harganya yang sangat mahal." Ujar pemuda yang diyakini Nindya adalah pemilik toko itu. "Hal itulah yang membuatku terpaksa menurunkan sedikit harganya," lanjut pemuda tersebut....
...Nindya tersenyum,...
... "Hmm, sepertinya ia tidak tahu bahwa aku adalah seorang Putri," ...
...Nindya melirik ke arah pakaian yang ia kenakan. Pakaian itu memang pakaian biasa, bukan seperti pakaian yang biasa ia kenakan di Kerajaan. "Nona, nona," Pemuda itu melambai-lambaikan tangan menyadarkan Nindya dari lamunannya....
..."Hmm, berapa harga gelang ini?" Nindya bertanya sambil terus menatap gelang yang sedang digenggamnya sedari tadi. "Nona serius ingin membelinya?" Pemuda itu balik bertanya. "bungkus kan satu untukku!" Pinta Nindya. Walau ia yakin tidak perlu menyebutkan jumlahnya karena gelang yang ia pegang memang hanya satu di toko ini. Atau mungkin hanya ada satu di Pasar ini. Pemuda itu mengambil gelang yang dimaksud lalu membungkusnya dengan rapih....
❤❤❤
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments
Auliyah Noor
Makin menarik
2022-02-25
0