R&L bab 4

Perjalanan dari rumah keluarga Jarvis menuju rumah sakit terasa amat lama, Felicia gelisah dan sulit menenangkan diri, berkali-kali ia menggigit ujung kukunya karena resah.

Hampir tiga puluh menit perjalanan, keduanya sampai di rumah sakit. Mereka langsung menuju unit gawat darurat dan menanyakan keberadaan Antonie serta Nerissa.

"Silahkan ikut kami," pinta salah seorang petugas kesehatan. Ia membawa Felicia dan Freya masuk ke ruang perawatan.

Antonie dan seorang sopir yang bertugas mendampingi mereka terbaring dalam ranjang yang berdampingan.

"Di mana mama saya?" tanya Felicia.

"Kondisi nyonya Nerissa cukup mengkhawatirkan, tapi beruntung, sekarang ia sudah melewati masa kritis," jelasnya.

Setelah mendapatkan penjelasan dari dokter mengenai kondisi Antonie dan sopir mereka, Felicia dan Freya bergegas ke ruangan tempat Nerissa di rawat.

Tubuh wanita paruh baya itu mengalami patah tulang di bagian kaki kanan dan pendarahan hebat. Karena saat mengalami kecelakaan, posisi duduk Nerissa berada di sisi kanan dan tubuhnya terjepit saat mobil menghantam pembatas jalan di jalan bebas hambatan.

"Mamaku akan baik-baik saja, bukan?" tanya Felicia khawatir, ia menangis, melihat tubuh mamanya penuh luka, dan saat ini, ia sedang menjalani transfusi darah.

"Awalnya, pihak rumah sakit kesulitan mencari golongan darah yang cocok untuk nyonya Nerisaa, namun beruntung, seseorang yang menolongnya memiliki golongan darah yang sama, dia bersedia mendonor pada nyonya Nerissa," jelas dokter.

"Apa orang itu masih ada di sini?" tanya Freya.

"Besok dia akan kembali, karena masih ada berkas miliknya yang menjadi jaminan di rumah sakit ini."

Freya dan Felicia bernafas lega, mereka ingin sekali bertemu dengan orang baik yang sudah menolong keluarganya. Felicia menggenggam erat tangan Nerissa, memberi kekuatan pada ibunya agar bisa segera sadar.

Hampir satu jam duduk dengan perasaan berkabut di ruangan Nerissa, dokter memberi kabar bahwa Antonie dan sopirnya sudah sadar, Felicia meminta Freya tetap menunggu Nerissa sedangkan dirinya akan menemui papanya.

Felicia datang ke ruangan tempat Antonie di rawat, ia melihat papanya sudah membuka mata dan menyapa Felicia dengan senyum merekah.

"Pa, Felicia takut," ucap Felicia menahan tangis, ia memeluk Antonie.

"Papa baik-baik saja, Sayang. Bagaimana dengan mamamu?" tanya Antonie.

"Mama masih belum sadar," jawab Felicia, ia benar-benar sangat ketakutan saat mendengar kabar kecelakaan ini, ia belum siap kehilangan siapapun yang ia sayangi.

"Paman, apa paman baik-baik saja?" tanya Felicia pada sopir yang mengantarkan kedua orang tuanya. Laki-laki berumur awal empat puluhan itu mengangguk dan tersenyum. Sepertinya, hanya Nerissa yang mengalami luka parah pada insiden ini.

"Kamu sudah bertemu dengan laki-laki yang menolong papa, Feli?" tanya Antonie.

"Siapa, Pa? Aku belum bertemu siapapun, dokter bilang dia akan kembali besok, karena dia juga baru saja melakukan donor darah untuk mama," jawab Felicia.

Antonie akhirnya menceritakan tentang awal mula kecelakaan terjadi, saat sopir mengalami hilang kendali karena tiba-tiba ada mobil yang menyalip dengan brutal dari arah kiri, sampai sopir banting setir ke kanan hingga menabrak pembatas jalan.

Saat itu kondisi jalan tidak terlalu ramai, sopir yang masih sadar berusaha keluar dari mobil, namun ia tidak bisa membangunkan Antonie dan Nerissa yang sudah hilang kesadaran.

Beruntung, ada pengendara lain yang kebetulan lewat langsung berhenti saat sopir berteriak meminta tolong. Orang tersebut membantu Antonie keluar dari mobil, ia dan sang sopir juga berusaha mengeluarkan Nerissa dari badan mobil yang menghimpit tubuhnya.

Setengah sadar dan tidak, Antonie berterimakasih pada laki-laki yang sudah menyelamatkannya, setelah itu, ia dan sopirnya tiba-tiba kembali pingsan saat dalam perjalanan ke rumah sakit.

"Beruntung ada laki-laki itu, Nona. Jika tidak, keadaan nyonya yang pasti tidak akan bisa terselamatkan," sela sopir.

"Dia sangat baik, aku akan berterimakasih padanya," ucap Felicia.

Meskipun Antonie sudah membaik, Felicia masih sangat takut, ia benar-benar mengkhawatirkan keadaan orang tuanya.

🖤🖤🖤

Keesokan harinya, Freya sedang menunggu pesanan makanan datang di luar rumah sakit, sedangkan Felicia menunggu kedua orang tuanya yang sudah di pindahkan dalam satu kamar inap.

Freya mengenali seseorang yang sedang berlari terburu-buru masuk ke dalam halaman rumah sakit, ia ingin menyapa namun pesanan makanannya akan segera tiba.

Menunggu beberapa menit, makanan untuk sarapan yang Freya pesan sudah di tangan, ia kemudian masuk ke area lobi rumah sakit dan menemukan laki-laki gondrong duduk menunggu dengan membaca buku.

"Ken, kamu di sini?" tanya Freya, rupanya, laki-laki gondrong itu adalah koki yang bekerja di hotel yang ia kelola.

"Nona Freya? Maaf, aku sudah kirim surat izin ke hotel karena hari ini ada urusan, aku harus meninggalkan pekerjaanku seharian ini," jelas Ken.

"Oh, nggak apa-apa. Siapa yang sakit? kenapa ada di sini?" tanya Freya.

"Aku sedang mengambil berkas milikku," jawab Ken.

Setelah beberapa menit berbincang, seseorang datang membawa data pribadi milik Kendrict dan mengatakan pada laki-laki itu kalau orang yang ia tolong dalam kecelakaan semalam sudah membaik.

"Anda bisa mengunjungi orang tersebut, karena keluarganya meminta bertemu dengan anda," pinta petugas yang menghampiri Ken.

"Baik, di mana ruangannya?" tanya Ken. Petugas tersebut memberikan nomor kamar tempat korban kecelakaan di rawat.

"Ken, kamu menolong orang kecelakaan?" sela Freya bertanya.

"Iya, Nona."

Freya memperhatikan kertas yang berada di tangan Ken, mereka naik ke dalam lift yang sama dengan tujuan yang sama.

"Ken, lihat nomor kamarnya," pinta Freya. "Ini, kamar tempat paman dan bibiku di rawat. Kamu yang menolong mereka?" tanya Freya.

"Sepasang suami istri dengan sopirnya. Keluargamu?" tanya Ken balik.

Freya mengangguk, seperti sebuah kebetulan yang sangat ajaib, orang yang bekerja di hotel milik keluarga Maheswari sudah menolong keluarga Maheswari dari kecelakaan maut, sungguh di luar dugaan.

Freya mengajak Ken masuk ke dalam ruangan, terlihat Felicia duduk di samping ranjang sambil menyuapi papanya.

"Kak," sapa Freya. Felicia menoleh, terkejut karena Freya membawa masuk orang asing.

"Siapa dia, Fre?" tanya Felicia, ia tidak suka ada orang asing yang masuk sembarangan ke ruangan yang sudah ia gunakan secara pribadi.

"Feli, dia yang menolong papa," sela Antonie, ia tersenyum tulus menatap Ken dan mempersilahkan laki-laki itu duduk di sofa.

"Keadaan anda sudah membaik, Tuan?" tanya Ken.

"Sudah, terimakasih sudah menyelamatkan nyawa kami," ucap Antonie.

"Bagaimana dengan nyonya?" tanya Ken.

Antonie kembali tersenyum. "Berkat kamu, semua akan baik-baik saja."

"Syukurlah kalau begitu."

"Kemarilah," ucap Antonie meminta Ken mendekat, ia menepuk punggung laki-laki gagah di depannya. "Apa yang kamu inginkan sebagai wujud rasa terimakasih kami?" tanya Antonie.

"Maaf, saya hanya menolong. Tidak bermaksud meminta imbalan," jawab Ken sopan.

"Tidak perlu sungkan anak muda, jika tidak saat ini, kamu masih bisa memikirkannya, kami akan memberikan apapun yang kamu inginkan, sebagai bentuk balas budi."

🖤🖤🖤

Terpopuler

Comments

sari

sari

lanjut baca

2023-11-22

0

destea

destea

aq koq mikirnya, kecelakaan yg dialami ortunya Felicia tu rekayasa dari so Ken ya, secara dy punya niat balas dendam ma feli

2022-10-05

0

Ririe Handay

Ririe Handay

apa ya🤔🤔

2022-03-14

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!