R&L bab 3

Kendrict, laki-laki bertubuh tinggi kekar dengan rambut gondrong sebahu itu bekerja sebagai koki baru di hotel milik keluarga Maheswari, ia terbilang lihai dalam bidang kuliner, sudah puluhan resto ternama dari berbagai negara yang pernah mempekerjakan dirinya. Namun, ia memilih hotel ini untuk petualangan selanjutnya.

Baginya, menjadi koki adalah sebuah petualangan. Ia akan tau selera setiap orang dari berbagai kalangan, tidak hanya di restoran mewah, ia juga pernah mempraktekkan keahliannya di rumah makan sederhana.

Kendrict, laki-laki berusia dua puluh sembilan tahun itu berasal dari keluarga kurang mampu, namun ia bisa meraih kesuksesan atas kerja kerasnya mewujudkan mimpi kedua orang tuanya. Kini, ia seorang yatim piatu yang tinggal seorang diri di sebuah apartemen yang terletak tidak jauh dari tempatnya bekerja.

Ada satu tujuan terselubung kenapa dirinya begitu tertarik ingin masuk ke dalam area kekuasaan Maheswari family. Baik atau buruknya tujuan, Ken masih berusaha untuk meluruskan niatnya yang sesungguhnya.

Nyatanya, malam ini merupakan malam yang tidak akan pernah ia lupakan, pasalnya, secara tatap muka ia bisa menjumpai Felicia, seseorang yang sudah ada dalam kepalanya selama bertahun-tahun. Wanita sukses dengan karir cemerlang seperti Felicia, memang sangat sulit di temui oleh orang dari kalangan menengah. Apalagi, Felicia selalu menjaga diri dari orang-orang yang tidak ia kenal.

🖤🖤🖤

Beberapa hari setelah pesta malam itu, Felicia menyerahkan tugas kantor pada sekretaris Antonie. Hari ini ia ada pemotretan salah satu majalah dewasa yang tidak bisa ia tolak. Bukan soal bayaran, melainkan produk yang akan ia pakai adalah produk yang sangat menarik. Perusahaan yang bergerak di bidang pemasaran pakaian wanita telah memilih Felicia sebagai modelnya.

Bentuk tubuh Felicia yang ramping dan seksi, tidak bisa lagi di pungkiri meski usianya sudah kepala tiga. Ia selalu pantas memakai apapun jenis dan bentuk pakaian, membuatnya semakin cemerlang meniti karir.

"Fre, apa papa belum menelpon?" tanya Felicia, entah kenapa sejak pagi perasaannya sangat tidak enak.

"Belum, Kak. Semalam paman sudah bilang kalau akan sampai rumah agak malam. Mau mampir ke rumah teman lama katanya," jelas Freya.

Di sela-sela kesibukan dan berbagai pekerjaannya, Felicia selalu mengirim kabar dan menanyakan kabar kedua orang tuanya. Karena ia adalah satu-satunya anak di keluarga ini, ia merasa bertanggung jawab untuk menjaga Antonie dan Nerissa di masa tua mereka.

Setelah pemotretan siang ini, Felicia di undang langsung oleh keluarga Jarvis untuk menghadiri acara makan malam di rumah mereka. Perasaan tidak enak untuk menolak muncul, dan pada akhirnya, Freya mendorong Felicia untuk hadir ketimbang harus memakai seribu alasan tidak jelas.

Seperti biasa, wanita itu tidak pernah luput dari gaun seksi nan mewah. Ia masuk ke dalam rumah keluarga Jarvis di sambut bak seorang putri raja.

"Halo, Felicia. Senang sekali kamu bisa datang," ujar Harry, sang tuan rumah.

"Saya pun senang bisa mendapatkan kehormatan ikut dalam acara makan malam bersama keluarga ini, Mr. Harry," ucap Felicia sopan.

Freya duduk di samping Felicia, ia mengedarkan pandangan ke seluruh penjuru arah, rumah besar dengan interior khas Eropa ini sungguh megah.

Dari salah satu pintu yang entah ruangan apa, Evans keluar dengan nas berwarna biru elektrik, laki-laki itu selalu berpenampilan mencolok untuk menarik perhatian.

"Hai, Felicia. Aku kira kamu lupa," sapa Evans.

"Agak terlambat memang, macet," jawab Felicia beralasan, padahal, ia datang sedikit terlambat karena malas.

Makan malam pun nampak khidmat, semua orang hanya fokus pada makanan yang di hidangkan semeja penuh.

Saat semuanya usai, istri dari Harry Jarvis meminta Freya membantunya memilih oleh-oleh kesukaan Felicia untuk di bawa pulang, ia meminta Freya meninggalkan Felicia dan Evans agar lebih leluasa mengobrol.

"Ayo, aku tunjukkan kamu sesuatu," ajak Evans, tanpa pamit, ia menggandeng lengan Felicia keluar menuju balkon di lantai dua rumahnya.

Tidak ada hujan tidak ada angin, tiba-tiba saja Evans melamar Felicia secara mendadak. Ia berlutut di depan Felicia sambil memamerkan cincin berlian dalam kotak berwarna gold.

"Felicia, maukah kamu menikah denganku?" tanya Evans.

Tidak ada respon sama sekali, terkejut sekaligus bingung, Felicia tidak tau jika akan terjadi sesuatu yang tiba-tiba seperti ini.

"Evans, apa-apaan ini, kenapa tiba-tiba sekali?" tanya Felicia setelah sadar bahwa apa yang ada di hadapannya adalah nyata.

"Aku tau ini mendadak. Tapi, bukankah wanita dan pria dewasa seusia kita udah nggak pantas lagi ngomongin soal cinta. Ini tentang keseriusan," jelas Evans dengan percaya diri.

"Bukan seperti ini caranya, Evans. Kita bahkan belum lama kenal."

"Gampang, kita akan saling memahami sambil menjalin hubungan."

"Tolong, jangan seperti ini," ucap Felicia, ia hendak meninggalkan Evans namun tangan laki-laki itu buru-buru menahannya.

"Aku tau, kamu nggak mau menerimaku karena perilakuku yang buruk. Aku janji akan berubah, aku janji akan meninggalkan semua kebiasaan burukku, demi kamu," ujar Evans memohon.

"Felicia, Please, beri aku kesempatan."

Felicia menggeleng lemah, sepertinya ia terjebak dengan situasi yang cukup sulit. Menolak secara terang-terangan, tentu akan membuat Evans sakit hati, namun memberi kesempatan? Felicia tidak yakin Evans bisa berubah.

Belum sempat memberi jawaban, ponsel dalam tas Felicia berdering, ia segera mengambil ponselnya untuk mengalihkan perhatian Evans.

"Halo, dengan keluarga Antonie Maheswari dan Nerissa Maheswari?" tanya seorang laki-laki dari sebrang telepon.

Felicia menjauhkan ponsel dari telinganya, kembali melihat nomor yang yang sedang menghubunginya.

"Ya, saya putrinya," jawab Felicia.

"Kami dari pihak Mount Sinai Medical Center mengabarkan bahwa kedua orang tua anda mengalami kecelakaan tunggal dan sedang ada di rumah sakit kami. Kondisi nyonya Nerissa Maheswari sempat mengalami kritis."

Felicia hampir saja menjatuhkan ponselnya, ketakutan menjalar ke seluruh bagian tubuh wanita itu, takut jika terjadi sesuatu yang buruk pada kedua orang tuanya. Ia meninggalkan Evans yang berdiri bengong dan berlari masuk ke dalam rumah mencari keberadaan Freya.

"Freya, kita ke rumah sakit, sekarang!" ajak Felicia dengan wajah panik.

Harry dan istrinya terkejut karena Felicia pergi terburu-buru seperti sedang terjadi sesuatu, tidak satupun dari mereka yang berani bertanya saat Felicia terlihat panik dan gelisah.

Dalam perjalanan, Felicia terus melakukan panggilan ke nomor milik Antonie, puluhan panggilan ia layangkan namun tidak satupun terjawab.

"Kak, ada apa ini? aku nggak ngerti," tanya Freya bingung, Felicia tidak memberinya penjelasan apapun namun terus menyuruh sopir mereka agar mengemudi cepat.

"Siapa yang sakit? siapa yang ada di rumah sakit?" tanya Freya.

"Mama dan papaku, Freya. Mereka kecelakaan," ucap Felicia, ia meremas jemarinya gugup, ia takut dan khawatir.

Persendian Freya tiba-tiba melemas, baru beberapa jam lalu Antonie dan Nerissa mengabarkan jika mereka akan segera tiba di New York, namun kabar ini membuat Freya juga merasakan hal yang sama dengan Felicia.

🖤🖤🖤

Terpopuler

Comments

sari

sari

lanjut

2023-11-22

0

Ririe Handay

Ririe Handay

penasaran

2022-03-14

0

Dian Cayank Rio Listian

Dian Cayank Rio Listian

nas => jas

2021-12-21

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!