Revenge And Love

Revenge And Love

R&L bab 1

Menjadi seorang model ternama dengan bayaran selangit, seharusnya menjadi hal yang mudah bagi seorang Felicia Maheswari untuk mendapatkan seorang kekasih.

Namun nyatanya, di usianya yang sudah mencapai angka tiga puluh tiga tahun, ia masih melajang dan bahkan tanpa satupun laki-laki yang berniat meminangnya.

Bukan tanpa alasan, banyak laki-laki yang menginginkan sosok Felicia untuk menjadi pasangan hidup mereka, namun standar yang Felicia tawarkan justru terlalu tinggi, hingga membuat para lelaki yang ingin mendekat memilih mundur teratur.

Keluarga Maheswari, sangat menginginkan Felicia membawa menantu di keluarga ini. Anak gadisnya yang sudah tidak lagi bisa di katakan muda di usianya yang berkepala tiga, membuat Antonie berfikir keras untuk membantu Felicia mencari pasangan hidup.

"Sampai kapan anak kita akan melajang, Pa? mau jadi perawan tua?" keluh Nerissa pada sang suami.

Tidak hanya Antonie, Nerissa pun di buat pusing tujuh keliling dengan sikap putri mereka yang tak kunjung berkeinginan menikah. Karirnya sudah cemerlang, kemampuan berbisnisnya tidak di ragukan lagi, Felicia sosok wanita sempurna yang sangat diidolakan banyak kaum lelaki, namun nyatanya, sampai detik ini, tak satupun dari mereka yang berniat meminang Felicia.

Di usia senjanya, Antonie dan Nerissa tetap harus bekerja membantu Felicia mengurus berbagai macam perusahaan milik keluarga, dari bidang properti, industri, hingga pariwisata termasuk perhotelan.

Tidak ada yang bisa mereka andalkan karena hanya Felicia satu-satunya pewaris keluarga ini, mereka berharap, Felicia segera mendapatkan pasangan hidup agar mereka bisa beristirahat dan menikmati hari tua dengan bersantai di rumah.

Suatu malam, Felicia di haruskan datang ke salah satu hotel milik keluarganya yang sedang mengadakan perayaan hari jadi hotel ke sepuluh. Felicia hadir mewakili papanya yang sedang pergi ke luar kota untuk urusan bisnis mendadak.

Seperti yang sudah ia setujui sebelumnya, Felicia bersedia menjadi penerus keluarganya untuk terjun di dunia bisnis jika mereka membatalkan perjodohan dengan salah seorang lelaki yang pernah menjadi suami dari sepupunya, Alexavier Bancroft. Untuk tiga tahun terakhir, ia mulai menetap di Amerika untuk melanjutkan kerja keras Alex yang membantunya mengokohkan bisnis properti di negara ini.

"Kak, akan ada banyak tamu penting di sana, kakak mau memakai gaya rambut seperti ini?" tanya Freya, orang kepercayaan Felicia yang bisa di sebut sahabat dan saudara.

"Kenapa? apa ini kurang bagus?" tanya Felicia, ia berdiri di depan cermin besar yang menampakkan tubuhnya yang ramping dengan gaun seksi, rambut yang biasa ia gerai lurus kini di rombak menjadi keriting.

"Ah, sudahlah. Terserah kamu sajalah, Kak." Freya mengalah.

Semakin bertambahnya umur Felicia, semakin percaya diri pula wanita itu mengubah penampilannya menjadi sangat fenomenal. Dari bergonta-ganti warna rambut, gaya, hingga memakai gaun-gaun yang sangat menantang. Gaya hidup dan tuntutan pekerjaanlah yang membuatnya terobsesi dengan kecantikan paripurna di usianya yang tidak lagi muda.

"Kak, paman Antonie menelpon," ujar Freya.

"Bilang pada papa, kita akan segera sampai di hotel. Jangan membuatnya resah dengan mengatakan aku sibuk berdandan."

"Baik."

Setelah merasa penampilannya sudah sempurna menurut versi dirinya, Felicia dan Freya bergegas menuju hotel tempat acara di selenggarakan.

Seperti tahun-tahun sebelumnya, acara pesta ini di hadiri oleh banyak sekali pebisnis dan investor dari berbagai negara yang bekerjasama dengan keluarga Maheswari.

Mereka yang memiliki anak laki-laki dewasa, hampir semuanya berkeinginan menjadikan Felicia sebagai seorang menantu. Seperti dari keluarga Jarvis, mereka benar-benar mengagumi sosok Felicia. Malam ini, mereka bahkan membawa putra semata wayang mereka untuk mendekati Felicia, Evans Jarvis.

"Hallo, Nona Felicia. Sungguh cantik, bahkan tidak ada satu katapun yang bisa mewakilinya," sapa Evans mengulurkan tangan di depan Felicia.

"Oh, Hai." Felicia menyapa ramah, ia tidak pernah melihat Evans sebelumnya. "Apa kita pernah bertemu?"

Evans tersenyum, ia sungguh tidak menyangka jika Felicia lebih cantik dari foto-foto yang beredar luas di berbagai majalah.

"Perkenalkan, Evans Jarvis, kamu tentu tau siapa papaku," jawab Evans bangga. Tidak ada yang tidak mengenal keluarga Jarvis yang menjadi salah satu daftar orang terkaya di negara ini.

"Wow, nggak nyangka. Aku bisa berkenalan langsung dengan pewaris tunggal Jarvis group," decak kagum Felicia. Freya yang berdiri di samping Felicia, hanya tersenyum kecut mendengar ungkapan Felicia yang dirasa berlebihan, padahal, mereka berdua tau siapa Evans Jarvis. Laki-laki yang suka mengandalkan kekayaan untuk bermain-main dengan banyak wanita malam itu, sudah terkenal akan kegilaannya dalam merayu.

"Kak, acaranya akan segera di mulai," bisik Freya saat melihat pembawa acara melambaikan tangan pada mereka.

"Oh, baik, Evans. Kita akan berbincang lain kali, aku harus pergi," pamit Felicia.

"Ah, tentu saja."

Wajah ramah dan senyum merekah Felicia seketika berubah saat ia meninggalkan Evans, ia terpaksa berpura-pura baik pada Evans demi menjaga image dirinya.

"Lain kali nggak usah di ladenin deh, Kak," keluh Freya. "Buang-buang waktu."

"Seharusnya sih gitu. Gimana lagi, banyak orang yang akan menyorot kita hari ini, aku harus ramah pada siapa saja," jawab Felicia.

"Semoga kamu bukan korban selanjutnya, Kak," ucap Freya sambil tersenyum jahil.

Mereka berdua sama-sama tau arah pembicaraan ini, beberapa waktu lalu, keluarga Jarvis memang pernah secara langsung membicarakan niat mereka untuk menikahkan Evans dengan Felicia, namun Felicia beralasan belum siap karena ia memang tidak tertarik dengan Evans, selain karena karakternya yang buruk, Evans juga terkenal sebagai pemabuk kelas kakap.

Sambutan demi sambutan berlangsung meriah, semua orang hadir memeriahkan pesta. Berbagai suguhan mewah hingga hadiah kejutan di bagikan secara cuma-cuma pada mereka yang memenangkan kuis dadakan, Felicia sangat bangga, tiga tahun terakhir, ia adalah orang yang paling berjasa membuat hotel ini kembali bersinar setelah sempat mengalami kemunduran.

"Kak, para sahabat paman rupanya sedang mencalonkan anak-anak mereka untuk jadi menantu Maheswari. Mana yang menurutmu tampan?" tanya Freya, mereka berdua sedang duduk di depan panggung menyaksikan pertunjukan seni, sedangkan para laki-laki gagah pewaris keluarga mereka juga duduk dengan penuh wibawa mengitari panggung di sisi kiri dan kanan Felicia.

"Kamu mirip mamaku, jangan bahas hal yang nggak penting, Freya!"

"Kak, mereka semua keren-keren, andai saja Ronald setampan yang di sebelah sana, aku pasti akan semakin gila," decak kagum Freya. Ronald adalah laki-laki yang sudah bertunangan dengannya setahun lalu, dan mereka akan menikah sesegera mungkin.

"Syukuri saja apa yang kamu punya. Di atas langit masih ada langit, kalaupun Ronald setampan dia, pasti ada saja yang bisa menandinginya," jawab Felicia. Wanita itu tidak pernah berubah, semakin dewasa, pemikirannya semakin bijak.

Ponsel yang berada di dalam tas mini berwarna gold milik Felicia bergetar, menandakan ada pesan yang masuk melalui aplikasinya.

Freya melirik Felicia yang mulai tersenyum sendiri sambil menatap layar ponselnya. Sudah dua bulan terakhir, Felicia benar-benar menggilai sebuah situs kencan online yang membuatnya resah setiap malam.

🖤🖤🖤

Terpopuler

Comments

sari

sari

aku baca lagi vii
tapi akun e ganti
hehehe

2023-11-22

0

Ririe Handay

Ririe Handay

👍👍👍👍

2022-03-14

0

Ety Nadhif

Ety Nadhif

yg ini Betti aku blm baca yah🤔

2022-02-16

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!