Seorang lelaki dengan gaya santainya meluruskan kakinya sambil beberapa kali menghela nafas, angin pagi yang sejuk membuat udara disekitaran kolam berenang terasa begitu menenangkan.
"Drug"
Seorang perempuan dengan pakaian tidurnya menaruh secangkir coklat hangat dimeja "silahkan suami ku" ucapnya sambil merapatkan giginya
"Yaampun fi, disuruh gitu doang marah-marah" ejek ragil sambil merubah posisinya menjadi duduk
Setelah menjadi sepasang suami istri kini keduanya tinggal dirumah orangtua ragil, walaupun ragil terus menginginkan kembali ke rumah kontrakannya dulu tapi orangtuanya melarang keras.
"Fi, gimana kalo kita beli rumah di dekat dekat sini?" usul ragil sambil menyeruput coklat hangat buatan fifi walaupun hanya tinggal menuangkan air panas dan mengaduknya.
"Kita?" fifi mengerutkan keningnya sambil menggelengkan kepalanya, tentu saja ia tak mau mengeluarkan uang untuk membeli rumah jika rumah ragil yang bisa ia tempati juga sudah senyaman ini.
"Kalo aku yang beli pake uang aku sendiri gimana?" tanya ragil sambil mengerutkan keningnya
"Setuju" jawab fifi tanpa ragu dan tanpa pikir panjang, ragil mendesis seperti ular merasa kesal "dasar perempuan"
"Kalo jadi beli rumah, kita cari sekarang aja" saran fifi dengan antusias mengharapkan rumah besar dan bagus yang nanti akan di huni olehnya.
"Gak jadi" jawab ragil meloyor pergi sambil membawa coklat hangat yang tadi ia minum
"Ih gimana sih" gerutu fifi mengikuti langkah kaki ragil yang berhenti di ruang makan yang cukup luas
Terlihat kedua orang tua ragil tengah sarapan, karena mereka terbiasa sarapan tidak terlalu pagi. ragil duduk dan menyendok nasi dan ayam buatan bibi.
Fifi ikut duduk dan ikut mengambil piring, disela sela makannya tiba-tiba bu reti mamahnya ragil mengulangi pertanyaan yang sama di setiap harinya ketika mereka berkumpul "jadi gimana kapan kita di kasih cucu?"
Lagi-lagi pertanyaan yang semakin membuat ragil malas mendengar nya, dari awal pernikahan dia dan fifi bahkan belum pernah melakukan apapun.
Mereka berdua memang menjalani semuanya selayaknya seorang sahabat, walaupun tidur bersama tapi mereka tidak pernah berpikir sejauh itu. apalagi penyesuaian sebagai sepasang suami istri pun perlu mereka lakukan, awal pernikahan yang canggung sampai akhirnya mereka kembali seperti biasa membuat mereka belum ada niat untuk bercinta.
"Mah, pah, ragil sama fifi mau cari rumah deket sini" ucap ragil mengabaikan pertanyaan barusan, fifi langsung menoleh bingung pada ragil, jelas jelas ia sendiri yang bilang tidak jadi.
"Mending di sini aja" kata bu reti tak mau membiarkan ragil kembali keluar dari rumah
"Ragil gak bisa mah" tolak ragil dengan wajah datarnya
"Ragil kamu disini aja, tinggal sama istri kamu. papah sama mamah bakal pindah ke Pekanbaru" ucap papahnya yang langsung membuat ragil dan fifi tersedak bersamaan
"Uhuh...uhuk"
"Kamu kan gak mau pegang bisnis kedua papah yang di riau, makanya kita mutusin kita yang bakal pindah sekalian kita mau tinggal di sana sekaligus menikmati hari tua. karena perusahaan disana gak sebesar disini" perjelas pak harto
"Papah serius?" tanya ragil bingung karena tak ada pembahasan tentang masalah kantor awalnya, bahkan ia masih bekerja di perusahaan pak dahlan.
"Serius sayang, nanti kamu tinggal disini dan jangan lupa untuk meluangkan waktu menemui kita" jawab bu reti tersenyum lebar membenarkan pernyataan suaminya.
"Tapi kamu harus janji, kamu keluar dari perusahaan milik pak dahlan dan memimpin perusahaan papah" ucap pak harto dengan senyuman tipis di bibirnya
Fifi tersenyum lega karena akhirnya ia tak akan jadi pergi ke pekanbaru untuk memulai hidup baru. walaupun itu artinya ia akan jauh dari kedua mertua yang tulus menyayangi nya.
"Kapan mamah sama papah pergi ke sana? kenapa dadakan bilangan nya?" tanya ragil bingung, walaupun hatinya juga sedikit lega karena ia sebenarnya tak mau pindah ke sana apalagi mengurusi usaha yang bahkan ia belum pernah liat bentukan nya.
Kedua orangtuanya pun menjelaskan bahwa mereka akan pindah karena melihat disana lebih enak, mulai dari ada tangan kanan papahnya yang menjadi orang kepercayaan yang dipastikan bisa mengurus bisnis.
Rumah yang dipilih disana pun lebih ke area perkampungan yang masih banyak tanaman hijau yang menjulang tinggi, tidak seperti rumahnya yang dijakarta ini yang baru kaluar dari area perumahan saja sudah bisa melihat padatnya jalan ibu kota.
Mereka bilang bahwa keduanya akan berangkat setelah sarapan, pernyataan itu membuat ragil dan fifi kembali terkejut. bahkan koper saja sudah siap dikamarnya.
"Kenapa ditutup tutupi sih mah?" tanya ragil kesal karena ia benar-benar tak di beritahu sedikit pun
"Kejutan" jawab mamahnya terkekeh girang sambil menatap pak harto yang tersenyum tipis.
"Yaudah mah, pah, nanti kita anterin ke bandara ya?" kata fifi sambil mengelus punggung ragil yang terlihat menatap kesal ke arah kedua orangtuanya.
"Gak perlu, kita bakal dianterin sama supir. pokonya kalian harus cepet ngasih kita cucu, denger ragil?" jawab mamahnya dengan penuh penekanan menatap ragil
Ragil langsung mengangguk-kan kepalanya menoleh pada fifi, fifi yang tadinya tersenyum ramah ke arah ragil langsung meluruskan pandangan nya sambil menelan saliva-nya dengan susah.
Ragil memang hanya lelaki normal walaupun ia masih menganggap fifi sahabat tapi dikala fifi setelah mandi atau tidur dengan posisi yang cukup nyeleneh membuat ragil harus bisa menuntaskan keinginannya sendiri didalam kamar mandi.
Setelah sarapan fifi membantu mamah mertuanya membersihkan kamar sekaligus mengepak barang bawaan yang belum selesai di kemas.
Ragil memeluk kedua orangtuanya bergantian dengan mata yang memerah menahan kesedihan walaupun ia terbiasa hidup jauh dari orangtuanya tapi tidak sejauh itu.
"Jadi suami yang baik buat istri kamu, bertanggungjawab ke perusahaan. mamah sayang kamu" ucap bu reti menyeka air matanya dan mencium kedua pipi ragil
"Kalo ada apa-apa kabarin papah, buruan kasih kita cucu ya kita udah tua" ucapnya, dan ini baru pertama kalinya pak harto ikut-ikutan seperti mamahnya.
Untuk kedua kalinya fifi menelan saliva-nya sambil tertunduk bingung, ia dipeluk dengan hangat oleh mamah mertuanya "jangan berantem ya sama ragil, kalo ragil buat kamu sedih lapor sama mamah"
Fifi membalas pelukan bu reti sambil tersenyum lebar "aku akan laporan pokonya"
Setelah berpamitan kedua orangtuanya melambaikan tangan dan pergi dengan mobil hitam yang dikemudikan supir.
Ragil menghela nafas panjangnya melepaskan kedua orangtuanya pergi pindah ke luar kota, walaupun sebenarnya ia tak mau sejauh ini tapi ya bagaimana lagi ini keputusan mereka.
"Yah berdua deh, sepi" kata ragil sambil tersenyum pias ke arah fifi
"Aduduh" fifi melebarkan tangannya memeluk hangat ragil sambil mengelus punggung suaminya "jangan sedih ya, kan ada aku, bibi, satpam. kamu gak sendirian" ucapnya menenangkan ragil
Ragil hanya meluruskan tangannya tak berani membalas pelukan fifi, sejak status pernikahan ditangannya ia sering kali tak bisa mengontrol sesuatu dibawah sana. padahal biasanya kalau berpelukan pun tak ada rasa aneh di tubuhnya, tapi sekarang benda kenyal itu membuatnya menjadi kaku.
Fifi kemudian melepaskan pelukannya "gimana kalo kita nonton film horor" usul fifi yang memang sangat tergila-gila dengan film horor
Ragil hanya menganggukkan kepalanya karena ia pun bingung akan melakukan apa "eh aku ambil laptop dulu deh. ketik surat pengunduran diri" ucapnya
Fifi pun menyetujui "aku gak perlu keluar kan dari perusahaan pak dahlan?" tanya fifi sambil mengerutkan keningnya
Ragil yang sudah berjalan langsung menghentikan langkahnya dan membalikkan badannya "kamu juga keluar lah, nanti kamu kerja di perusahaan aku aja"
"Wah aku pengen jadi pimpinan sdm dong?" goda fifi sambil menghampiri ragil dan mengelus pundak ragil yang tingginya beda tipis dengan tinggi pundaknya.
"Enak aja, udah ada yang ngisi posisi itu mah" tolak ragil
"Lah terus aku jadi apa?" tanya fifi menghela nafasnya
"Tetep di bagian surat keluar, aku denger yang kemarin mengundurkan diri setelah menikah" jawab ragil sambil berjalan pergi menaiki anak tangga ke kamar nya
Fifi mendengus kesal, pikirannya ia akan mendapatkan jabatan tinggi dengan mudah, bergaya keren, bisa memerintah. tapi nyatanya, tetap di posisi yang sama hanya pindah tempat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments
Jennierubyjane
lanjut thor
2021-04-13
2