Pak dahlan menatap wajah feny yang tengah mengandung calon cucunya dengan sayu, ia tau bahwa feny lelah menghadapi masalah ini terlebih gilang benar-benar tak segera mengambil keputusan.
Bibi datang dengan beberapa gelas di nampannya, bu ajeng langsung menyodorkan segelas susu hangat pada feny "ini susu ibu hamil kok, ayo minum"
Feny tersenyum ramah mengambilnya dan meneguknya secara perlahan "intan minum" suruh bu ajeng saat intan malah menatap wajah feny dengan serius
Intan pun segera mengambil satu gelas miliknya dan meminum nya secara perlahan "pegang" intan menaruh gelas yang masih berisi setengah ke telapak tangan rama
"Kan ada meja" gerutu rama sambil menatap wajah intan, ia segera mengulurkan tangannya hendak menaruh gelas namun intan langsung menoleh ke arahnya dengan tatapan tajam.
Ia menghela nafasnya sambil kembali memegang erat gelas susu milik intan.
"Apa kabar feny?" tanya pak dahlan mengeluarkan suaranya menatap wajah feny yang sedari tadi menunduk
"Baik om" jawab feny tanpa mau mendangahkan kepalanya sedikit pun
"Apa tujuan kamu datang kemari pagi-pagi seperti ini?" tanya pak dahlan berusaha membiarkan feny mengutarakan apa yang ia mau
Matanya berlinang tak mampu menahan air mata, ia menyeka nya dengan kedua telunjuknya sambil tersenyum feny menatap kak gilang "aku ingin kak gilang ikut bertanggungjawab atas anak yang aku kandung "
"Gak..."
Seketika ucapan kak gilang terpotong saat tangan pak dahlan mengarah padanya seolah berkata "diam" dengan tatapan tajamnya
"Orangtua feny sudah tau tentang kehamilan feny, feny gak bisa lama-lama sembunyi karena anak ini" sambung feny dengan air mata yang sudah membanjiri pipinya.
Bu ajeng mengelus punggung feny lemah lembut sambil menganggukkan kepalanya pada pak dahlan seolah memberi kode.
"Gilang apa benar yang dikandung feny anak kamu, kamu yakin itu?" tanya pak dahlan pada kak gilang yang sedang meremas bantal di pinggir tubuhnya
Kak gilang menghela nafas panjangnya ia yakin bahkan sangat yakin karena dari awal feny memang masih perawan saat berhubungan badan dengannya, tapi ia tak mau menikahi feny karena ia tak memiliki perasaan apapun pada wanita ini.
"Yak-yakin yah" jawab kak gilang dengan gugup
"Apa kamu mau bertanggungjawab atas semua biaya yang akan keluar untuk anak kamu?" tanya lagi pak dahlan
"Kalau urusan uang, dari awal kehamilan feny gilang udah ngirim ke rekening feny kok" jawab kak gilang yang sebenar-benarnya
"Kalau begitu, kamu siap menikahi feny?" tanya lagi pak dahlan yang langsung mendapat tatapan kesal dari putranya "gak bisa yah, gilang gak suka"
Bunda segera beralih duduk disamping gilang mengelus punggungnya lembut "kamu sudah dua puluh empat tahun sayang, adik mu sudah menikah. bunda menyetujui kalau kamu mau menikah"
"Bunda kan tau gilang mau menikah diusia yang benar-benar matang, gilang rasa sekarang belum saatnya" tangkis kak gilang sambil menatap feny dengan kesal, ia sangat menyesali perbuatannya yang pernah tergoda oleh feny.
"Feny hamil anak kamu, perutnya sudah sangat besar. ini aib keluarga kita juga, kamu harus siap bertanggungjawab. bunda tau kamu anak baik dan bisa diandalkan, mana gilang yang bunda kenal? gilang yang dulu tak pernah lari dari tanggungjawab" bu ajeng coba menasehati putra sulungnya itu dengan sabar berharap gilang mau membuka hati nya.
Namun dengan cepat gelengan kepala lah yang dilakukan kak gilang sambil menatap bunda dan ayahnya.
"Baik, rama apa kamu mau menikahi feny agar menutupi aib keluarga kita?" tanya pak dahlan dengan wajah serius menatap wajah rama yang santai sambil memegang gelas susu intan
"Yah..." ucap intan lirih saat mendengar pertanyaan dari ayah mertuanya
Tak kalah terkejut, bunda dan kak gilang pun langsung menatap pak dahlan. bunda menggelengkan kepalanya pada pak dahlan seolah berkata ia tak setuju dengan saran dari pak dahlan.
Feny langsung menatap intan yang juga tengah hamil dengan mata yang sudah merah, intan menatap feny dan langsung menatap pak dahlan.
"Intan gak mau dimadu" ucapnya tegas
"Tapi rama mau kan menikah dengan feny?" tanya lagi pak dahlan seolah tak menggubris perkataan intan
"Mau yah, dalam agama kan diperbolehkan mempunyai istri lebih dari satu" jawab rama enteng sambil menatap wajah pak dahlan
"Rama!!!" bentak bu ajeng dengan mata bulatnya
Intan menyeka air matanya dan berlalu pergi meninggalkan ruang tamu, ia dengan segera menaiki anak tangga.
Rama menatap punggung istrinya yang menjauh "kamu mau kan nikah sama aku?" tanya rama saat tangannya meletakkan gelas susu yang sedari tadi ia pegang
Hati intan terasa sesak saat suara rama yang keras bertanya dengan mudahnya pada feny, ia bahkan kini tak mengejar intan. intan melangkahkan kakinya gontai sambil menatap ke bawah ke arah ruang tamu yang masih terlihat semakin tegang.
Feny terdiam bingung harus menjawab apa, apalagi ini anak dari kakaknya rama. mana mungkin ia malah meminta pertanggungjawaban pada adiknya.
"Feny pasti mau, dia hanya mencari siapa yang bisa menolongnya dalam masa sulit ini. apalagi perutnya sudah besar anak didalam kandungan perlu seorang ayah" jawab pak dahlan dengan penuh penekanan
Intan yang sudah tak kuasa melihat suaminya sebentar lagi akan terbagi segera masuk ke dalam kamar.
"Yah, rama, kalian apa apaan si!!! bunda gak setuju" omel bunda dengan wajah kesalnya
"Gilang mau menikah dengan feny" ujar kak gilang setelah menghela nafasnya
Rama tersenyum licik ke arah ayahnya sambil mengangkat alisnya "intan" ucap pak dahlan mengingatkan rama akan istrinya
Rama menepuk keningnya dan segera melangkahkan kakinya menaiki anak tangga.
"Pernikahan kalian tiga hari lagi, di rumah feny" ucap pak dahlan tegas
Feny menganggukkan kepalanya tanda setuju begitupun bunda dan kak gilang. bunda akhirnya paham bahwa rama dan ayah hanya berusaha membuat gilang agar berpikir tentang anak yang dikandung feny.
"Antar feny pulang" suruh pak dahlan
"Gak usah om, feny bawa mobil sendiri kok" tolak feny
"Gak apa apa fen, biar gilang yang anterin kamu. nanti mobil kamu biar supir di sini yang antar" ucap bunda sambil menyuruh gilang untuk segera bangun
Akhirnya feny pun pamit dan berjalan keluar rumah disusul kak gilang yang beberapa kali menghela nafas panjangnya.
"Cuma nganterin, jangan kamu tiduran lagi anak orang" ucap pak dahlan sambil tersenyum sinis ke arah gilang yang membalikkan badannya
Bunda tertawa kecil saat melihat wajah gilang yang datar sambil memberikan ibu jarinya dengan terbalik.
"Aku minta maaf" lirih rama pada intan yang duduk di tepi kasur sambil menghapus seluruh air matanya
"Bisa bisanya kamu bohongin aku!!!" intan memukul dada rama, ia merasa kesal karena telah dibohongi oleh rama tanpa bicara dulu padanya
Rama memeluk istrinya dengan lembut sambil menciumi rambut intan yang wangi, beruntung nya ia sejak kehamilan intan memasuki empat bulan mual-mual intan bila dekat dengannya hilang begitu saja.
Rama menarik lengan intan dan mencium bibir intan dengan lembut, namun intan segera melepaskan diri "mau apa kamu?"
"Ayo lah" ajak rama saat sesuatu dibawah sana on sejak beberapa detik lalu
"Gak ada, udah bohongin aku. tanpa ngode atau apa sekarang minta jatah!!! libur satu bulan" tolak intan sambil membuka pintu kamar pergi begitu saja
Rama membiarkan mulutnya menganga tak percaya dengan apa yang ia dengar, satu bulan bermain solo itu lah pikirannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments
Dewi Suherman
sepertinya seru
2021-11-27
0
mama kenand
enakan duet rama....
2021-05-05
1