Si kembar.

Adrian dan Adriana, dua saudara kembar yang lahir dari pasangan Ferdian. Keduanya tumbuh dengan berbeda, Adriana yang tumbuh tanpa kasih sayang dan membatasi kemampuan berpikirnya. Gadis kecil ini tak mau mengeluarkan kepintarannya untuk menarik perhatian Ayah dan Ibunya, dia mendapat nilai seadanya, asal lulus baginya sudah cukup. Ana, begitulah biasanya sang kakak kembar memanggilnya. Gadis yang tak berambisi untuk memperoleh kasih sayang seperti yang didapat kakaknya, dia hidup seperti tak terlihat dan tetap bebas tersenyum. Ada pelayan yang bersikap baik padanya, ada juga yang menjahati gadis kecil itu karena merasa sang nona muda tak memiliki kuasa untuk menghukum mereka.

Jika Adriana diperlakukan seperti angin yang tak terlihat dan tak diperhatikan, lain lagi dengan Adrian. Semua yang diinginkannya akan dia dapatkan sebelum dirinya mengucapkan apapun. Kebutuhannya selalu dipenuhi tanpa kekurangan sedikitpun, kasih sayang tercurah tanpa henti dari kedua orang tuanya. Dia jenius, ramah, sopan, dan baik hati. Tak jarang Adrian membagi hadiah dan benda-benda yang dia miliki pada adik kembarnya. Adrian menjadi satu-satunya oase bagi Adriana yang haus akan kasih sayang, meski tak meminta, bukan berarti Adriana tak pernah berharap suatu saat orang tuanya bisa lebih melunak.

Adrian menempati kamar utama yang luas dan teramat rapi, tak ada setitik pun debu yang terlihat di sudut mana pun. Beda dengan Adriana yang diberi kamar di dekat kamar pelayan, gadis kecil itu menempati ranjang kecil yang terlihat lebih lusuh dari kamar para pembantu di rumah mereka. Adriana kecil tak menggubris hal itu dan tak berpikir jauh, dia hanya menerima dan merasa sang kakak memang pantas mendapatkan yang terbaik. Saudara kembarnya kan selalu menjadi kebanggaan Ayah mereka, berapa banyak piala dan berapa sering wajah tuan muda Ferdinan muncul di koran karena kejeniusannya.

Semua indah, Adriana tak pernah berpikir akan ada masa yang membuatnya akan merasakan kesakitan yang membuat jiwanya mati. Semua salahnya, dia yang mengajak sang kakak menyelinap keluar diam-diam hanya untuk bermain dan membeli es krim. Adrian yang sangat menyayangi adiknya pun mengiyakan saja, dia bahkan melarang pengawal yang ditugaskan oleh Ayahnya untuk mengikuti dirinya. Dia beralasan hanya ingin bermain di taman depan, padahal mereka keluar lewat lubang kecil yang berada di dinding dan tertutup semak.

Semua lancar di awal, mereka menikmati jalan-jalan berdua sebagai saudara kembar dan menghabiskan waktu dengan penuh senyuman. Adriana tahu dia akan dihukum saat pulang nanti, tapi dia tak terlalu peduli. Dua cukup bahagia bermain di luar bersama kakaknya seperti sekarang, hal mustahil dan bisa dipastikan tak akan pernah terjadi. Namun, siapa yang menduga, keduanya telah diintai dengan orang suruhan dari rival bisnis Ayah mereka. Saat akan kembali, keduanya diculik. Penculik tadi tentu saja menghubungi orang tua mereka, meminta tebusan dengan nilai yang sangat fantastis.

Adriana ketakutan, dia menangis terisak dan membuat keributan. Si penculik kesal, dipenuhi emosi, sang penculik menampar bahkan mengancam akan menembak gadis kecil tersebut. Adriana terdiam segunggukan, dia menatap takut pria tadi. Adrian memeluk erat sang adik guna menenangkan tubuh kecil yang bergetar ketakutan itu. Meski dia sendiri juga takut, tapi sebagai kakak, Adrian berpikir untuk melindungi sang adik dan berusaha menenangkannya.

Melihat kesempatan, Adrian mengajak Adriana untuk kabur. "Ana, kita kabur sekarang!" kata Adrian berbisik lirih di telinga sang adik.

Adriana menggeleng takut. "Jangan kak, lebih baik kita tunggu Ayah saja. Ayah pasti akan menyelamatkan kakak!" balas gadis kecil itu, dia tak ingin ditampar apalagi ditembak seperti ancaman sang penculik tadi. Bagaimana kalau penculik itu menampar kakaknya yang baik, bagaimana kalau kakaknya juga terkena tembakan karena kecerobohannya. Adriana tak mau itu terjadi pada kakak yang dia sayangi.

Adrian menggeleng. "Kita harus berusaha! Percayalah, kakak akan selalu melindungi kamu!" ucap si kakak keras kepala berusaha meyakinkan adiknya.

"Tapi, kak ...," lirih Adriana ragu. Siapa yang tak mau kabur, tentu saja dia ingin segera keluar dari tempat penyekapan mereka. Namun, sekali lagi. Gadis itu takut sang kakak kenapa-napa.

"Tak apa." kata Adrian cepat, dia memberikan sebuah senyum seolah meyakinkan adiknya yang masih ragu.

"Ayo!" ajak pria kecil itu menggenggam tangan adiknya. Dia menarik napas dan memberanikan diri mengambil langkah.

"Kita pelan-pelan saja," busuknya seraya menoleh ke belakang. Dapat Adrian lihat sang adik mengangguk patuh.

"Pintar." puji Adrian menepuk pelan kepala adiknya. "Setelah keluar dari sini, kita akan makan banyak permen dan kue yang manis!" lanjut Adrian memberi janji agar sang adik tak terlalu merasa takut.

"Ikuti kakak saja dan jangan membuat keributan agar kita tak ketahuan!" tambah sang kakak. Keduanya berjalan dengan langkah pelan, mengendap-endap mencari jalan keluar agar bisa bebas lebih cepat.

Setelah keluar dari rumah tua tempat mereka di sekap, keduanya berlari dengan kaki mereka yang kecil dan lemah. Tak berapa lama keduanya dikejar, teriakan yang menyuruh berhenti pun tak ada habisnya.

"Ingat, jangan menoleh! Anggap saja kita sedang bermain kejar-kejaran atau petak umpet!" kata Adrian. Keduanya terus berlari dengan napas terengah-engah.

"Kak, aku lelah!" bisik Adriana, wajah kecilnya basah karena air mata dan juga keringat.

"Sedikit lagi kita akan sampai ke tempat aman!" ucap Adrian cepat, wajah pria kecil itu juga sama basahnya karena keringat. Adrian tak membantah, dia terus berlari dengan sisa-sisa tenaganya.

Beberapa saat kemudian, Adriana tersandung kakinya sendiri. Dia tersungkur dan kakinya terluka, padahal mereka sudah sampai di jalan raya dan lumayan ramai. "Kamu tak apa? Masih bisa berdiri? Kita masih harus berlari!" kata Adrian tergesa, dia melirik ke belakang dan melihat para penculik mereka hampir menemukan keberadaan dia dan adiknya.

"Kalau tak bisa, sini kakak gendong!" kata Adrian tanpa pikir panjang. Baru saja dia akan menggendong adiknya, matanya melebar, salah satu penculik menodongkan senjata ke arah mereka. Refleks dia melindungi sang adik. Suara letusan dari tembakan membuat keributan, para penculik tak bisa mendekati dua bocah yang saat ini sedang dikerumuni massa. Mereka sibuk melarikan diri dan saling menyalahkan kegagalan mereka.

Adriana menarik napasnya yang terasa sesak, mengingat bagaimana sang kakak menghembuskan napas terakhir dipangkuan ya dan karena dirinya. "Saat aku memiliki kekuatan, aku akan membuat mereka membayar semuanya! Meski harus terkurung di penjara neraka, bagiku tak ada artinya, asal mereka mendapat bayaran yang setimpal!" desis Adriana, bocah kecil yang harusnya hidup dalam kebahagiaan itu malah memupuk dendam dan tumbuh menjadi orang yang dingin.

"Aku akan menjadi apapun, bahkan yang terburuk sekalipun tak masalah buatku!" katanya yakin.

Terpopuler

Comments

Shinta Dewiana

Shinta Dewiana

orto jahannam

2023-07-06

0

Tumpal MitsuiSoko Hbing

Tumpal MitsuiSoko Hbing

wow...
hati yg pahit...

2022-06-15

1

Kustri

Kustri

Si kembar umur brpkah,,

2022-02-23

0

lihat semua
Episodes
1 Katanya Aku 'Pembunuh!'
2 Si kembar.
3 Putusan.
4 Pemecatan Tak Terduga.
5 Waktu yang Tersisa.
6 Pindah kamar.
7 Siapa Si Bodoh Itu.
8 Berangkat.
9 Selamat Tinggal Semuanya.
10 Semuanya baru.
11 Ulang Tahun Pertama.
12 Akting atau berbohong?
13 Harus Selalu Begitu.
14 Pesta.
15 Lautan Manusia Bermuka Dua.
16 Waktu Yang Berlalu.
17 Kembali Ke Awal.
18 Tuan Muda Ferdinan.
19 Heboh, Gila, Luar biasa!
20 Misi Sempurna, Waktunya Kembali.
21 Indonesia, Aku Kembali!
22 Rumah Sederhana!
23 Mengisi Perabotan.
24 Sekolah? Lagi?
25 Bertemu.
26 Ternyata Dia!
27 Chat Berlanjut.
28 Dia, sangat berbeda.
29 Aku Harus Memanggil Dia, Apa?
30 Kecurigaan.
31 Kesimpulan.
32 Pangeran Sekolah.
33 Teman Baru.
34 Rumit.
35 Alya Damartasya.
36 Penasaran.
37 Obrolan.
38 Sepanjang Jalan.
39 Weekend.
40 Tugas.
41 Rencana Rian.
42 Mencari Tahu Dengan Perlahan.
43 Ayah Dan Anak.
44 Mengemudi.
45 Alex.
46 Mobil Yang Dijanjikan.
47 Rafael.
48 Ngumpul-Ngumpul Lagi.
49 Musuh Dari Musuhmu Adalah Temanmu!
50 Rian, Diego, dan Rafael.
51 Ultah Ke-18.
52 Pesta Dan Perkiraan.
53 Sungguh, Anak Yang Sial!
54 Benci.
55 Siuman.
56 Rian Sedikit Berubah.
57 Cemilan Buatan Sahabatku.
58 Gangguan.
59 Pagi Yang Indah Untukku.
60 Perhatian Sahabat.
61 Tamparan.
62 Laporan.
63 Lagi-Lagi Dia.
64 Ke Luar Dari Rumah Sakit.
65 Hanya Alat.
66 Menyelamatkan Hari Libur?
67 Ulah Orang Iseng.
68 Rencana Balasan.
69 Tugas Selesai.
70 Ternyata Dia Pelakunya.
71 Teriakan Yang Wah Sekali!
72 Damai Itu Indah.
73 Minggu Ceria.
74 Desita Mencari Masalah.
75 Kaget? Pastinya.
76 Sidang?
77 Damai Bagi Rian.
78 Desita Memperpanjang Hari Liburnya.
79 Rian Sakit?!
80 Rafael Menyatakan Dirinya, Gila!
81 Butuh Obat Yang Mujarab.
82 Petak Umpet Dimulai.
83 Secara Tak Sadar.
84 Belajar Bersama.
85 Ujian Ternyata Mudah.
86 Waktunya Menghilang.
87 Rencana Untuk Bebas.
88 Kabar Duka.
89 Terpukul.
90 Mengintai Dari Kejauhan.
91 Pekerjaan Baru.
92 Bibit Baru Yang Mengguncang Dunia Bisnis.
93 Mimpi Buruk.
94 Siapa Yang Tak Mengenal Diriku!.
95 Aku Kembali.
96 Kerjasama.
97 Diundang Ke Rumah Diego.
98 Gosip Paling Baru.
99 Kalian?
100 Pembuat Masalah.
101 Ketahuan.
102 Aldi, Sang Wartawan.
103 Liburan Bersama.
104 Usaha Herman.
105 Kembali.
106 Mengambil Apa Yang Seharusnya Menjadi Milikku.
107 Pertentangan.
108 Makan Malam Kantor.
109 Herman Gigit Jari.
110 Bertemu Aldi Lagi.
111 Acara Penyambutan.
112 Kenangan Tentang Dia.
113 Pagi Yang Indah.
114 Kesalahan Yang Dibuat-buat.
115 Apa Ini?
116 Kejujuran.
117 Seperti Mimpi.
118 Di Atas Angin.
119 Kaget, Gak? Kaget, Gak? Kaget, Lah Masa, Gak Sih?!
120 Mencoba Peruntungan.
121 Kembali Ke Rutinitas Sehari-hari.
122 Tunangan, Eh?
123 Hari Patah Hati Berjamaah.
124 Baju Pun Jadi Masalah.
125 Hari H.
126 Pengakuan Yang Tak Tahu Malu.
127 Takut.
128 Pengakuan Ana.
129 Penjelasan.
130 Tunangan Berasa Bodyguard.
131 Krisis Ekonomi.
132 Kolaborasi Camer Dan Catu.
133 Masalah Baru.
134 Tugas Akhir.
135 Penyesalan.
136 Tak Tahu Malu.
137 Berbagi.
138 Bibit-Bibit Pelakor.
139 Terpuruk.
140 Berita Duka.
141 Dunia Terus Berputar.
142 Mengikuti Alur.
143 Ikan Terperangkap.
144 Kehancuran.
145 Apa Yang Terjadi Sebenarnya?!
146 Karma.
147 Renungan.
148 Akhir Menjadi Awal.
149 Liburan.
Episodes

Updated 149 Episodes

1
Katanya Aku 'Pembunuh!'
2
Si kembar.
3
Putusan.
4
Pemecatan Tak Terduga.
5
Waktu yang Tersisa.
6
Pindah kamar.
7
Siapa Si Bodoh Itu.
8
Berangkat.
9
Selamat Tinggal Semuanya.
10
Semuanya baru.
11
Ulang Tahun Pertama.
12
Akting atau berbohong?
13
Harus Selalu Begitu.
14
Pesta.
15
Lautan Manusia Bermuka Dua.
16
Waktu Yang Berlalu.
17
Kembali Ke Awal.
18
Tuan Muda Ferdinan.
19
Heboh, Gila, Luar biasa!
20
Misi Sempurna, Waktunya Kembali.
21
Indonesia, Aku Kembali!
22
Rumah Sederhana!
23
Mengisi Perabotan.
24
Sekolah? Lagi?
25
Bertemu.
26
Ternyata Dia!
27
Chat Berlanjut.
28
Dia, sangat berbeda.
29
Aku Harus Memanggil Dia, Apa?
30
Kecurigaan.
31
Kesimpulan.
32
Pangeran Sekolah.
33
Teman Baru.
34
Rumit.
35
Alya Damartasya.
36
Penasaran.
37
Obrolan.
38
Sepanjang Jalan.
39
Weekend.
40
Tugas.
41
Rencana Rian.
42
Mencari Tahu Dengan Perlahan.
43
Ayah Dan Anak.
44
Mengemudi.
45
Alex.
46
Mobil Yang Dijanjikan.
47
Rafael.
48
Ngumpul-Ngumpul Lagi.
49
Musuh Dari Musuhmu Adalah Temanmu!
50
Rian, Diego, dan Rafael.
51
Ultah Ke-18.
52
Pesta Dan Perkiraan.
53
Sungguh, Anak Yang Sial!
54
Benci.
55
Siuman.
56
Rian Sedikit Berubah.
57
Cemilan Buatan Sahabatku.
58
Gangguan.
59
Pagi Yang Indah Untukku.
60
Perhatian Sahabat.
61
Tamparan.
62
Laporan.
63
Lagi-Lagi Dia.
64
Ke Luar Dari Rumah Sakit.
65
Hanya Alat.
66
Menyelamatkan Hari Libur?
67
Ulah Orang Iseng.
68
Rencana Balasan.
69
Tugas Selesai.
70
Ternyata Dia Pelakunya.
71
Teriakan Yang Wah Sekali!
72
Damai Itu Indah.
73
Minggu Ceria.
74
Desita Mencari Masalah.
75
Kaget? Pastinya.
76
Sidang?
77
Damai Bagi Rian.
78
Desita Memperpanjang Hari Liburnya.
79
Rian Sakit?!
80
Rafael Menyatakan Dirinya, Gila!
81
Butuh Obat Yang Mujarab.
82
Petak Umpet Dimulai.
83
Secara Tak Sadar.
84
Belajar Bersama.
85
Ujian Ternyata Mudah.
86
Waktunya Menghilang.
87
Rencana Untuk Bebas.
88
Kabar Duka.
89
Terpukul.
90
Mengintai Dari Kejauhan.
91
Pekerjaan Baru.
92
Bibit Baru Yang Mengguncang Dunia Bisnis.
93
Mimpi Buruk.
94
Siapa Yang Tak Mengenal Diriku!.
95
Aku Kembali.
96
Kerjasama.
97
Diundang Ke Rumah Diego.
98
Gosip Paling Baru.
99
Kalian?
100
Pembuat Masalah.
101
Ketahuan.
102
Aldi, Sang Wartawan.
103
Liburan Bersama.
104
Usaha Herman.
105
Kembali.
106
Mengambil Apa Yang Seharusnya Menjadi Milikku.
107
Pertentangan.
108
Makan Malam Kantor.
109
Herman Gigit Jari.
110
Bertemu Aldi Lagi.
111
Acara Penyambutan.
112
Kenangan Tentang Dia.
113
Pagi Yang Indah.
114
Kesalahan Yang Dibuat-buat.
115
Apa Ini?
116
Kejujuran.
117
Seperti Mimpi.
118
Di Atas Angin.
119
Kaget, Gak? Kaget, Gak? Kaget, Lah Masa, Gak Sih?!
120
Mencoba Peruntungan.
121
Kembali Ke Rutinitas Sehari-hari.
122
Tunangan, Eh?
123
Hari Patah Hati Berjamaah.
124
Baju Pun Jadi Masalah.
125
Hari H.
126
Pengakuan Yang Tak Tahu Malu.
127
Takut.
128
Pengakuan Ana.
129
Penjelasan.
130
Tunangan Berasa Bodyguard.
131
Krisis Ekonomi.
132
Kolaborasi Camer Dan Catu.
133
Masalah Baru.
134
Tugas Akhir.
135
Penyesalan.
136
Tak Tahu Malu.
137
Berbagi.
138
Bibit-Bibit Pelakor.
139
Terpuruk.
140
Berita Duka.
141
Dunia Terus Berputar.
142
Mengikuti Alur.
143
Ikan Terperangkap.
144
Kehancuran.
145
Apa Yang Terjadi Sebenarnya?!
146
Karma.
147
Renungan.
148
Akhir Menjadi Awal.
149
Liburan.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!