“Mamah, Ayah, jangan tinggalin Tasya hiks hiks...” Ucap bocah berumur enam tahun itu di samping jasad kedua orang tuanya yang berlumuran darah. Bocah itu adalah Tasya pada saat berumur enam tahun.
“Mamah, ayah hikss hikss. Darah nyaa banyak banget,” sambungnya sambil menangis sekencang-kencangnya di dalam mobil yang bagian depannya sudah ringsek akibat menabrak pohon.
“Tolooong,” teriak Tasya sambil memukul-mukul kaca mobil. Kini hari sudah larut malam, tak ada seorang pun yang mendengar. “Tasya takut hikss....hiks....hiks...”
Tasya melihat ponsel terletak di kursi duduknya. Itu adalah ponsel mamanya yang terpental kebelakang. Tasya langsung mencari kontak darurat. Dia menekan nama bertuliskan Reyno.
“AAHHHKKK, ayah, mamah jangan tinggalin Tasyaa hikss...hikss” ucap Tasya sambil teriak. Matanya masih terpejam, posisinya masih tiduran. Dia mengigau.
“Tasyaa, bangun sayang,” ucap Reyno sambil menepuk-nepuk pipi Tasya. Dia langsung terbangun dan memeluk Reyno yang sedang terduduk di samping ranjangnya.
“Papah Reyno, Tasya takut hiks...hiks...” ucap Tasya sambil memeluk Reyno. “Tasya ngeliat mamah sama ayah Tasya kecelakaan hikss hikss, Tasya ga punyaa orang tua lagi sekarang hikss...hikss...hikss...” Ucap Tasya sambil mengeratkan pelukannya.
“Tasyaa, kamu punya Papah, sayang. Papah udah nganggep kamu kayak anak kandung Papah sendiri,” ucap Reyno sambil membelai lembut rambut Tasya.
“Iyaa pah hikss...hikss, makasihh yaa, kalo nggak ada papah, Tasya ga tau harus tinggal dimana. Mama sama ayah Tasya udah gaada, dan sekarang Tasya cuma punya papah hiksss...hikss” balas Tasya sambil mengeratkan pelukannya. Dia menagis tersedu-sedu di pelukan Reyno.
Reyno adalah adik kandung dari ibu kandungnya Tasya. Gadis itu menjadi yatim piatu semenjak umur enam tahun. kedua orang tuanya mengalami kecelakaan yang mengakibatkan harus pergi dari dunia.
“Tasya, Mamah kamu kan adik nya Papah. Jadi Papah masih punya hak ngurus kamu. Kamu udah papah anggep anak sendiri Tasya. Papah sayang banget sama kamu nak,” tutur Reyno dan membuat Tasya terharu mendengarnya.
‘Oh god, untung punya om yang baik banget, dia mau ngerawat Tasya dari umur enam tahun sejak mama dan ayah pergi ke dunia lain. Tasya juga sayang sama Papah Reyno. Papah nya Tasya sekarang.’ pikir Tasya.
“Sekarang kamu tidur lagi ya Tasya, masih tengah malam, besok kamu sekolah”. ucap Reyno sambil melepaskan pelukannya. Dia langsung mengubah posisi Tasya menjadi tiduran, lalu mengecup kening gadis itu, dan pergi meninggalkan Tasya sendirian di kamarnya.
“Good nigt papah, maaf Tasya ganggu,” ucap Tasya pada Reyno yang sudah berada di ambang pitu.
“Good night too, sweety, tidur yang nyenyak ya, papah mau balik ke kamar,” balas Reyno tersenyum dan langsung keluar kamar lalu menutup pintu kamar Tasya yang ber cat putih.
‘bilang ga ya ke Tasya? Tapi dia harus tau, pasti dia ngerti kok,’ batin Reyno yang sudah berada di depan pintu kamarnya.
\~\~\~\~\~
“Pagi Noel,” sapa Tasya sambil meletakan tasnya di bangku. Dia melihat Noel yang sedang asyik membaca buku novel. Di telinganya terdapat dua buah earphone sedang bertengger disana. Kelas masih sepi. dia hanya berdua dengan Noel karena jam masih menunjukan pukul enam pagi. Sedangkan bel sekolah di bunyikan pukul tujuh.
Tasya sengaja datang lebih awal karena dia tau bahwa Noel akan berangkat pagi, supaya bisa menghabiskan waktunya lebih banyak, dengan Noel.
“Noel ishh, Tasya sapaa loh,” ucap Tasya pada pria di hadapannya yang masih fokus membaca.
“Pagi Noel, pagi Noel, pagi Noel, pagi Noel, pagi Noel,” sambungnya sambil mengitari sekeliling bangkunya seraya berteriak supaya Noel terganggu.
‘issh kok dia ga ke ganggu sama sekali sih?’ batin gadis itu.
“NOELLL,” teriak Tasya sambil mencubit lengan Noel pelan. Itu membuat Noe langsung melepas earphone nya dan meletakan bukunya di atas meja. Lalu berdiri menghadap Tasya.
“Bisaa ga sih lo ga usah ganguin gue hah?” ucap Noel dingin dengan nada tegas. Dia menatap tajam wanita yang tengah berdiri di depannya.
“lahh kok ngamokk?” balas Tasya bercanda. Dia memperlihatkan senyuman lebarnya ke pria yang tengah memandang tajam dirinya.
“Gue serius,” sahut Noel dingin. Kini wajahnya berubah menjadi datar.
“Tasya juga seriuss, kan Tasya cumaa nyapa doang, masa harus marah sih?” lanjut Tasya.
“Ganggu,” balas Noel dan langsung kembali mendudukan bokongnya. Dia melanjutkan aktivitasnya yang tadi sempat tertunda.
“Isshh Noel mah ga asik ah,” balas Tasya sambil mengehentakan kedua kakinya ke lantai. Noel menatap Tasya, dan mengeluarkan smirknya.
“Good morning cantik,” sapa Alenta pada Tasya sambil berjalan ke arah kursinya.
“Morning Alen” balas Tasya sambil tersenyum.
“Kenapaaa Tas? Kok liatin aku aja? Terpesona?” sahut Alenta sambil mengeluarkan buku tulis matematika.
“Dihh gausa Ge-er, muka kayak cancorang idup aja bangga kau,” balas Tasya sambil tertawa.
"Sialan," Alenta terkekeh. Noel menahan ketawanya, ketika mendengar buyonan Tasya.
"Tumben aja gitu dateng pagi-pagi,” ucap Tasya, menatap Alenta sambil melipat kedua tangannya ke dada.
“Yhaa kan mau ngerjain PR,” balas Alenta, “No, liat PR lo dong,” sambungnya. Noel langsung mengambil buku PR yang ada di dalam tas, lalu ia berikan pada Alenta yang sedari tadi menunggu jawaban.
"Aahhk thank you beby, brother,” ucap Alenta sambil mengecutkan bibirnya ke arah Noah. Tasya langsung tercengan melihatnya.
'Beby? Jangan-jangan gay, ahhhh gilaa, gamungkin,' batin Tasya.
“KALIAN BERDUA GAY YAA?” sahut Tasya masih shok. Kedua mata Alenta langsung membulat. Dia memikirkan cara licik untuk menggoda Tasya.
“Beby, cium aku,” Alenta langsung memeluk Noel dari samping. Dia menenggelamkan wajahnya di tengkuk kepala Noel. Kedua mata Noel sukses membulat dibuatnya.
“Geli Len gue sama lo,” balas Noel dingin dengan raut wajah datar. Kedua mata Tasya langsung membulat karena melihat dua cowok tampan sedang bermesraan. Sebenarnya hanya Alenta, Noel memberontak.
“Sumpaahh aahh, romantis banget," ucap Tasya sambil menutup kedua matanya dengan telapak tangannya, cewek itu tertawa.
“AHAHAHAHAAH, engga Tas, gue cuma godain kamu aja. Aku masih normal kok Tas,” ucap Alenta sambil melepaskan pelukannya. “Gilaa aja nge-gay sama nih orang, ga deh," sambungnya.
“Serius kan masih straight? kalo Noel gay Tasya sedih deh,” ucap Tasya sambil menundukan kepalanya sambil memainkan jari telunjuknya. Noel langsung melihat ke arah Tasya sambil menaikan satu alisnya.
“Kenapa emangnya Tas?” tanya Alenta. Dia langsung mengerutkan keningnya.
“Tasyaa tuh suka tau sama Noel,” balas Tasya dengan pedenya. Kedua mata Alenta langsung membulat setelah mendengar penuturan wanita imut itu. Sedangkan Noel tak peduli sama sekali. “Noel suka ga sama Tasya?” sambungnya.
“Ga,” jawab Noel singkat, jelas, padat.
“Oh,” sahut Tasya.
“Kok oh? Ga kaget?” balas Alenta sambil tertawa.
“Yhaa engga lah, Tasya juga tau kali Noel bakal bilang ‘ga’ AHAHAAH,” balas Tasya sambil tertawa miris. Sebenarnya hati dia sakit karena satu kata singkat yang di ucapkan Noel.
‘jangan nagis, jangan nangis, malu sama dua cogan ini kalo nagis.’ Tasya membatin.
Mendengar jawaban Tasya yang miris. Alenta langsung tertawa untuk mencairkan suasana. Sedangkan Noel tak peduli dengan kedua orang yang berada di sekitarnya. Dia masih fokus membaca novel sambil mendegarkan musik yang tenang lewat earphone.
“Tas,” panggil seoramg yang sudah berada di ambang pintu kelas Tasya. Tasya langsung membalikan tubuhnya agar bisa menatap orang yang memanggilnya barusan.
“Angel? Sini masuk, duduk samping Tasya, si Davina belum dateng kalo jam segini,” ucapnya sambil menepuk-nepuk kursi kosong yang berada di sebelahnya. Angel menuruti perkataan Tasya. Dia langsung masuk dan duduk tepat di samping Tasya.
“Kok tumben banget sih lo dateng nya pagi? Biasanya siang,” tutur Angel. Dia mengerutkan keningnya bingung. Seorang Tasya yang selalu telat waktu kelas sepuluh, kini menjadi rajin berangkat pagi, bahkan masih sepi.
“Udah tobat aku Ngel,” Tasya langsung tersenyum lebar di depan wajah Angel.
“Halah, bilang aja mau ketemu Noel,” Angek memutar kedua bola matanya. Alenta yang sedang menulis jawaban langsung berhenti dari aktivitasnya. Dia menatap orang yang sedang duduk di depannya.
“Hah? Aciee Tasyaaa aww,” goda Alenta sambil mendrong tubuh Tasya dengan pulpen. Itu membuat sang empu tidak nyaman, dan langsung menoleh ke arahnya.
“Ish Alenn diem apaaa issh,” Tasya kesal karena Alenta menusuk-nusuk pulpennya ke punggungnya. Sedangkan Alenta langsung tertawa melihat ekspresi kesal Tasya.
“Untung Noel lagi dengerin earphone, jadi budeg deh,” sambung Tasya. Noel sama sekali tak merespon apapun. Dia masih fokus dengan bacaannya.
"Gue denger, earphone gue mati, gue pusing kalo baca novel, sambil dengerin musik," balas Noel membuat wajah Tasya memerah.
'mampus,' batin Tasya.
---TBC---
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 182 Episodes
Comments
Ra Lia 🐻
Oh my...
2021-05-22
1
Elmecca
waduh
2021-05-08
1
Diah Abdullah
aaa waw
2021-04-14
1