“Noel mau kemana?” teriak Tasya pada cowok yang sudah berada di ambang pintu kelas. Cowok itu hendak pergi menuju kantin.
“Bukan urusan lo,” balas Noel dari ujung sana.
“Ayoo lah kantin, ke kelas Aska sama Angel dulu tapi, jemput mereka,” ucap Davina. Mereka semua langsung menuruti kata-kata Davina. Pertama ke kelas Angel dan Aska. Kelas mereka ada di XI-IPA 7. Hanya beda beberapa meter dari kelas Tasya.
"Angel ayo," Tasya melambaikan tangannya pada cewek yang masih duduk di kursi.
"Bentar," balas Angel, kemudian merapikan buku.
"Jangan lama-lama atuh," sahut Davina, membuat Angel mempercepat gerakannya.
"Yuk, Ngel," Aska menarik lengan Angel menuju keluar kelas.
Para gadis itu telah berkumpul semua. Mereka berjalan menelusuri koridor yang ramai. Angel berada di barisan paling depan, tepatnya di tengah-tengah. Di samping kanan dan kiri nya terdapat Aska dan Tasya.
Di belakang cewek itu terdapat tiga cewek lainnya. Davina, Christin, dan Ardia. Sepanjang koridor, mereka selalu mendapat perhatian dari para pria. Angel menyilangkan kedua tangannya di dada, pandangan menghadap kedepan. Sedangkan Tasya hanya bisa melemparkan senyuman, sisanya biasa saja, tidak menanggapi.
“Waduh meja udah penuh semua, gimana nih gaes?” tanya Angel sambil melihat ke sekeliling kantin yang mejanya dan kursinya sudah full.
Pandangan Angel langsung tertuju pada Alenta yang sedang melambaikan tangannya ke arahnya. “Tasya, duduk sini aja, bawa temen-temennya,” teriak Alenta membuat mata Tasya menoleh ke arahnya.
“Yuk, ke samping Alenta aja, nggak ada tempat lagi,” ucap Tasya menatap manik Angel.
“Ayoo Tas, ada Xavier di sana, bisa tebar pesona,” ucap Christin sambil melepas ikat rambutnya.
“Ada Noel juga, ganteng banget lagi, bused dah, damage nya ga ngotak,” sambung Tasya lebay.
Angel hanya bisa menggelengkan kepalanya lalu menepuk jidatnya. “Alay lo berdua.”
“Udahh ayoo ah, cape nih berdiri terus, mangkok gue takut tumpah” sahut Ardia dari belakang Angel. Dia sedang membawa semangkuk mie ayam yang masih panas.
“Ayo-ayo,” ajak Davina. Tasya dan Angel langsung mengangguk dan berjalan ke arah meja yang sudah di siapkan oleh Alenta agar Tasya DKK makan di situ.
“Noel, Tasya duduk di sini ya,” ucap Tasya meminta izin, kemudian mendudukan bokongnya di hadapan Noel yang sedang memakan mie ayam. Ada dua dua belas orang yang duduk di meja itu. Enam wanita dan enam pria.
“Hm,” balas Noel singkat, jelas, padat.
“Hai Xavier,” sapa Christin sambil melambaikan tangan pada Xavier.
“Hm, hai,” jawab Xavier singkat. Sikap Xavier memang dingin pada wanita. Tak berbeda jauh dengan Noel. Christin duduk berhadap-hadapan dengan Xavier. Ia memperhatikan setiap lekuk wajah tampan milik Xavier.
“I swear to god, kalau Xavier ganteng banget oh my god,” celetuk Christin di dalam hati.
“Kenapa lo ngeliatin gue?” tanya Xavier sambil mengaduk-ngaduk kuah bakso. Matanya tak menatap wajah wanita yng tengah duduk di depannya. Namun dia dapat melihat bahwa Christin tengah memandanginya dari tadi. "Gue emang ganteng," sabungnya pe-de.
"Dih," Christin mengerutkan keningnya. "Cenanyang?"
"Nggak," balas Xavier
“Ehh anu, nggak usah ge-er dah lo,” balas Christin sambil mengalihkan pandangannya.
‘aduh mampuss gue ke gep, mati guee, maluu banget.’
“Hai,” sapa Alenta pada gadis yang tengah duduk di hadapannya yang tak lain adalah Angel. Cewek itu melirik sekilas wajah Alenta lalu kembali fokus menyeruput minumannya. “Woy gue nyapa lo, dingin banget sih jadi cewe,” celetuk Alenta sambil memukul meja pelan. Baru kali ini ada cewek yang cuek dengannya.
“Angel mah emang gitu, dia sikapnya dingin, jarang ngomong lagi, kalo sama stranger,” sahut Davina yang tak jauh dari kursi Alenta.
Davina duduk berhadapan dengan Zain, Ardia dengan Ridwan, dan Aska dengan Alvino. Mereka semua saling berkenalan satu sama lain.
“Oh ya?” tanya Alenta sambil melirik Davina. Kemudian Davina mengangguk.
“iyaa.”
“Kamu udah pernah pacaran belom?” tanya Alenta pada Angel. Alenta mulai mengeluarkan jurus ampuh playboynya.
Tapi Angel sama sekali tak tergoda. “Nggak usah pake aku-kamu deh, jijik gue denger lo ngomong gitu,” balas Angel. Pandangannya masih fokus ke gelas yang ada di hadapannya sambil di aduk-aduk.
‘anjir ga mempan pake aku-kamu, baru kali ini gue nemuin cewe kaya es batu’ Alenta membatin.
“lo udah pernah pacaran?” tanya Alenta lagi.
“Belom,” balas Angel singkat. Dia tak tertarik sama sekali dengan topik pembicaraan Alenta.
“Udah gue duga,” jawab Alenta.
Angel mengerutkan keningnya, “Maksud lo?” sahut cewek itu melirik tajam Alenta.
“Yhaaa, cowo minder deketin lo, soalnya sikap lo dingin, untung cantik,” ujar Alenta seraya menampilkan senyuman lebarnya.
“Bodo amat,” Angel memutar kedua matanya malas. Sebenarnya dia tak ingin menyahuti perkatataan buaya darat yang ada di depannya saat ini.
"Jangan nilai gue, dari parasnya. Kenapa sih good looking selalu di bela atau di prioritasin? Heran gue," Angel memutar kedua bola matanya malas.
"Gue juga suka ngerasa gitu, padahal gue bodoh, badboy, cuma karena gue ganteng, banyak cewek yang suka sama gue, orang-orang selalu open. Tapi gue nggak suka, pada saat mereka sinis sama orang yang parasnya biasa aja, gue ga suka," ujar Alenta panjang lebar, "nggak adil buat mereka."
Angel menatap cowok di hadapannya, ia tidak menyangka jika Alenta sebijak ini. Seantero SMA Phoenix tahu, jika Alenta bukanlah murid yang baik, namun banyak fans nya.
“Gaessss, pulang sekolah nge-mall yuk,” ajak Aska dengan antusias. Jika sudah mall tak usah di tanya lagi, wanita mana sih yang menolak. Bisa dibilang Aska adalah ratunya nge mall. Dia sangat pintar dalam mencari barang-barang diskon.
“Aaaaaaahhk, Tasya mau ikut yaa,” teriak Tasya dari ujung meja. Noel melirik sebentar Tasya.
‘suaranya kek toa masjid’ batin Noel.
“Iyaaa, kitaa semua ikutt yeyyy,” balas Aska sambil mengangkat kedua lengannya. Kedua gadis itu menjadi pusat perhatian kantin.
“Ngapa lo pada ngeliatin aku? Nge-fans hah?” sambung Aska memarahi semua orang yang memperhatikannya. Bukannya takut, melainkan tertawa karena melihat Aska mengomel. “Ishh demi yaa, ngeselin banget sih, bukannya takut malah pada ketawa,” gerutu Aska sambil mengecutkan bibirnya.
“Yhaa masaa marah begitu,” sahut Zain sambil tertawa.
“Lah emang gimana lagi? Aku kan kalo marah begitu,” balas Aska sambil menyentuh-nyentuhkan kedua jari telunjuknya. Cewek itu mengeluarkan puppy eyesnya.
“Ah emang gabisa marah lo,” ucap Zain. Mereka berdua sudah kaling kenal. Bisa di bilang teman SMP.
“Isshh Zain mah dari dulu gangguin aku mulu, rasain nih,” ucap Aska sambil mencubit tangan kanan Zain. Bukannya kesakitan, Zain malah tertawa geli karena kelakuan imut Aska.
“Alvin, keren banget lo temenan sama Xavier, Ridwan, Noel. Mereka kan anak pinter dan berprestasi, ga brandalan kayak lo. Lo mah cuma muka doang ganteng, sikap lo ga ganteng” tutur Ardia. Alvino dan Ardia adalah sepupu.
Papahnya Ardia adalah kakak mamahnya Alvino. Jadi, kedua manusia itu sudah tumbuh bersama sejak kecil. Ardia tahu betul jika Alvino bukanlah anak baik-baik. Hoby main wanita, suka dugem, dan lain-lain.
“Bisaa dong, guee gitu lho,” balas Alvin sambil menaik turunkan kedua alis tebalnya.
“Lo temanan sama mereka cuma mau manfaatin kan? Ngaku dah,” ucap Ardia sambil berbisik agar tidak kedengaran yang lainnya.
“Guee ga gitu Ar, kalo mau temenan sama gue ayo, kalo ga mau juga it’s okay,” balas Alvino dengan wajah datar.
“Canda bang,” sambung Ardia sambil tertawa, lalu memukul pelan tangan Alvino.
"Sakit astagfirullah. Kenapa sih cewek kalo ketawa, pasti mukul," ujar cowok itu seraya mengusap lengannya.
Ardia menggeleng sambil tertawa. "Reflek gue, hahahaha."
---TBC---
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 182 Episodes
Comments
Nailil Ilma
Lanjut kak yuk....
Salam dari Cinta Anak Pesantren
2021-07-18
0
Ra Lia 🐻
Next ☺️☺️☺️
2021-05-22
1
Ika Sartika
lanjut.
2021-04-15
2