Saat ini, Azra berada di halaman belakang tempat biasanya keluarga Alvonia berlatih. Karena saat ini waktu menunjukkan jam 02.00, maka banyak orang orang yang masihlah tidur dan hanya beberapa orang yang sedang berpatroli.
''Yah, ini juga tak masalah. Lagian, nanti kemungkinan ibunda marah kalo tau aku keluar malem malem.'' Tersenyum bodoh sambil berjalan mencari tempat sepi. Azra, melihat sebuah tempat pojokan dibalik pohon bagian kanan pojok.
''Kurasa disana aman aman saja.'' Tak butuh waktu lama ia berjalan mendekati balik pohon tersebut.
''Sekarang, kumulai dari yang mana?. {Seni pernafasan Mawar Hitam}, {Seni pernafasan Kehampaan}, atau {Seni pernafasan Langit Biru dan Hitam}. Lebih baik, sekarang membentuk tubuh dahulu. Bagaimana pun juga, tubuh ini hanyalah tubuh Mahluk Fana.''
Azra mengambil sebuah buku kuno usang dan bisa rusak bila disobek. Tertulis kusam bertuliskan {The Art of Void Breathing.} Pada sampul buku usang tersebut.
''Aku bingung dengan keluarga ini. Memang benar bahwa seni pernafasan ini hanya khusus untuk laki laki, namun... Sungguh bodoh bila menempatkannya di paling pojok dekat tempat sampah pula. Apa karna ngak ada yang bisa mempelajari, jadi pantas dibuang, gitu?. Sungguh bodoh sekali.''
Azra meratapi kebodohan yang dilakukan oleh Keluarga Alvonia, sembari membaca lembar tiap lembar dengan cermat dan hati hati tanpa terlewati satu huruf pun.
Sebagaimana ia dijuliki bahkan diangkat menjadi Dewa Maha Tahu, itu dikarnakan daya ingat dan serap akan mengolah suatu informasi, pengetahuan, dan berbagai macam hal hal yang berkaitan dengan kecerdasan dalam kejeniusan, benar benar diluar akal sehat.
Sehingga, Tuhan pencipta saja, haruslah kalah bila bersaing dalam daya ingat dengan Azra. Berkat hal inilah, sang tuhan pencipta mengiming imingi Azra akan menjadikan dia dewa, namun tetap patuh pada perkataannya.
Azra yang waktu itu begitu menginginkan dirinya menjadi dewa, akhirnya termakan oleh ucapan Tuhan pencipta. Hingga ratusan tahun berlalu, Azra menyadari bahwa dia hanyalah diperalat oleh tuhan pencipta.
{Ahhh~, penyesalan selalu diakhir, Kah. Kurasa, lebih baik berjuang dari nol hingga menjadi dewa dan naik lagi menjadi tuhan sejati, seharusnya itu yang harus kucapai. Bukanlah sebuah pemberian orang lain.}
Itulah kata kata yang Azra tanam di dalam hati paling dalam. Mulai saat itulah, Azra mencoba mencari kemana apapun yang bisa membuatnya terlepas dari kontrak yang dibuat oleh dirinya dan sang tuhan pencipta.
Kembali ke cerita.
''Hmmm, bukankah ini... sama seperti teknik Jujutsu milik Gojou Satoru di anime Jujutsu Kaisen?. Yah, kurasa tak apa lah. Demi memutus kontrak perjanjian, aku akan melakukan apapun.''
Kemudian, Azra mengambil sikap Meditasi untuk menyerap semua pengetahuan seni pernafasan Kehampaan. Waktu tadi Azra membaca buku dan sekarang menyerap buku adalah 60 menit berlalu.
Setelah setengah jam menyerap semua ilmu yang ada. Azra mulai men-Simulasikan semua hal seni pernafasan di otaknya. Semua kekuarangan dan kelebihan seni pernafasan kehampaan tergambar jelas di pikiran Azra.
2 jam berlalu. Selama itu juga, semua simulasi telah selesai dan Azra memaksimalkan potensi sebenarnya dari seni pernafasan kehampaan.
Keringat dan nafas terburu buru terlihat jelas di Azra. Mental yang dia punya sebagaimana sebuah bayaran dari Simulasi yang ia lakukan. Berkat itu, Fisiknya juga kena dampak kelelahan.
''30 menit istirahat sepertinya sudah cukup.'' Tanpa basa basi lagi, dengan cepat Azra tertidur kelelahan dengan lelap.
Tidak Azra sadari. Ternyata sosok wanita yang terlihat berumur 30 tahunan memandanginya
''Dasar anak nakal!. Apa apaan kau ini, nak?. Berlatih hingga selelah ini, bahkan sampai menguras semua tenaga mu.'' Lembut sosok wanita berambut merah dengan wajah cantik dan keibuan.
Ketika jarak wanita keibuan ini hanya satu langkah kaki, ia berjongkok dan membelai rambut Azra yang menghalangi wajahnya.
''Namun, melihat kau yang bekerja keras seperti ini. Sudah seperti lelaki sejati, ya. Kau sungguh mirip ayahmu, Azra.'' Dengan lembut, sosok wanita ini mengangkat kepala Azra dan ia memosisikan dudunya dengan gaya Sheiza. Secara perlahan, Sosok wanita ini meletakkan kepala Azra di pangkuan pahanya yang mulus berbalut stoking.
****
''Hmmm~, Eggghhh, Hoaaammm. Jam berapa sekara... ahhhh, sialan sudah lebih jam 09:00 . Aku takut ibu marah, harus cepat.'' Azra tersadar dari tidurnya yang nyrnyak dan memosisikan tubuhnya untuk duduk sambil menguletkan tubuhnya.
''Aku takut ibu marah, apaan Azra?. Kenapa kau terburu buru?.'' Sebuah suara lembut penuh kasih sayang terdengar di telinga Azra.
Seketika, Tubuh Azra bergetar hebat dengan wajah ketakutan. Ia berbalik badan dan melihat, siapa orang yang mengatakan hak tersebut. Wajah ketakutan dengan sebuah senyuman canggung terpaksa terlukis di wajah Azra.
''I-i-i-ibu. K-k-kenapa k-kau a-ada di s-sini?.'' Sosok wanita 30 tahunan berambut merah seperti dirinya, dan tubuh sexy dengan kaki berbalut stoking. Diatas kepala, terlihat mahkota sederhana menampilkan sosok kasih sayang yang manis dari wanita ini.

((Ilustrasi Hina von Alvonia.))
''Hmm~, ibu hanya menemani anak ibu yang cantik sedang istirahat doang kok, emangnya kenapa?... Kan, anak ibu barusan lahihan keras dan butuh istirahat.'' Tersenyum manis sambil menapat lembut Hina sang ibu kepada Azra.
Namun, terlihat jelas bagi Azra dibelakang Hina terdapat sosok bayangan malaikat kematian membawa sabit.
Glukkk.
Azra Menelan kasar salivanya sendiri melihat pemandangan ibunya yang cantik terdapat sosok malaikat maut dibelakangnya.
Dengan senyuman canggung penuh keterpaksaan. Azra menerima apa adanya setelah ini. ''Ba-baiklah bunda. Azra menerima hukuman yang bunda berikan.'' Menangis tak keluar air mata Azra menerima semua ini.
Hina melihat anaknya sudah pasrah, senyuman manis bertambah semakin manis dan tulus penuh kasih sayang.
''Kalo begitu, sini tengkurepkan dirimu di paha ibu. 2.000 TAMPARAN ****** BUKANKAH KURANG, AZRA?.''
''Te-terserah i-ibu saja. Azra *-*-*-t-t-terima k-kok.''
*******
Aku, Azrael von Alvonia. Sebagaimana Sang Dewa Maha Tahu, haruslah terkapar lemas di lapangan pelatihan rumah bagian pojok kanan.
Semua tenagaku yang aku miliki, hilang bertambahan dengan memar ungu di ****** akibat sang ibunda, Hina. Menampar pant*tku menggunakan Energy.
''Nasib sang dewa kesialan. Sungguh dewa yang malang, diriku ini.'' Azra mengeluh dalam hati terdalam dengan gumaman kecil berusaha agar sang ibu tak mendengarkannya.
Dengan sekuat tenaga dan hati hati Azra mencoba memosisikan tubuhnya agar duduk dengan normal dan mengalirkan Energy keseluruh tubuh dan membuat tubuhnya melayang.
'Beruntung aku adalah dewa maha tahu. Sebuah {Energy} di planet bumi sebenarnya adalah {energi langit dan bumi}. Namun, secara alam. {Energi langit dan bumi} menyatu secara alami dan menghasilkan sebuah energi {Yin Yang} tingkat rendah dan menghidupi Planet Bumi Ini.'
Azra menatap sang ibu sedang membaca buku seni pernafasan yang ia bawa, sambil dirinya membatin. Karena peguasaan {Energy}nya begitu tinggi dan termasuk penguasaan orang berumur 100 tahun lebih dalam penguasaan {Energy}. Azra dengan mudah mengendalikannya.
''Nak, apa kau serius ingin mempelajari seni pernafasan ini?.'' Hina bertanya tanpa menolehkan pandangannya yang hanya tertuju ke tiga buku seni pernafasan tersebut.
''Ya, bunda. Azra memilih karna menurut Azra ini cocok, kok. Permasalahan tentang penyesuaian teknik untuk perempuan, Azra nanti akan mengurusnya.'' Azra Terus terbang mendekat dan duduk disamping ibunya. Walau Azra masihlah terbang, si.
''Hmmm~, apa anak ibu pengen tambah cantik dengan {seni pernafasan mawar hitam dan langit biru dan hitam}?.'' Tersenyum sinis Hina menatap anaknya.
Urat menonjol keras di kening Azra. ''Aku laki laki Ibu!.'' Keras Azra menjerit karena diperlakukan layaknya perempuan mulu ama ibunya.
''Hahahahahaha, mau bagaimana lagi. Lagian, wajah cantikmu itu yang begitu cantik kok, lagian. Ibu juga hampir kalah ni, sama anak ibu sendiri.'' Berekspresi sedih namun terlihat, sedikit senyuman mengejek terlukis di wajah Hina.
''Baiklah, kalau itu keinginan ibu. Akan ku buktikan deh!... 10 tahun,... ngak 5 tahun lagi aku akan berpetualang dan membuktikan bahwa, Aku Azrael von Alvonia. Menyatakan bahwa aku adalah laki laki sejati.'' Berdiri tegak dan tegas serta meletakkan tangan kanannya di dada kiri.
Tersenyum penuh makna dan senang Hina melihat anaknya yang membara tekadnya. ''Baiklah, kalau begitu, Azrael. Akan ku berikan kau ujian. Dalam 5 tahun, kau haruslah bisa menjadi lelaki sejati dan kembali kerumah ini.''
''Akan kuperlihatkan. Apa itu arti lelaki sejati.'' Tiba tiba, aura kedewasaan penuh wibawa akan seorang Raja bocor dari dalam tubuh Azra. Tatapan tegas tajam layaknya pedang terasah dari pembunuhan yang tak terhitung jumlahnya terlihat di mata Azra. Ekspresi dingin penuh ke angkuhan sosok raja dan tangan lurus terkepal menampilkan seorang raja sejati yang siap berperang.
Hina sekilas melihat sosok eksistensi dewa sebenarnya dari anaknya. Tak terbantah lagi, wajah merona penuh rasa timbul cinta dari Hina pada anaknya sendiri.
'Dia,... Begitu berbeda.' Tanpa sadar, Hina membatin hal itu. Ia begitu terpesona akan paras anaknya yang terlihat layaknya dewa.
Eksistensi yang seharusnya bukanlah mahluk fana melihatnya, karena. Bagaimanapun semua mahluk fana yang melihat Eksistensi seorang dewa ataupun dewi pastinya akan tergoda dan akan menyerahkan segalanya bagi mereka yang mahluk fana.
Ketika langkah pertama penuh ketegasan dan tekad kuat diambil. Seketika, semua pesona hilang dalam sekejap mata.
''SAKITTTTTTTT!!!!.'' Wajah menjelek penuh kesakitan sembari memegang bok*ng yang masihlah ada bekas tamparan ****** dari ibunya.
''Kenapa aku bisa melupakan hal paling mendasar seperti ini?. Ini... benar benar menyakitkan, sialan.'' Mengumpat Azra sambil tembang kembali menjauhi ibunya karena malu memperlihatkan sosok memalukan dihadapannya.
Hina yang sudah hampir kelewat batas karena tergoda oleh pesona anaknya. Harus sirna dengan sebuah tawa menertawakan kelakuan anaknya yang kesakitan. Tak henti hentinya Hina menertawakan anaknya dan menghilangkan kesan ia terpesona pada anaknya sendiri.
'Sialan, dasar ibu ngak punya akhlak. Anak mau tampil keren penuh pesona, malahan dapet tawa mengejek seperti itu.'
...>>>>>>>>>><<<<<<<<<...
...Ilustrasi yang saya berikan hanyalah sebagaimana pembaca agar lebih mudah membayangkannya. Bagaimanapun, Author juga ngak pintar me imajinasikan dan mengutarakan lewat kata kata mengenai ilustrasi seorang tokoh pemeran cerita....
...Jadi, jangan menertawa kan author ya kalo ada ilustrasi yang sedah terkenal siapa yang di gambarkan di novel....
...Sumber ilustrasi: Pinterest....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 28 Episodes
Comments
fanesa gemoy
mana ilustrasi mma nya?
2021-04-24
1
blumer
lanjutt
2021-04-22
0