Untaian kata yang tergabung dalam sebuah karya lagu menghasilkan makna cerita yang terkandung di dalamnya. Romantis, itulah kata yang terbesit di dalam pikiran siapapun ketika aku menyanyikan lagu itu. Karena itulah timbul sebuah ide cemerlang di dalam benak pikiran, yaitu berlutut di depan perempuan kuncir kuda yang menjadi pembawa acara MOS kali ini.
Benar sesuai dugaanku sebelumnya, semua manusia yang hadir di dalam pesta penyambutan itu berteriak kencang ketika lirik lagu terakhir aku berlutut di hadapan kak Cinta sambil memegang tangannya.
"Cie Cie!" Teriak mereka yang membuat wajah Kak Cinta memerah seperti kepiting rebus.
"Aduh, Gilang. Suaramu bagus, sumpah kakak jadi baper gara-gara perbuatan kamu ini." Kak Cinta tersenyum malu, lalu menarik napas untuk menstabilkan emosinya. "Oke oke, kalau gini mainnya, kamu kan masih jomblo nih, kita cari pasanganmu disini."
"Ayo, kita main lagi untuk mencari pasangan si Gilang," ucap Kak Cinta memberikan lagi tongkat kepada mereka dan menyetel lagu Balonku.
Suasana tegang menyelimuti seluruh peserta, termasuk diriku. Kalau yang dapat itu seorang perempuan sih, alhamdulillah. kalau yang dapat itu seorang lelaki, astaghfirullah. Untungnya kata yang akan aku ucapkan itu adalah alhamdulillah, karena yang mendapatkan tongkat terakhir adalah wanita yang satu kelompok denganku, mungkin Dewi Fortuna mendekatiku kali ini karena kasihan melihat seorang remaja sedang terpuruk.
"Naik! Naik! Naik!" teriak mereka.
"Ayo naik kesini, Dek. Berdiri di samping Gilang," ucap Kak Cinta.
Berbeda denganku yang malu-malu ketika menuju pentas, Anindya dengan senyumannya langsung menuju dan berdiri tepat di sampingku, dan ini membuat jantung berdebar lebih kuat dari sebelumnya.
"Nama kamu siapa, Dek?" tanya perempuan kuncir kuda itu sambil memberikan microphone kepadanya.
"Anindya, Kak," jawabnya.
"Panggilannya apa?"
"Sayang, eh-" celetukku spontan.
Tanpaku sadari dari relung lubuk hati terdalam, lisan ini menyebutkan kata itu dengan gampangnya. Apakah aku benar-benar jatuh cinta kepadanya, atau hanya sebatas mengagumi karya Tuhan.
Karena ucapan ini membuat seluruh manusia yang hadir tertawa dan kalian tahu ketika seseorang menyukai lawan jenisnya, akan ada manusia-manusia yang berada di dekat mereka akan berkata, "Cie-cie."
"Mentang-mentang yang maju cantik, main sosor aja kamu, Gilang," ucap Kak Cinta.
Aku tertunduk malu, lalu mundur beberapa langkah dari mereka berdua.
"Kita kesampingkan lelaki gombal ini dulu, nah panggilannya kamu apa, Dek?" tanya lagi Kak Cinta.
"Panggilan saya Anin, Kak."
'Nampaknya aku sedang jatuh cinta kepadanya, baru pertama kali ini hati dan pikiranku tertuju kepada seorang wanita.' Aku menandatangani sosok itu dari belakang.
"Nah, sekarang kamu pilih mau Truth or dare?" tanya Kak Cinta.
"Truth aja deh, Kak."
"Oke, kalau gitu kamu ambil kertas gulungan yang ada di kotak ini."
Terlihat dari bibirnya melisankan kata bismillah ketika mengambil kertas gulungan yang berada dalam tempat itu, dan setelahnya memberikan kepada Kak Cinta.
"Nyanyikan lagu yang kamu suka!" ucap Kak Cinta
"Lagu yang Anin sukai ya?" Dia berpikir sejenak, lalu berkata, "Saya nyanyi lagu Sabyan Gambus Kak. Judulnya Den Assalam,"
Itulah lagu yang dipilih oleh perempuan berhijab putih, sebuah lagu tentang keindahan agama Islam akan ajarannya yang penuh kasih sayang antar sesama manusia dan Tuhan.
Semua orang di ruangan terdiam menikmati suara wanita itu yang sangat bagus, termasuk diriku yang terdiam karena terpesona oleh keanggunan dan suaranya yang indah.
"MasyaAllah, Dek. Suara kamu sangat bagus," ucap kagum Kak Cinta.
"Terimakasih, Kak," jawabnya dengan senyuman manis.
Kak Cinta bertanya kepada semua orang yang ada di aula. "Gimana teman-teman suara Anindya, bagus gak?!" tanya Kak Cinta kepada peserta.
"Bagus, Kak!" teriak mereka.
"Kalau menurut kamu gimana, Gilang?" tanya Kak Cinta, tapi aku tidak menggubris karena sedang sibuk mengagumi ciptaan Tuhan yang sempurna layaknya Bidadari.
"Gilang?" Lambaian tangannya mencoba menyadarkan aku dari lamunan. "Gilangg!!" Sambungnya berteriak yang membuatku tersadar dari lamunan indah.
"Ayam-ayam." Itulah kata yang terucap berkali-kali di lisanku.
Mendengar aku yang menjadi latah, membuat semua orang di aula tertawa, termasuk wanita yang berada tepat di sampingku. Ia tertawa kecil di balik tangannya.
"Kamu ya, Dek. Ditanya malah menung, hayo merenungi apa?" tanya kak Cinta.
"A-anu, Kak. Itu loh anu," ucapku terbata-bata.
"Anu apa?"
"Eh ini loh, Kak. Saya lagi mengagumi ciptaan Tuhan yang sangat indah layaknya bidadari surga," ucapku spontan.
Benar rupanya semua dugaan ini, aku benar-benar jatuh cinta kepada wanita berhijab putih yang bernama Anindya. Karena sudah dua kali lisanku spontan berkata tentang kekaguman aku kepadanya.
Wahai cinta, apakah dia yang akan ditakdirkan menemani kehidupanku yang sementara ini di Bumi.
Wahai cinta, bimbinglah aku untuk membahagiakannya. Bimbinglah aku untuk menjauhkan jiwa dan raganya dari kesedihan yang ingin menerpa lautan emosinya yang suci.
Wahai cinta, kuharap engkau tak berdusta ketika berkata bahwa dirinyalah yang akan bertakhtakan mahkota suci dari harta yang ada di dalam hati ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments
Sept September
jempollll
2020-08-07
0
Amina Ade Djuma
hahaeee thoorr engkau mengocok perutku🤣🤣🤣🤣
2020-06-07
0
🍓{jasmine}🍓 W⃠ 🌀
hahaha
semangat kak
2020-05-09
0