Ponsel berdering di atas nakas kayu, gemetarnya mengusik tidur perempuan disebelahnya, dengan segenap usaha melawan rasa malas putri berhasil meraih ponsel itu
"Ya hallo"
Dengan suara baru bangun tidur
"Assalamualaikum putri"
"Walaikumussallam pak, kenapa telpon putri?"
"Kamu tolong ke kantor lingga, dia sedang punya banyak pekerjaan, antar dia makanan"
Pak herman berbicara
"Kantor?, makanan?"
Putri mengumpulkan kesadarannya
"Iya kemarin kamu bertemu Lingga bukan?"
"Aaaa iya lingga pak, kemarin putri ketemu, dia yang kesini"
Putri dengan suara sedikit cengengesan
"Ada yang ingin ia bicarakan tentang pernikahan kalian, bapak tutup ya karena pesawat akan berangkat sekarang, assalamualaikum"
Tutup pak herman cepat
"Waalaikumssalam warahmatullahi wabarakatuh"
Tutup putri dengan wajah dan nada tidak percaya
"Kantor lingga aja aku enggak tau, hadehhhh "
Putri mengusap wajah dengan kesal
"Kopi coklat harus mengembalikan moodku di pagi yang penuh aesthetic ini"
Sambil seolah-olah menatap pantulan sinar pagi di jendela dekat tempat tidurnya dengan dramatis
Hidup putri ditemani bunga-bunga kering yang kebanyaknyakan berwarna coklat dan hiasan-hiasan berbahan kayu ditambah lagi dia adalah penggemar novel-novel yang tersusun oleh kata-kata puitis hal itulah yang membentuk pribadi putri, dan kadang ia juga mengeluarkan kata-kata yang sedikit "ajaib" jika didengar.
Ditempat lain Lingga sudah berpakaian rapi dan sedang menyusun berkas-berkasnya, dia menoleh jam dan mempercepat gerakannya.
Dimeja makan lingga hanya menyomot roti selai yang sudah siap di atas meja
"Ma aku pergi, ada yang harus di urus pagi"
Teriak lingga pada mamanya yang berada di dalam dapur u
"Enggak makan dulu?, mbak bikin sup enak nih"
Mama lingga menyaut
"Enggak"
Lingga sudah di pintu saat menjawabnya.
Mobil sedan putih itu dilajukan dengan kecepatan sedang, menembus jalanan ramai kota pagi ini.
Lingga memencet tombol bluetooth telephone yang ada di setir mobilnya
"Dika kamu sudah hubungi pihak Istana Karya?"
"Saya ingin pertemuan pagi ini, sekitar jam sembilanan"
"Saya ingin petinggi perusahaan mereka"
"Baik terimakasi dika"
Lingga melepas tombol sambungan otomatis itu
Dika, orang yang disebut itu hanya mengangguk diseberang sana, tugasnnya hanya menerima perintah, dia adalah asisten atau tangan kanan Lingga di perusahaan, mereka bersahabat dekat, sering bercanda di luar permasalahan perusahaan namun menjadi sangat serius ketika mengenai pekerjaan.
Lingga sudah di ruangan rapat dan menunggu datangnya petinggi PT Istana Karya pagi ini, sembari menunggu ia membahas lagi bersama Dika dimana poin-point janggal pada penggelembungan dana proyek yang sedang perusahaan mereka kerjakan.
Jam 09:30 pagi masakan Putri sudah setengah jalan dan pagi ini ia memasak sop buntut, bukan karena ingin membuat Lingga terkesan bukan, putri tidak se percaya diri itu, tapi memang dia sedang pengen makan sop buntut hari ini, putri adalah penggemar sop buntut dan sop iga dan juga beberapa sop sop tradisional lainnya, jelas putri bisa memasak karena dia hanya tinggal sendirian sejak remaja, apalagi dia pecinta makanan indonesia sejati tentu saja beberapa resep masakan kesukaanya sudah di kuasai putri di luar kepala, ia hanya perlu membeli buntut sapi serta pala dan beberapa tomat segar yang tidak ada di dapurnya, putri menghaluskan bumbu dengan mesin penghalus yang mengasilkan suara sangat gaduh dan berisik maklum saja barang lama dan sudah berkarat di bagian luarnya.
Jam 10:30 Putri sudah di depan kantor Lingga, dengan alamat yang dikirimkan oleh mamanya lingga dengan pesan singkat, tentu saja itu pasti karena pak Herman yang menyuruh mama Lingga pikir putri.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments