Lingga membuka pintu kayu kecoklatan dengan corak yang sudah mulai suram itu, dia melihat wanita berkaos abu-abu menghadap meja di samping terlihat wanita itu sedang merangkai ranting-ranting kering dengan hiasan bunga-bunga keras yang sudah diawetkan
"Permisi"
Wanita itu tidak menoleh
"Ya masuk saja"
"Silahkan melihat-lihat di sebelah sana kerajinan bunga kering, bunga segarnya sudah habis karena memang kami hanya menyetok sedikit"
"Put saya lingga"
Pelan
Putri berhenti dari aktivitasnya dia menoleh dan membalikan badan menghadap lingga secara penuh
" kita bisa bicara di dalam, saya tutup tokonya dulu, kamu silahkan duduk"
Wanita pendek kulit coklat susu, rambut lebat hitam sebahu, mata besar karena ayelid yang tampak jelas, bibir bawah tebal, wajah yang oval saat memasang ekspresi kaku dan menjadi bulat menggemaskan ketika tersenyum, kurang lebih dia tidak berubah setelah sepuluh tahunan tidak bertemu
"Enggak usah ditutup tokonya, kita bicara santai saja"
Lingga tidak enak jika putri harus menutup toko hanya karena harus bicara padanya
"Saya memang harus menutup toko, hari sudah jam setengah sembilan malam" senyum tipis putri
Putri mengangkat kursi, memasukan bunga plastik diluar kedalam box, mencabuti tulisan-tulisan yang sudah purdar di samping jendelan, mengelap debu-debu jalanan yang menempel di plastik bunga, dan lingga menangkap aktivitas itu dengan matanya
"kaum tidak beruntung ini akan menjadi tuan baru di istana bisnis yang sudah kubangun bertahun-tahun ? , apakah hidup menang se dongeng itu? "
Lingga berbicara sendiri di dalam kepalanya
Putri
"Biasanya saya ditemani satu pegawai di toko ini, ia masih sma dan lusa dia akan ikut ujian nasional jadi dia saya suruh libur dulu, jadi yaaaa bisa anda liat saya harus mengerjakan ini sendirian termasuk mengangkat jendela kayu besar ini"
Putri sebenarnya mengode laki-laki yang sedang duduk di kursi tengah toko itu untuk membantunya, namun sepertinya lelaki itu tidak mendengarkan apa yang dibicarakan putri dari tadi, dia terlihat melamun entahlah mungkin pekerjaan di kantornya sungguh berat pikir putri yang akhirnya harus mengangkat jendela kayu segede gaban itu sendirian dengan lengan yang sedikit gemetar tentunya.
Putri selesai dengan tokonya ditandai dengan menggantungkan kembali lap tangan kuning itu.
"Kamu mau teh atau kopi?"
Berlalu dan masuk ke dalam toko lewat pintu geser dan itu memecah lamunan lingga yang terus memperhatikan gerak gerik perempuan itu.
"Enggak engga usah aku mau ngomong langsung aja"
Balas lingga cepat
"Aku punya teh dingin di termos "
Jawab putri yang datang dengan dua cangkir teh dingin di nampan yang di bawanya
"Aku bertemu dengan pak herman lima tahun lalu, dia datang dengan terengah-engah dan meminta tolong padaku untuk membiarkan dia bersembunyi di dalam box es krim yang ku bawa dengan sepeda saat itu, aku bekerja sebagai penjual es cream keliling waktu itu untuk membayar uang kuliah malam ku"
Putri bicara to the point saat ia selesai meletakan teh itu
"Dan aku baru tahu bahwa dia juga ada di lokasi saat kejadian pembunuhan yang akhirnya menjerumuskan ketua Badan Anti Korupsi, Antasari Anwar kedalam penjara saat itu"
Lingga membiarkan putri berbicara karena dia juga baru mendengar cerita ini
"Kau pasti tau kan kasus pembunuhan itu?"
Lingga mengangguk
"Yang mengehentikan langkah Antasari Anwar untuk membongkar kasus mega korupsi pada rezim saat itu karena dia di tuduh telah membunuh CEO PT Indo Makmur, Zaifudin Sakti di lapangan golf, tuduhan itu di duga karena Antasari adalah orang terakhir yang mengirim pesan kepada sang ceo dan pesan itu berisi ancaman, meski belum terbukti bahwa antasari yang mengirim pesan tapi sekarang dia harus menjalani hukuman 11 tahun penjara"
"Aku juga tahu hal itu putri, ceritakan bagian om herman"
Gerutu lingga tidak sabaran
"Pak herman cerita saat itu dia adalah orang terakhir yang menemui pak zaifudin, karena mereka ternyata teman ketika sma dan tidak sengaja bertemu di lapangan golf itu, saat kejadian pak herman bilang dia melihat dua orang asing tiba-tiba datang dan menembak kepala zaifudin, pak herman terkejut dan ia tahu ini adalah politik ketika dia tahu betul tersangka penembakan adalah anggota aparat negara, dia saat itu menggunakan topi hitam dan memilih memajuka mobil golfnya dan berakting seolah-olah tidak terjadi apa-apa sampai keluar pagar ia berlari dan secara kebetulan saya sedang lewat disana"
putri menjeda ucapannya
"aku dan beberapa penduduk sekitar harus mau diwawancara polisi dan beberapa wartawan beberapa saat setelah kejadian yang tentu saja menjadi breaking news di tv tv, kesaksianku yang menyatakan tidak melihat apa-apa yang mencurigakan saat berada di dekat TKP lah membuat pak herman seakan memiliki hutang padaku"
tutur putri
"bagaimana mungkin om herman tidak terlacak sedikit pun padahal dia juga bermain golf disana hari itu?"
tanya lingga tidak percaya
"pak herman bilang itu semua sudah diseting beberapa pihak bernama besar di pemerintahan, pihak pemilik tempat golf pun pasti sudah diajak kerja sama, pak herman saat itu adalah kader partai yang sedang naik daun namanya, dia harus menjaga namanya dan jika pihak pemilik tempat menyebut nama pak herman mungkin akan tidak sesuai dengan rencana yang sudah di susun rapi oleh aktor intelektual dibalik kasus ini"
lingga terdiam shok mendengar cerita ini
"singkat cerita pak herman berjanji akan menolongku dan mengubah nasibku, aku tidak tahu kalau yang beliau maksud adalah menjodohkan keponakannya denganku"
lamunan lingga seketika buyar ketika teringat kembali kenapa dia berada disini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments