Matahari mulai bersinar sangat terik. Acara pun dimulai. Para murid terlihat bahagia sekali karena akhirnya bisa berlibur dengan teman-teman sekolah setelah sekian lama.
Acara pertama yang mereka ikuti adalah bermain mengoper kelereng dengan sendok menggunakan mulut mereka. Acara kedua adalah bermain lompat tali. Acara ketiga adalah lomba lari. Acara keempat yaitu lomba mengumpulkan kartu sebanyak-banyaknya yang telah disiapkan oleh panitia acara tadi pagi.
Para murid telah bermain dan mendapatkan hadiah. Sekarang, matahari mulai terbenam. Para murid bebas melakukan apapun yang mereka mau. Ada yang bermain sepak bola, voli, futsal, basket, dll. Guru-guru membiarkan murid-murid mereka bermain sepuasnya hari ini.
Ryan Jonathan, pria tampan dan dingin itu bermain basket bersama teman-temannya. Para gadis sigap mengambil smartphone dari tas mereka dan merekam video Ryan yang berhasil memasukkan bola ke ring dan mencetak gol. Mereka juga berteriak histeris sambil merekam video itu.
Di sisi lain, ada Budi yang sedang bermain baseball. Amanda, Dinda, dan Rangga tentu mendukung dan menyemangati Budi. Budi juga termasuk tampan dan populer. Lumayan banyak murid perempuan yang bersorak untuknya, walaupun tidak sebanyak Ryan.
Setelah mereka selesai bermain, gadis-gadis berhenti mengikuti Budi karena tahu Budi sudah memiliki kekasih. Namun, mereka tak berhenti mengikuti Ryan.
...****************...
Bulan dan bintang mulai bermunculan. Mereka semua sudah berada di kamar mereka masing-masing.
"Din, Ayu, Clarissa cepat lihat postingan di Instagram ku. Like dan comment juga ya hehe." Amanda bicara sambil tertawa.
"Wah...Pacarmu itu memang tampan dan hebat! Andai aku punya pacar juga... 😌" komen Ayu.
"@budisuhono kamu memang pemain baseball yang handal." komen Dinda.
"😍❤" komen Clarissa.
Namun, tiba-tiba raut wajah Amanda berubah. Ia terlihat kesal.
"Wow ada yang sedang pamer kemesraan disini. Budi, kau kan tau aku belum punya pacar...Apa sekarang Amanda boleh jadi gebetanku? Haha 😂😀."
Ternyata yang membuatnya kesal adalah komentar dari Rangga.
"Huh, dasar anak itu." desah Amanda.
"Yang sabar ya, haha." sahut Ayu.
"Ayu kenapa sekarang aku merasa kau semakin serasi dengan Rangga ya... "
"Hei! Sudahlah, jangan berpikir yang aneh-aneh. Sudah larut malam, ayo tidur!"
Mereka pun tertidur pulas dan terlelap dalam mimpi mereka masing-masing.
...****************...
Cahaya matahari sudah masuk menembus jendela. Para guru, karyawan, dan murid juga sudah bangun. Mereka berkumpul ke lapangan untuk melakukan senam pagi bersama.
Selesai senam pagi, Amanda yang masih setengah sadar itu berjalan cepat ingin segera kembali ke kamar untuk tidur lagi.
Tiba-tiba..
"Bruk!"
"Hati-hati dong kalo jalan!"
"Eh...iya maaf."
"Amanda?"
Ternyata Amanda berjalan tanpa melihat-lihat sehingga Ia tak sengaja menabrak Ryan dan terjatuh ke tanah.
"Manda, kamu gapapa?" tanya Dinda khawatir.
"Iya, aku gapapa kok." sahut Amanda.
"Manda, kamu baik-baik saja?" tanya seorang pria tampan dan juga bertubuh tinggi. Dia adalah Leonard yang akrab dipanggil Leo.
"Iya, Aku baik-baik saja."
"Sikut dan lututmu berdarah. Ayo, kuantar kamu ke guru supaya segera diobati."
"Tidak perlu. Terimakasih bantuannya, Leo."
"Tak apa, ayo kuantar."
"Baiklah. Terimakasih ya, Leo."
"Sama-sama."
Dinda sampai mematung melihat betapa gentleman seorang Leonard. Dinda sudah jatuh cinta pada pandangan pertama. Melihat hal itu, Ryan pun penasaran. Biasanya, para gadis histeris setiap melihatnya. Namun, gadis di depannya ini terlihat sama sekali tidak peduli dengan keberadaan Ryan.
"Apa kau adalah Dinda dari kelas XI D?"
"Ya, benar."
"Apa yang kau pikirkan? Sampai melamun begitu."
"Aku hanya memikirkan luka Manda."
"Apa kau sahabatnya?"
"Iya."
"Lalu, apa kau kenal aku?"
"Aku hanya tau kau adalah Ryan Jonathan. Murid pintar dan kaya yang selalu mendapat ranking 1 setiap tahun."
"Hanya itu saja yang kau tau tentang aku?"
"Memangnya apalagi yang harus aku ketahui?"
Tidak ada lagi kan yang harus aku ketahui tentangmu selain ketampanan, kepintaran, dan sikap dinginmu itu. batin Dinda.
Ryan tidak menjawab. Mukanya langsung cemberut.
"Baiklah. Jika tidak ada hal lain, aku pergi dulu ya. Sampai jumpa!"
"Tunggu!"
"Ada apa?"
"Aku penasaran denganmu."
"Haha.. Apa yang membuatmu penasaran denganku?"
"Pikirkanlah baik-baik. Aku akan menemuimu lagi nanti. Pastikan kau sudah mengetahui jawabannya sebelum bertemu denganku lagi."
"Maaf. Tapi kenapa kau terlihat begitu yakin kalau kita akan bertemu lagi? Kita bahkan tidak pernah bertemu saat di sekolah."
"Biarkan takdir yang menjawabnya."
Dinda pun pergi dengan pertanyaan di pikirannya. Apa yang membuat Ketos sedingin es penasaran dengannya?
Ryan menatap tubuh kecil Dinda yang semakin menjauh sambil tersenyum. Lalu, Ia pergi ke arah yang berlawanan sambil berusaha menstabilkan senyumannya. Nyatanya, Ia masih tetap tersenyum senang.
"Apa yang membuatnya penasaran denganku ya?"
"Hmm"
"Entahlah. Aku sudah mencoba berpikir tapi kenapa tak ada jawaban yang tepat."
"Bodoh! Kenapa kamu harus memikirkan hal tidak penting begini sih, Din. Lagian kamu dan dia juga belum tentu bertemu lagi." batin Dinda.
"Jika nanti bertemu lagi dengannya aku harus jawab apa?"
Dinda tenggelam dalam pikirannya sendiri selama menemani Amanda di sebuah ruangan. Itu adalah ruangan dimana Amanda beristirahat. Leo, Budi, Ayu, dan Rangga juga ada disana.
"Kamu lagi mikirin apa, Din?" Amanda bertanya penasaran.
"Ah, engga kok."
"Mengaku saja, Din. Kamu sedang memikirkan salah satu murid laki-laki di sekolah kita kan? Apa itu aku yang super tampan ini? Haha." Rangga bertanya terbahak.
"Mengapa kamu selalu sangat percaya diri sih?" Ayu menggerutu kesal.
"Kenapa? Kamu sedang memikirkanku, ya?"
"Huh! Untuk apa aku memikirkan orang tidak tahu malu sepertimu!"
"Apa! Ternyata selera bangau memang buruk."
"Hei bebek gila..."
"Sudahlah, aku disini untuk menemani Amanda. Bukan mencari masalah dengan bangau sepertimu."
Ayu belum sempat menyelesaikan kalimatnya karena Rangga tiba-tiba menyela.
"Haha..Sekarang kalian benar-benar terlihat seperti sepasang kekasih." Amanda tergelak mendengar pertengkaran kedua sahabatnya itu.
Dinda dan Leo juga tertawa melihat Ayu dan Rangga bertengkar. Sementara Budi seperti biasa, hanya melihat tanpa ekspresi.
Acara selanjutnya hampir dimulai, Amanda menyuruh semua orang di ruangan pergi meninggalkannya dan mengikuti acara selanjutnya. Semua sudah pergi dari ruangan, kecuali Dinda. Bagi Dinda, sekalipun acara itu menyenangkan tapi jika Dia tetap menemani Amanda maka Dia tidak akan bertemu lagi dengan Ketos tampan yang sikapnya sedingin es itu.
"Dinda, mengapa kamu tidak pergi?"
"Haha tidak apa-apa. Aku disini saja. Nanti kalo kamu butuh sesuatu kan harus ada yang bantu kamu."
Akhirnya, Amanda membiarkan Dinda tetap bersamanya.
...****************...
"Rangga!"
"Apa kau melihat Dinda?"
"Dinda? Oh Dia bersama Amanda tadi di Villa bagian kiri di ruangan 1."
"Apa Dia tidak ikut acara? Apa Dia juga sakit?"
"Mana kutahu."
"Bukankah kau temannya?"
"Aku sahabatnya!"
"Terserah."
"Tapi Ryan, kau tidak pernah mengkhawatirkan wanita lain selain Alexa. Ada apa denganmu hari ini? Kau masih menyukai Alexa kan? Atau sekarang kau mulai menyukai Dinda?"
"Tutup mulutmu! Jangan bahas wanita itu lagi!"
"Baik. Aku pergi dulu."
"Kau mau kemana?"
"Kenapa masih bertanya? Tentu aku mau pergi menemui Budi. Pacarnya terluka tentu saja kami harus menjenguk pacar kesayangannya lagi."
"Ya sudah sana, pergilah."
Rangga pergi dan menemui Budi. Namun, mendadak ada yang memukul bahu mereka dari belakang. Terdengar bunyi nafas yang sudah ngos-ngosan. Itu adalah Ryan. Setelah Rangga meninggalkannya, Ia baru sadar kalo Dinda yang Ia cari satu ruangan bersama Amanda.
"Ryan? Apa yang kamu lakukan disini?" tanya Budi dan Rangga kompak. Mereka terheran-heran kenapa seorang Ryan yang dingin dan angkuh bisa sampai berlari kearah mereka.
"Ah, tadi kan aku...aku...aku ditabrak Amanda. Mungkin karena Dia kaget jadi Dia jatuh ke tanah. Aku juga bersalah jadi aku harus menjenguk Amanda juga untuk minta maaf."
"Baiklah. Kau boleh ikut kami untuk melihatnya."
Budi dan Rangga terlihat sangat heran..tapi mereka memutuskan untuk tetap diam karena masih ada Ryan di samping mereka.
Mereka pun sampai di Villa bagian kiri di ruangan 1. Dinda dan Amanda terlihat sangat terkejut karena kedatangan sosok Ryan. Apalagi terlihat banyak keringat bercucuran pada mukanya dan bajunya. Ryan mendekat ke arah Amanda. Sementara Budi dan Rangga memilih keluar dari ruangan.
"Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa orang sepertinya sampai berlari hanya untuk meminta maaf?"
"Tadi aku bertemu dengannya. Dia menanyakan Dinda. Ah, apa karena Dia juga ingin bertemu Dinda?"
"Tapi bukankah Dinda belum kenal dengannya?'
"Entahlah."
Sementara di dalam ruangan...
Ada apa ini? Dia datang kesini untuk melihat Manda kan. Iya, Dia pasti hanya ingin melihat Manda. Dinda kamu harus tenang. Malahan bagus jika Dia melupakan yang Dia bilang tadi pagi.
"Amanda, apa kau baik-baik saja? Maafkan aku."
"Ya, aku baik-baik saja."
"Maaf, Lain kali aku akan mentraktirmu kalau Budi mengizinkan."
"Haha tidak perlu repot-repot. Lagipula ini bukan salahmu. Aku yang salah karena menabrakmu."
"Baik. Istirahatlah."
Apa? Bukankah Manda bilang Dia adalah pria yang dingin? Ah, benar juga. Manda adalah temannya waktu kecil. Wajar jika Dia baik kepada Manda.
"Dinda."
"Iya?"
"Ikut aku!"
Dinda belum beranjak dari tempatnya duduk. Dia masih ragu.
"Ikut aku keluar!"
"Iya."
"Hei! Apa! Ryan benar-benar keluar bersama Dinda!" Rangga terkejut.
"Wah ada apa ini...?" Budi sama terkejutnya dengan Rangga.
Ryan mengajak Dinda ke taman Villa. Ia sengaja mengajak Dinda kesana karena disana tidak ada orang lain sehingga mereka bisa berbicara dengan leluasa.
"Duduk!"
"Hei, apa kau tuli? Ayo duduk di sini." Ryan menepuk kursi di sebelahnya.
"Tidak perlu, aku berdiri saja."
"Kenapa? Kau takut?"
"Tidak."
"Lantas? Cepat duduk!"
"Baiklah." Dinda menjawab dan secepat kilat Ia sudah duduk di sebelah Ryan.
"Kau sudah memikirkannya?"
"Apa?"
"Wah, bagaimana orang sepertimu bisa mendapat ranking jika perkataanku yang belum sehari saja tidak kau ingat?"
"Oh itu..haha aku...Apa karena aku berada di ranking 3 besar sama sepertimu makanya kau penasaran denganku?"
"Bukan."
"Terus kenapa?"
"Huh!" Ryan mendesah kesal.
Kenapa Dia mendesah kesal begitu sih? Apa sebenarnya yang Dia inginkan?
"Dinda, apa kau tau? Kau hanya membuatku semakin penasaran denganmu."
Dinda mematung dan tidak bisa menjawab. Dia takut jika salah menjawab maka akan lebih parah.
"Bolehkah aku memegang tanganmu?"
"Kenapa?"
Apa! Kenapa mendadak Dia ingin memegang tanganku! Baiklah, Amanda pernah bilang turuti saja.
"Boleh atau tidak?"
"Boleh." Dinda menjawab namun tetap tidak memedulikan Ryan yang daritadi memperhatikannya.
Ryan pun memegang tangan Dinda. Namun, Ia masih menatap lekat wajah gadis di sampingnya.
Gadis ini hebat juga, bagaimana bisa Dia sama sekali tidak terpesona olehku? Ryan, ada apa denganmu? Kamu bahkan tidak pernah seperti ini sebelumnya. Meminta memegang tangan seorang gadis, biasanya kau yang selalu dimintai oleh gadis-gadis untuk menyentuh tanganmu. gumam Ryan dalam hati.
"Dinda."
"Iya?"
Kenapa ini? Kali ini Dia benar-benar memanggilku dengan sangat lembut.
"Aku sangat kagum padamu."
"Tentang apa?"
"Segalanya."
"Dinda."
"Iya."
"Biasanya kau dipanggil apa?"
"Din."
"Bolehkah aku memanggilmu Din juga?"
"Boleh."
Tapi kenapa? Kenapa Dia mau memanggilku Din juga?
"Din."
"Iya."
"Apa kamu sudah punya pacar?"
Apa! Bahkan Dia bertanya tentang ini.
"Kenapa?"
Ryan tidak menjawab. Ia mengalihkan pandangannya dari Dinda.
"Belum."
Dinda akhirnya menjawab.
"Baiklah, aku ingin bertanya padamu."
"Tanyakan saja."
"Kalau kau tidak memiliki pacar, kenapa kau bisa tidak terpesona olehku? Biasanya para gadis akan berteriak histeris, bahkan melakukan apa saja untukku. Tapi, kenapa kau berbeda dari mereka?"
"Haha. Tuan muda Ryan, saya tau anda memang sangat tampan dan pintar. Tapi, saya sudah menyukai orang lain."
"Apa orang itu menyukaimu juga?"
"Aku tidak tau."
Ryan melepas genggaman tangannya.
"Baiklah, semoga berhasil dalam mengambil hatinya. Sudah malam, masuklah kembali ke kamarmu."
"Iya, selamat malam."
Dinda masuk ke kamar disusul dengan pertanyaan dari Amanda, Ayu, dan Clarissa.
"Dari mana saja kamu, Din?" tanya Ayu.
Dinda hanya diam.
"Sudah malam, kita semua tidur saja." sahut Amanda.
...****************...
Matahari sudah mulai terlihat. Seisi kamar Dinda sudah bangun, kecuali Ayu. Amanda langsung menarik Dinda untuk keluar ke taman.
"Guys, kami mau jalan2 pagi di taman. Kami pergi dulu ya." Amanda bicara sambil melambaikan tangan.
Sesampainya di taman, Amanda mulai bertanya.
"Dinda, kemarin kenapa Ryan menyuruhmu mengikutinya? Apa kau berbuat kesalahan padanya?"
"Tidak. Dia bilang kalau Dia penasaran denganku."
"Tapi kenapa?"
"Aku tidak tau."
"Jadi, apa yang kalian bicarakan kemarin?"
"Tidak banyak."
"Ya sudahlah kalau tidak mau memberi jawabannya, aku tidak akan bertanya lagi. Ayo, kita pergi ke Villa bagian tengah untuk bersiap-siap sarapan."
"Ayo."
Semua murid dan guru sarapan bersama. Selesai sarapan, mereka semua masuk ke dalam bus. Guru-guru membiarkan para murid memilih sendiri mau naik ke bus berapa dan mau duduk dengan siapa. Ryan dan Leonard tiba-tiba memasuki bus 1. Mereka berdua melihat ada Dinda disana. Tadinya, Dinda ingin duduk di kursi bertiga bersama Ayu dan Clarissa. Tapi tiba-tiba...
"Din, aku duduk di sebelah kananmu, ya?" tanya Ryan.
"Kalau begitu aku di sebelah kirimu, ya?" tanya Leo.
Melihat itu, Ayu langsung menarik Clarissa ke kursi untuk dua orang.
Rangga yang duduk bersama Samuel benar-benar terkejut. Ia menepuk pundak Ayu yang duduk di depannya.
"Ayu."
"Apa! Jangan menepuk pundakku!"
"Maaf. Tapi apa-apaan tadi, aku tidak salah lihat kan?"
"Kenapa?"
"Ryan memanggil Dinda dengan sebutan Din!"
"Terus kenapa?"
"Hei. Kau tidak penasaran?"
"Lagipula tidak ada yang bisa mengetahui jawabannya jika mereka tidak ingin memberitahu."
"Huh."
"Dinda."
"Iya."
"Apa biasanya kamu dipanggil Din?"
"Iya."
"Bolehkah aku memanggilmu Candy?"
Apa aku bermimpi? Aaaa senangnya.
"Boleh." Dinda tersipu malu. Wajahnya mulai memerah. Ia benar-benar tidak bisa menahan ekspresinya.
"Hei Leo."
"Apa?"
"Kenapa memberikan panggilan itu padanya?"
"Memangnya kenapa?"
"Din."
Kenapa Dia berbisik padaku! Geli tau!
"Iya?" menjawab sambil berbisik juga.
"Sudahlah."
Apa! **A**pa maumu!
BERSAMBUNG
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 129 Episodes
Comments
muhammad fitriadi
cerita nya bagus tpi boleh yah dksih nama yg ngomong biar kita nya paham gtu
2022-05-07
0
🖤리카𝘌𝘓𝘍98🖤
🤣🤣🤣🤣 Ngakak, tapi senang direbutin dua cogan
2021-07-16
2
Flying-pan
“Biarkan takdir menjawabnya” 🙃
2021-06-07
4