Ainsley yang selesai dari kelas nya mulai beranjak pergi ke ruang musik, tentu saja untuk latihan konser nya yang akan mendatang.
"Ainsley! Mau ikut pergi tidak? Nanti malam?" ajak Vindi pada Ainsley.
"Sepertinya tidak...
Aku harus latihan piano..." tolak Ainsley secara halus.
"Semangat nona Belen..." ucap Vindi pada Ainsley, ia memang sering memangil teman nya dengan sebutan nama belakang keluarganya.
"Hm, aku duluan yah." jawab Ainsley tersenyum manis dan berlalu meninggalkan Vindi.
Ainsley seperti biasa memotong jalan melewati dari belakang gedung fakultas nya agar ia lebih cepat sampai ke ruang musik, walaupun ia melewati tempat sunyi namun Ainsley tak begitu takut karna sudah terbiasa, tanpa tau bahaya bisa muncul di tempat yang biasa di kunjungi.
Hmmhhh...
Saat ia merasa tiba-tiba ada yang membekap mulut nya dan menyuntikkan cairan secara paksa ke lehernya.
Ainsley pun memberontak berusaha melepaskan dirinya dari orang yang ingin menghilangkan kesadaran nya.
Namun pandangan nya semakin gelap, tubuhnya mulai terasa lemas dan tak memiliki tenaga. Perlahan tangan nya yang berusaha dengan keras melepaskan tangan sedang membekap nya perlahan lemas saat cairan tersebut semakin masuk ke dalam tubuhnya.
Mengetahui Ainsley yang sudah mulai terpengaruh dengan obat bius yang mereka berikan membuat orang itu melepaskan tubuh Ainsley hingga membuat gadis itu langsung terjatuh.
"Siapa mereka?" batin Ainsley ketika melihat dua orang pria bertopi hitam dan memekai masket sebelum pandangannya semakin gelap dan kehilangan kesadaran nya.
......................
Mansion Richard.
Byurr...
Ainsley yang mulai tersadar saat ia merasakan wajah nya tersiram air. Richard menyuruh bawahan nya menyiram wajah Ainsley dengan segelas air agar Ainsley semakin cepat sadar dari bius nya.
Ainsley pun langsung kelagapan, ia tentunya merasa sangat takut, saat ia berusaha menggerakkan tangan nya, ia baru menyadari jika tangan nya terborgol ke belakang.
Matanya semakin membulat sempurna saat ia melihat seorang pria yang duduk menyilangkan kaki nya dengan santai melihat nya. Pria itu memakai topeng menutupi matanya sehingga Ainsley tak mengetahui siapa pria tersebut.
Tubuhnya langsung gemetar, ia pun langsung bangun, matanya melihat ke sekeliling dimana ia berada, ia berada seperti di ruangan penjara, ruangan kosong yang membuatnya berdigik ngeri karna ia melihat banyak pria berjas sama seperti pria yang membantai di hutan sebelumnya.
Mata Ainsley pun melihat ke arah pria bertopeng di hadapan nya.
"Kau mau melihat ku seperti itu? Kau memiliki mata yang indah...
Menurut mu berapa harga dari mata mu?" tanya Richard dengan seringai di wajahnya, dan membuat Ainsley semakin bergetar ketakutan.
Ainsley pun langsung menurunkan pandangan nya, ia tak berani lagi melihat ke arah pria bertopeng di hadapan nya.
"Ma-mata ku jelek...
Tak akan laku jika di jual..." ucap Ainsley polos dengan suara bergetar.
"Pffttt....
HAHAHAHA..." suara tawa Richard yang menggema di seluruh ruangan, ia tak habis pikir bagaimana gadis di hadapan nya masih mampu membalas ucapan nya padahal ia sudah hampir mati karna ketakutan.
Richard pun turun dari kursi yang seperti singgasananya dan menghampiri Ainsley yang gemetar ketakutan.
"A-aku salah apa? Ke-kenapa menculik ku?" tanya Ainsley dengan suara bergetar dan mulai menjatuhkan bulir bening nya karna merasa sangat takut.
"Kau melihat yang harusnya tak kau lihat..." jawab Richard dengan seringai di wajahnya.
Deg...
Ainsley terkejut beberapa saat, ia membulatkan matanya dengan sempurna, dugaan nya benar saat ia melihat pria yang memakai stelan yang sama di hutan.
Wajah Ainsley pun semakin pucat, tubuhnya semakin gemetar, ia sangat takut jika ia akan menjadi sama seperti para korban pembantaian yang ada di hutan kemarin.
"A-aku tak melihat apa-apa..." jawab Ainsley gugup dengan suara bergetarnya, ia sengaja mengatakan kebohongan agar ia bisa selamat walaupun kebohongan nya terlihat sangat jelas karna ketakutan nya.
"Kau tak melihat apapun?" tanya Richard dengan semakin menunjukkan seringai nya. Tangan nya pun mulai mengelus wajah Ainsley yang basah oleh air mata dan guyuran air barusan.
Ainsley pun semakin menangis ketakutan ia menggelengkan kepalanya perlahan saat tangan Richard turun dan mulai mengalungkan tangan kekar nya ke leher jenjang Ainsley.
"Ukh!" pekik Ainsley saat ia tak bisa bernafas karna cekikan yang di berikan Richard, ia sangat ingin memberontak namun ia tak bisa sama sekali karna tangan nya yang terikat borgol kebelakang.
"Aku tak suka pembohong!" ucap Richard dengan menatap tajam Ainsley, walaupun Richard menggunakan topeng namun Ainsley tetap dapat merasakan tatapan yang lebih tajam dari silet itu.
Ainsley semakin semakin menjatuhkan bulir bening nya tubuhnya kian bergetar dengan nafas yang sudah semakin di ujung akibat cekikan Richard
Plak!
Satu tamparan keras langsung mendarat di pipi putih Ainsley, hingga membuat gadis itu meringis merasakan perih di pipi nya.
"A-apa yang kau inginkan dari ku? hiks..." tanya Ainsley dengan semakin menangis dan menjatuhkan bulir bening nya.
"Nyawa...
Aku mau nyawa mu." jawab Richard enteng.
Deg....
Jantung Ainsley serasa ingin berhenti mendengar jawaban pria bertopeng di hadapan nya, wajahnya semakin pucat, tubuhnya terlihat jelas jika ia semakin gemetar, Ainsley pun hanya bisa menangis sembari menggelengkan kepala nya menatap Richard.
Richard mulai kembali ke kursi nya lagi dan melihat Ainsley yang semakin ketakutan dan menangis.
"Kemana keangkuhan mu itu?" tanya Richard menyeringai membuat Ainsley semakin takut.
"A-aku tak angkuh...
Ain-Ainsley anak baik....
Ti-tidak jahat...." jawab Ainsley dengan suara bergetar, entah kenapa ia malah mengatakan yang sering di ucapkan nya saat ibunya menghukum nya atau saat Sean menghukum nya.
"Pffttt...
Kau ini benar-benar lucu yah...
Aku jadi semakin ingin menyiksa mu." ucap Richard dengan tertawa kecil.
Ainsley pun semakin gemetar ketakutan melihat tawa Richard.
"Patahkan tangan dan kaki nya." ucap Richard lagi pada bawahan nya sembari mengubah ekspresinya 180° dari tertawa ke wajah dingin.
"Ja-jangan! Ku mohon jangan!" teriak Ainsley saat para bawahan Richard mulai melepaskan borgol di tangan nya dan mulai mematahkan kedua tangan nya.
"Kenapa aku harus mendengarkan mu?" tanya Richard enteng sembari meneguk white wine nya.
"A-aku punya video nya!" jawab Ainsley cepat sebelum tangan kanan nya di pukul menggunakan palu, yang ia pikirkan hanya tangan nya tak boleh terluka, karna konser nya sebentar lagi, tanpa tau apakah ia masih bisa keluar dari tempat itu atau tidak.
Richard pun berhenti meneguk white wine nya dan menatap tajam ke arah Ainsley. Ia pun memberi kode tangan pada bawahan nya untuk tak mematahkan tangan dan kaki Ainsley.
"Kalian belum priksa barang-barang nya?" tanya Richard pada bawahan nya.
"Sudah tuan, tetapi tak di temukan video apapun." jawab bawahan Richard.
"Tentu saja aku sudah memindahkan nya ke akun lain! Jika aku hilang atau mati, maka video itu akan tersebar! Aku sudah mengatakan pada seseorang jika aku hilang atau mati maka dia harus menyebarkannya!" jawab Ainsley pura-pura tenang walaupun rasa takut yang sudah meluap ke ubun-ubun nya.
Ia memang sudah memindahkan video tersebut ke penyimpanan akun Sean tanpa Sean sadari saat ia menginap di mansion Sean. Namun ia menambahkan ceritanya agar Richard melepaskannya.
"HAHAHAHA...
Aku diancam oleh anak kecil?!" tanya Richard yang tiba-tiba tertawa dan lalu menatap tajam ke arah Ainsley.
Ia berjalan mendekat dan...
Plak! Plak! Plak!
Menampar Ainsley berulang kali karna ia merasa geram.
Ainsley dapat merasakan anyirnya darah yang mengalir di lidah nya saat Richard menamparnya membabi buta karna geram.
"Akh!" pekik Ainsley saat merasakan tangan Richard yang menarik rambut nya dengan kasar setelah menamparnya habis-habisan.
"Kau mau mengancamku dengan video? Kalau begitu ingin aku melakukan hal sama?" bisik Richard dan semakin menarik rambut Ainsley hingga membuat Ainsley semakin meringis.
Richard pun melepaskan tarikan rambut nya pada Ainsley dan berdiri.
"Bawakan ranjang dan kamera lengkap, kita akan membuat video yang menyenangkan disini." perintah Richard pada bawahan nya, ia pun mulai memilih 5 orang bawahan nya untuk bermain dalam video yang ingin di buat nya untuk Ainsley.
Ainsley masih bingung dengan maksud Richard ia semakin menangis dengan tubuh gemetar nya.
"Kalau begitu aku akan buat video tentang mu juga dan menyebarkan nya. Pasti akan banyak yang tertarik kan? Melihat pemain piano terkenal ternyata tak lebih dari jalang murahan!" ucap Richard sembari menunjukkan senyum devil nya.
Ainsley tersentak ia semakin pucat saat mengetahui rencana yang Richard buat untuk nya, ia pun benar-benar menyesali perkataan nya tentang video pembantaian yang ia rekam.
Setelah semua alat yang di butuhkan untuk membuat video sudah datang, para bawahan Richard pun setelah melempar Ainsley ke ranjang.
Terlihat dua pria memegang kedua tangan nya agar ia tak bisa bergerak, Ainsley semakin menangis pilu saat beberapa pria mulai menyentuh tubuhnya.
"Ja-jangan ku mohon...
Aku... aku...
Belum pernah melakukan nya...
Jangan huhu...." tangis Ainsley sembari memohon menatap Richard yang dengan santai meminum white wine nya dan melihat Ainsley.
"Belum pernah? Kau belum pernah sama sekali? Kau masih murni?" tanya Richard pada Ainsley di tengah tangis pilu gadis itu saat seseorang semakin menjamah tubuh nya.
Ainsley pun menganggukkan kepalanya mengindahkan pertanyaan dari Richard.
Ainsley sendiri selalu di sibukkan dengan belajar dan bermain piano sejak kecil sehingga ia tak memiliki waktu untuk hal seperti itu, dan lagi pacar pertama nya adalah Sean yang bahkan Sean sendiri pun belum pernah benar-benar melakukan nya, walau Sean juga terkadang menyentuh tubuhnya karna tak bisa menahan dirinya.
"Kalau kau berbohong aku tak akan mengampuni mu..." ucap Richard dan semakin mendekat pada Ainsley.
"Ikat tangan nya ke atas." perintah Richard pada bawahan nya.
Menemukan wanita seusianya yang masih murni itu seperti menemukan berlian di dalam kubangan lumpur.
"Kalau begitu aku akan memeriksa nya sendiri, kau bohong atau tidak." ucap Richard dengan seringai di wajah nya. Ia pun menyuruh kelima bawahan nya untuk menyingkir.
"A-apa?!" tanya Ainsley dengan suara bergetar dan wajah yang semakin pucat saat Richard menaiki tubuhnya. Ia berusaha memberontak sebisa mungkin namun kedua tangan nya terikat ke atas sehingga tak banyak yang bisa ia lakukan.
Sregg...
Richard yang langsung merobek kasar blouse yang di kenakan Ainsley hingga membuat Ainsley semakin histeris dan ketakutan.
"Ja-jangan...
Maaf...
Huhu..." tangis Ainsley yang semakin pilu saat Richard mulai menjalarkan tangan nya dengan kasar di tubuh putih nya, menyentuh semua bagian privasi dari tubuhnya.
Sean memang pernah menyentuh tubuhnya namun tak sekasar yang dilakukan Richard sekarang.
Ainsley pun semakin menitikkan bulir bening nya, ia benar-benar tak mau di perkosa dengan orang tak di kenal dan di lihat banyak pria serta di rekam.
"Huhu jangan..." mohon Ainsley saat tangan Richard mulai mencoba memasuki dirinya.
Deg...
"Dia benar-benar masih murni." batin Richard saat ia menyentuh bagian yang sangat privasi dari tubuh Ainsley.
"Ku mohon...
Ja-jangan...
huhu..." Ainsley yang semakin menggelengkan kepala nya dan memohon saat Richard melihat ke arah nya.
Richard pun semakin menyeringai melihat wajah memelas Ainsley.
Ia mulai mencengkram wajah cantik itu dan memaksakan ciuman nya.
"Hummpphhh..." Ainsley semakin berusaha memberontak saat Richard mencium paksa bibirnya.
...****************...
Aduh kira-kira jadi gak tuh?🤧🤧😭😭
Jangan jahat" loh babang Richard😭
Jangan lupa, like, komen, vote, fav rate 5 dan dukung othor🤗🥰❤️
Happy Reading❤️❤️❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 239 Episodes
Comments
Putri Cikal
semiga g jadi
2022-08-02
0
Hervi
kenapa aku yang deg2 an ya😌😌
2021-12-24
0
oyen
semoga gak jadi ya🙏
2021-10-23
1