Crazy Over You

Esok harinya di sekolah, tak seperti biasanya. Nicholas yang kesehariannya terkenal sebagai remaja yang cool dan tak banyak tingkah tersebut, tiba-tiba berubah seperti orang aneh.

Ia yang biasanya selalu antusias dalam mengikuti segala mata pelajaran, kini seolah menjadi tidak fokus. Ia terus menatap pulpen yang sengaja ia putar-putarkan dengan tangan, sambil tak henti-hentinya tersenyum. Hal tersebut mengundang perhatian Miko dan Dirly, yang kebetulan satu kelas dengannya.

"Si panjul kenapa dah?"

Miko bertanya pada Dirly yang tengah tersenyum, memperhatikan tingkah Nicholas.

"Kesambet setan tante Barbie Kumalatai kali dia." ujar Dirly kemudian.

"Anjir, tante Barbie. Idup aja udah mirip setan, gimana setan benerannya?"

"Hihihi."

keduanya cekikikan, hingga mengundang perhatian guru yang tengah mengajar di kelas tersebut.

"Miko, Dirly, jangan bercanda terus. Perhatikan ke depan...!

Dirly menyikut Miko.

"Perhatiin Karno." ujarnya kemudian.

"Iya, Suripto." jawab Miko sewot.

Mereka berdua pun memperhatikan kedepan. Lalu, mata sang guru beralih pada Nicholas yang masih melamun sambil tersenyum.

"Nicholas?"

Guru tersebut menegur Nicholas, namun pemuda itu tak mendengarnya. Ia masih terus memasang mode budek pada telinganya, dan memutar-mutar pulpen sambil tersenyum.

"Nicholas."

Miko dan Dirly saling bersitatap. Mereka cemas akan keselamatan Nicholas, jika tak kunjung keluar dari zona bolotnya.

"Nicholas Diovano Marcell."

Suara sang guru menggelegar. Nicholas pun akhirnya tersentak.

"Eh, oh eh. Iya bu, ada apa ya?"

Nicholas tersadar dari lamunannya secara serta merta. Seisi kelas kini menatapnya.

"Kamu perhatikan ke depan, atau keluar dari kelas saya."

"I, iya bu."

Nicholas pun akhirnya kembali memperhatikan pelajaran. Meski sesungguhnya masuk kuping kanan dan keluar lagi dari kuping yang sama. Karena tidak masuk sama sekali.

Biasanya ia selalu cepat dalam memahami setiap pelajaran yang diberikan. Ia pun selalu bisa menemukan hal untuk dipertanyakan kepada guru, sehingga ia memiliki lebih banyak pemahaman tentang apa yang tengah ia pelajari. Namun hari ini, ia benar-benar tak mengerti satu hal pun.

Bahkan gurunya yang susah payah menjelaskan pelajaran, dilihatnya seperti ikan mas koki yang tengah bercuap-cuap. Membuka dan mengatupkan mulut tanpa bersuara. Entah mengapa konsentrasinya selalu buyar.

Saat jam istirahat tiba, lagi-lagi terjadi hal aneh padanya. Anak yang terkenal paling cepat menghabiskan makanannya itu, tiba-tiba terdiam. Ia kembali senyum-senyum sendiri sambil memperhatikan piringnya. Sedangkan sendok, ia pakai untuk mengaduk-aduk makanan yang ada dipiring tersebut.

Jason, Kevin, Miko dan Dirly kini memperhatikan tingkahnya yang tak biasa tersebut. Mereka fokus menatap Nicholas, namun pemuda itu seolah buta dan tidak mendengar.

"Nih anak kenapa dah?" tanya Jason pada yang lainnya.

"Biasa, virus bucin. Kayak nggak pernah ngalamin aja, lo. Efeknya kan bisa bikin seseorang budek mendadak dari hal-hal sekitar, dan jadi sedikit terfokus pada satu pikiran aja. Mungkin dia lagi berkhayal ciuman sama Amaya."

Dirly berkata sambil memperhatikan Nicholas yang masih berada dalam zona lamunannya.

"Nich."

Kevin melambaikan tangannya di depan wajah Nicholas. Namun pemuda itu tetap tak bergeming sedikitpun, bahkan sampai berkali-kali. Kevin pun menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Woi, Panjul."

Kali ini Miko berteriak di telinganya. Secara serta merta Nicholas pun terkejut.

"Anjir, biasa aja bangsat. Kaget gue."

"Koq lo kasar sih, Dalang pelooo." Miko berkata dengan suara sengau ala kartun dalang pelo. Teman-temannya pun serentak tertawa.

"Lo sih dari tadi bengong aja sambil senyum-senyum sendiri. Mirip orang gila deket rumah gue tau nggak."

Miko berbicara panjang lebar, namun Nicholas sedikit membela diri.

"Nggak ah, gue biasa aja. Siapa yang senyum-senyum." ujarnya kemudian.

"Hmmm ini nih, mulai nggak sadar nih sama kelakuan sendiri. Liat nih, makanan di diemin aja. Ntar sakit aja lo, nggak bisa ketemu sama Amaya."

"Eh jangan salah." Kevin memotong pembicaraan Miko

"Justru kalau dia sakit, dia bisa masuk rumah sakit dan ketemu sama Amaya. Di periksa sama Amaya, di tengokin setiap hari sama Amaya."

Krik, krik, krik.

kali ini semua mata tertuju pada Kevin. Anak itu mulai merasa akan adanya malapetaka. Dan pada detik berikutnya, ia pun menerima toyoran bertubi-tubi.

"Bocah angus."

"Kolak basi."

"Tusuk gigi Haji Mukri."

"Lo kira sakit itu enak?. Kalau lo sakit, mau Gal Gadot sekalipun yang lo liat, nggak akan ngaruh apa-apa. Pusing, mual muntah nggak akan berhenti gitu aja kalau nggak di obatin. Dan minum obat tiap hari itu nggak enak." ujar Dirly sewot.

"Hehehe." Kevin pun nyengir bajing, bibirnya melebar sampai kuping.

"Ya udah nih makan yang banyak, biar nggak sakit."

Kevin menyuapkan makanan secara paksa ke mulut Nicholas. Tak lama kemudian di susul oleh teman-temannya yang lain, yang juga menyuapkan makanan kemulut Nicholas secara otoriter.

"Gua bisa makan sendiri, ****** nih anak." Nicholas berbicara dengan mulut penuh makanan.

"Kita nggak mau kamu sakit, ayank beb."

Kevin menggoda Nicholas sambil terus menyuapkan makanan. Hingga adegan tersebut mengundang perhatian sekitar. Semua mata dikantin itu kini tertuju pada mereka.

Ada yang bergidik ngeri, beberapa diataranya istighfar dan berdoa menurut agama dan kepercayaan masing-masing. Sebagian lagi menyebar garam tanda tolak bala.

Mereka pun akhirnya menyudahi adegan tersebut, sambil tertawa tanpa suara. Mereka kembali duduk dengan tenang sebelum dikira homo lebih lanjut.

"Huacim."

"Huacim."

Nicholas bersin di siang hari yang mendung. Saat itu mereka tengah bubaran sekolah.

"Huacim."

"Nich, lo kenapa?" tanya Miko dan Dirly diwaktu yang nyaris bersamaan.

"Kayaknya gue harus ke dokter, deh." ujarnya kemudian.

"Hmm, gue tau nih." ujar Kevin curiga.

"Ini pasti akal-akalan lo buat ketemu Amaya kan?" lanjutnya lagi, sementara yang lain kini menyimak. menanti jawaban Nicholas.

"Emang." ujarnya seraya tertawa.

"Mentang-mentang alergi sama sinus, lu. Jadi dimanfaatin tuh penyakit. Gimana lo bisa kambuh?" tanya Kevin lagi.

"Gue tadi keruangan lab, disana kan udaranya kering plus berdebu. Kemaren, gue deket-deket sama alergen yang nggak boleh gue deketin."

Teman-temannya menggeleng-gelengkan kepala.

"Ya udah deh, ayok kalau mau kerumah sakit." ujar Jason kemudian.

"Kita ke THT." ujar Nicholas seraya menunjukkan surat rujukan dari dokter umum.

"Kapan lo ke dokter umumnya?" tanya Miko heran.

"Kemaren, saat gue alergi parah."

Teman-temannya kini menghela nafas.

"Bener-bener lu ya, Nich. Bucin parah lu." ujar Dirly.

"Tapi lo yakin, Amaya koas di THT?"

tanya Miko lagi.

"85%. Karena dulu dia sempat bilang, kalau dia pengen cepet lulus SMA. Biar cepet kuliah kedokteran. Setelah gue itung-itung berdasarkan omongan dia yang itu, gue perkirakan dia sedang menjalani stase minor pertamanya sekarang. THT."

"Ok deh, mending kita jalan aja sekarang." ujar Dirly.

Mereka semua berjalan ke arah parkiran.

"Koas, stase?" gumam Kevin dengan suara pelan.

"Apaan sih?" ujarnya lagi sambil menggaruk-garuk kepala.

"Au, ah." Ia pun menyusul teman-temannya ke mobil.

Siang itu Nicholas dan teman-temannya kembali menyambangi rumah sakit, tempat dimana Amaya menjalani proses koas atau pendidikan profesi guna menjadi dokter. Ia masih ingin membuktikan apakah wanita itu benar-benar Amaya atau bukan.

Karena dari segi penampilan saja, ia sudah banyak berubah. Nicholas bahkan hampir tidak mengenalinya. Namun sejak awal bertemu tempo hari, ia hanya yakin pada apa yang di katakan oleh hatinya. Pada getaran yang ia rasakan saat menatap wanita itu.

Hari itu, ia benar-benar ingin mencari tau kebenarannya. Ia datang kerumah sakit dengan mengandalkan gangguan alergi serta sinusitis nya yang menahun. Yang sebenarnya tidak sedang kambuh, namun dibuat kambuh oleh dirinya sendiri.

Ia ditemani oleh Jason, Kevin, Dirly dan Miko yang kebetulan juga ingin menjenguk ibu dan adik bayinya. Sekaligus penasaran pada sosok Amaya.

Dengan kemampuan akting setara artis papan penggilesan, mereka menemani Nicholas yang kini tengah melakukan pendaftaran administrasi.

Nicholas mengenakan jaket serta syal dan bersikap seolah-olah tengah menggigil. Berkali-kali ia bersin, karena memang alergi dan sinusnya sedang kambuh.

"Pak, kalau dokter THT yang praktek di jam segini siapa, ya." tanya Jason mewakili Nicholas.

"Ada dokter Henri Wijayanto, tapi sebentar lagi jadwal prakteknya berakhir."

"Siapa nya Sara Wijayanto pak?" tanya Kevin dengan wajah tanpa dosa. Detik berikutnya ia pun menerima toyoran dari Jason.

"Nggak ada hubungannya, panjul. Setahu gue, saudaranya Sara Wijayanto itu adalah Wisnu Hardhana sama Adinia Wirasti. Nggak ada yang namanya Hendri Wijayanto." lanjutnya kemudian.

Kevin terkekeh.

"Kalau Sasi Kirana Amaya dokter apa ya pak?” Kevin menyerobot Jason yang baru saja hendak melontarka. Pertanyaan.

“Disini tidak ada yang namanya dokter Sasi Kirana Amaya."

“Nah lo Nich?” ujar Kevin menatap Nicholas dengan wajah panik. Sementara Nicholas dan yang lainnya kompak melebarkan bibir sampai kuping

“Mpin, panjul. Pan Amaya emang bukan dokter. Belum dokter, masih Koas." ujar Miko sewot.

“Kasih paham, Mik.” ujar Nicholas tak kalah sewot.

“Koas kan artinya dokter muda.” Kevin membela diri.

“Iya, tapi masih pendidikan profesi.” Jason menjelaskan.

“Kan kalau Koas berarti udah kelar dong kuliah kedokterannya.” Kevin masih ngotot.

“Pin, lu udah ngopi belum sih?” tanya Dirly.

“Udah, Seturbuk Americano. Tadi pagi." jawabnya polos.

“Harusnya, bisa lebih pinter." ujar Dirly lagi.

“Emang apa yang salah sih?” tanya Kevin heran.

“Kasih paham, Mik.” Dirly memerintahkan Miko untuk menjelaskan.

“Mpin sayang. Sehabis kuliah kedokteran itu, dokter muda masih harus menjalani pendidikan profesi selama kurang lebih 1,5 sampai 2 tahun. Untuk bisa jadi dokter beneran."

“Oh, bilang dong Mik. Mana gue tau, keluarga gue nggak ada yang dokter."

Miko dan yang lain menarik nafas panjang.

“Jadi status dan kerjaan Amaya masih terombang-ambing gitu di rumah sakit ini?” tanya Kevin lagi.

Miko dan yang lainnya menahan tawa. Kevin memang kadang polos dan menggemaskan.

“Ya bisa dibilang begitu. Tapi dia ngambil nilai juga dari dokter senior."

“Kasian amat, pengen gue peluk rasanya." lanjutnya kemudian. Namun ia tersadar ada Nicholas disisinya. Temannya pun makin menahan tawa.

"Sebenarnya kalian ini mau bertemu dokter penyakit apa?" Kali ini laki-laki yang bertugas dibagian administrasi tersebut kembali bertanya.

"THT." jawab Nicholas dan yang lainnya.

"Koas Sasi."Kevin berujar solo.

"Krik, krik, krik."

Kevin merasa nyawanya kini diujung tanduk. Semua mata temannya tertuju pada dirinya.

"Hehehe, saya nggak ikut-ikutan." ujarnya kemudian.

"THT, pak." ujar Miko meleburkan kebingungan yang sempat melanda petugas administrasi tersebut. Lantaran ada dua jawaban dari mereka.

"Baik, ada dokter Margaret Siahaan di jam berikut." ujar si petugas administrasi tersebut.

"Baik, pak." jawab Nicholas.

"Nanti, kalian dari sini lurus, terus belok kiri." ujar petugas administrasi itu lagi.

“Baik pak." jawab mereka serentak.

"Isi dulu formulirnya."

Petugas tersebut langsung menyuruh Nicholas untuk mengisi sebuah formulir. Usai membayar administrasi, mereka pun diarahkan oleh security yang kebetulan melintas. Menuju ke sebuah ruangan dan disuruh menunggu disana.

"Tunggu aja, nanti dipanggil koq" ujar Security tersebut.

"Makasih ya pak?" ujar mereka semua.

"Sama-sama."

Terpopuler

Comments

Damayanti Amir

Damayanti Amir

kevinnnnnnn nyeletuk muluuuu

2022-04-06

1

Salma Akib

Salma Akib

lucu Thor😀

2021-12-02

1

"lazygirl"

"lazygirl"

kocak bgt sumpah punya temen kaya mrk seru bgt tp ngeselin jg.. 🤣🤣🤣

2021-11-27

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!