Pagi itu di sebuah Sekolah Menengah Kejuruan. Seorang siswi berpenampilan ala pelajar Korea kesasar, tampak tengah mengkoordinir sejumlah teman sekelasnya.
Gadis yang rambutnya di cat warna coklat serta selalu menggunakan softlens warna biru terang tersebut, ngoceh-ngoceh sambil berkacak pinggang di depan kelas.
"Buruan-buruan, sebelum si culun lembek dateng." ujarnya kepada sejumlah siswa, yang tampak sibuk menumpahkan lem pada gagang sapu, pengepel, dan serbet kelas.
"Dena, ini cukup segini?"
Seorang pemuda tampan dengan mimik angkuh bertanya padanya, sambil memperlihatkan gagang sapu yang telah di beri lem.
"Aduh, Prince. Segitu mana bisa lengket, tambahin atuh...!" perintahnya kemudian.
"Sedikit lagi?"
"Bila perlu sekebon."
Pemuda bernama Prince itu kembali menambahkan lem pada gagang sapu dan meletakkannya di pojok kelas. Sementara yang lain melakukan tugasnya masing-masing. Ada yang berkutat dengan serbet, ada juga yang mengurusi pengepel. Namun semuanya sama, sama-sama diberi lem.
"Denaaa."
Seorang siswi masuk ke kelas dengan terburu-buru dan nafas yang tersengal-sengal. Ia menghampiri gadis yang tengah memerintah itu, lalu memegang tangannya.
"Den."
Gadis itu mengguncang-guncang tangan Dena.
"Apaan sih, Tania?. Dateng-dateng teriak kayak di kejer satpol PP." ujar Dena heran.
"I, itu." Tania menunjuk ke arah pintu.
"Itu apa?"
"I, itu Karlita si culun lembek udah menuju kesini."
"What?"
Mata Dena terbelalak tak percaya dan detik berikutnya,
"Buruan, buruan...!"
Dena memerintahkan teman-temannya untuk bergerak cepat dan kembali kemeja masing-masing.
"Gubrak, gubrak, gubrak."
Para siswa pun berlarian dan duduk di bangku masing-masing. Beberapa orang pura-pura bermain handphone dan sebagian lainnya berselfie, bahkan membuat video tiktok. Tak lama kemudian anak perempuan bernama Karlita itupun masuk ke kelas, tanpa menaruh curiga sedikitpun.
"Piket, tapi dateng siang mulu."
Dena melihat sinis ke arah Karlita, sambil melontarkan kata-kata yang bernada singgungan. Sementara gadis itu hanya menunduk dan berjalan ke arah bangkunya.
"Situ princess, bu?" sindirnya lagi.
Kali ini Karlita berjalan ke depan. Setelah meletakkan tasnya, ia hendak mengambil sapu untuk menunaikan tugas piket kelasnya hari itu.
Namun baru saja tangannya hendak meraih gagang sapu tiba-tiba, seorang pemuda tampan berwajah khas campuran Korea masuk ke kelas itu dan langsung menyambar sapu tersebut. Karlita terkejut, begitupun dengan seisi kelas.
"Nicholas." teriak Dena tak percaya.
Nicholas tetap berdiri di depan Karlita, dan gadis itu kini hendak meraih serbet. Namun lagi-lagi Nicholas mendahuluinya.
"Stop Karlita, jangan menyentuh apapun. Semua peralatan ini sudah disabotase."
Nicholas memperlihatkan tangannya yang lengket karena lem, Karlita terkejut lalu mundur. Namun tiba-tiba Prince maju dan mendorong Nicholas.
"Lo ikut-ikutan aja, mau cari muka lo?. Hah?"
Prince mencoba memukul Nicholas namun pemuda itu menghindar, ia lalu menendang tubuh Prince dengan kuat.
"Brengsek."
Nicholas menghajar Prince tanpa ampun, seisi kelas gaduh. Dena berlarian ke arah keduanya dan mencoba memisahkan mereka.
"Prince udah, Nicho udaaah...!"
Pertarungan berakhir dengan jatuhnya Prince, lengkap dengan bibirnya yang berdarah akibat tonjokan tangan Nicholas. Tak lama kemudian, dua orang siswa laki-laki datang dengan tergesa-gesa dan langsung menghampiri Nicholas.
"Nic, lo nggak apa-apa?" tanya salah seorang dari mereka, mata keduanya memperhatikan Prince yang sudah berdarah.
"Gue nggak apa-apa." Nicholas memberikan jawaban kepada kedua siswa tersebut, lalu kembali menatap seisi kelas yang mulai terdiam dan ketakutan.
"Awas, Kalau kalian semua ada yang masih mengganggu Karlita. Kalian akan berurusan dengan gue."
Nicholas berlalu meninggalkan kelas tersebut, diikuti kedua temannya itu. Ia membersihkan tangannya yang lengket karena lem dan juga darah Prince.
Pada saat jam istirahat, dua orang siswa lainnya tiba-tiba datang dan menghampiri Nicholas. Dengan nafas yang juga tersengal-sengal, sama seperti kejadian di kelas sebelumnya.
Mereka adalah Jason dan Kevin yang merupakan anak SMA, sementara Nicholas dan kedua temannya yang lain adalah siswa SMK. Namun sekolah mereka berada dalam satu lingkungan dan yayasan yang sama, yakni yayasan Bina Mulia 12. Antara SMK dan SMA nya hanya berbeda gedung saja.
"Nic, lo nggak apa-apa kan?" tanya Kevin khawatir.
"Nggak apa-apa." jawab Nicholas santai.
"Sorry Nic, tadi gue sama Mpin dateng telat dan nggak dengar kabar sama sekali kalo lo berantem sama si Prince." ujar Jason menimpali.
"Udah santai aja, gue nggak apa-apa koq."
"Emangnya ada apaan sih?" tanya Kevin lagi.
"Noh kembaran lo si Prince, cari masalah." Miko yang sejak tadi duduk disisi Nicholas, mulai bersuara.
"Enak aja kembaran, males banget kembaran sama anak papa."
Kevin menoleh ke suatu arah, tempat dimana Prince dan teman-temannya sedang berjalan dengan angkuhnya. Meski tadi wajahnya sudah bonyok akibat ditonjok oleh Nicholas.
"Sengak banget tuh anak." ujar Dirly yang sejak tadi berada di dekat Miko.
"Tapi ngomong-ngomong, lo mirip deh Mpin sama si Prince." Dirly memperhatikan wajah Kevin, lalu melihat ke arah Prince.
"Iya mirip, mirip banget." ujar Jason sambil nyengir, membuat Kevin makin sewot.
"Nggak usah diliatin." ujar Kevin.
"Ntar dilaporin lo sama bapaknya yang bisa beli hukum itu." lanjutnya kemudian.
"Widih, kembarannya hafal nih."
Miko kembali menggoda Kevin, dan pemuda itupun lagi-lagi memasang wajah sewot. Membuat Nicholas dan yang lainnya tak henti-hentinya tertawa.
"Honey baby Nicho."
Tiba-tiba seorang gadis cantik berambut gelombang badai, lengkap dengan dua orang dayang-dayangnya. Datang menghampiri Nicholas dan teman-temannya.
"Raline, my baby honey munyu-munyu."
Teman-teman Nicholas menggoda Raline diwaktu yang nyaris bersamaan. Membuat gadis itu jadi sewot setengah mati.
"Apaan sih, sebel deh."
Raline melempar lirikan kesal ke arah teman-teman Nicholas, lalu kembali memperhatikan Nicholas dengan tatapan manja berkaca-kaca.
"Honey baby Nicho, tadi kenapa?. Kata anak-anak kamu berantem sama Prince, bener?"
Raline memegang lengan Nicholas dan memperhatikan wajah serta sekujur tubuhnya. Ia takut kalau Nicholas mendapatkan luka atau memar, karena diisukan bertengkar dengan Prince.
"Nggak Raline, gue nggak apa-apa koq." jawab Nicholas lalu tersenyum.
"Beneran Honey baby?"
Nicholas kembali tersenyum dan mengangguk.
"Aaakh." Miko memegang dadanya dan meringis kesakitan.
"Baby Raline, Miko sakit disini nih?" Miko menggoda Raline yang berakhir dengan penolakan.
"Ih, Miko apaan sih?. Kamu kan pacarnya Rebecca, dan Rebecca itu kenal sama Raline. Raline nggak mau ya, sampe di cap pelakor."
Kali ini Raline benar-benar merajuk, wajahnya ditekuk dan bibirnya tampak manyun. Sementara teman-teman Nicholas hanya tertawa.
"Honey baby Nicho, Raline mau ke kantin nih. Mau ikut nggak?"
Raline bertanya pada Nicholas dengan mata yang sengaja di besar-besarkan, agar terlihat imut bak gadis-gadis Korea yang manja. Namun Nicholas melihatnya lebih mirip seperti lemur Madagaskar.
"Mmm?" Nicholas seolah berfikir lalu melihat ke arah teman-temannya.
"Ooo, tidak bisa."
Teman-teman Nicholas kompak untuk tidak menyetujui keinginan Raline.
"Kalau baby Raline mau ngajak honey bunny Nicho ke kantin. Honey Mpin, honey Miko, honey Jason, honey Dirly mesti ikut." ujar Kevin menegaskan.
Sementara kini Miko, Dirly, dan Jason menyilangkan tangan di dada dan memasang wajah sombong.
"Ih, kepedean banget sih kalian. Males ah, Raline nggak usah ngajak siapa-siapa aja. Permisi."
Raline dan kedua dayangnya kemudian berlalu. Detik berikutnya Nicholas dan yang lain pun tertawa riang.
"Udah ah, kantin yuk...!" ajak Jason kemudian, kelimanya pun menuju ke kantin.
"Nic, koq lo nggak mau sih sama Raline?"
Kevin membuka pembicaraan, ketika mereka semua tengah lahap memakan bakso di kantin sekolah. Raline berada cukup jauh dari mereka, ia dan kedua temannya duduk di kursi paling pojok di kantin tersebut. Nicholas pun tertawa kecil demi mendengar pertanyaan itu.
"Tau lo, Raline kan cantik." ujar Dirly menimpali.
"Kalau lo mau, pacarin aja." jawab Nicholas santai.
"Woaaa, jangan Nic. Jangan suruh Dirly." seloroh Miko.
"Dia mah penjahat wanita." lanjutnya kemudian.
"Elu tuh pelahap tante-tante. Gue kasih tau Rebecca lo." Dirly membalas Miko dengan ancaman, sementara yang lain kini tertawa renyah.
"Ngomong-ngomong, lo masih mencari cinta pertama lo itu Nic?" tanya Kevin kemudian.
Semua mata kini tertuju pada Nicholas dan, pemuda yang sedang fokus pada makanannya itu merasa terusik. Ia menghentikan makan lalu menatap keempat temannya itu. Dan tak lama kemudian,
"Koq kita jadi tatap-tatapan gini ya?" tanya Nicholas.
Detik berikutnya mereka berlima pun bergidik ngeri dan merasa geli satu sama lain.
"Iiihhh."
"Nich lo nggak cinta sama gue kan?" seloroh Kevin. Nicholas menoyor kepala temannya itu.
"Kalau pun gue homo, gue juga milih-milih bangsat." candanya kemudian. Lagi-lagi mereka sama-sama tertawa, lalu melanjutkan makan.
"Tapi gue heran, Nic. Setelah sekian lama, lo masih aja inget sama cinta pertama lo itu. Gue penasaran rupanya seperti apa tuh cewek sekarang." ujar Jason dengan mulut penuh bakso.
"Dia itu sederhana, tapi istimewa." ujar Nicholas sambil menjatuhkan pandangan jauh ke depan. Detik kemudian, ia kembali melanjutkan makan.
"Maksudnya?" tanya Miko tak mengerti.
"Ya, kalau cantik. Definisi cantik itu kan luas. Kayak Raline, Dena, Karlita, mereka itu cantik. Tapi Amaya, dia itu bisa membuat gue selalu merasa damai setiap saat. Ada dan nggak ada dia, di manapun ketika gue inget dia, gue akan otomatis merasa tenang dan dekat. Karena separuh hatinya ada sama gue."
"Gua penasaran dah sama si Amaya itu." ujar Dirly dengan mata menatap Nicholas, namun tangannya menyendok di mangkuk Jason.
"Nggak nyendok bakso gua juga kali." Jason menepis tangan Dirly, yang mulai gerayangan di mangkuknya.
"Tapi, Nic. Lo sama Amaya itu beda usia sekitar lima tahunan kan?. Dia juga udah pindah ke Belanda, lo juga udah pindah dari kota lo yang dulu. Kata lo nomornya udah nggak aktif dari lama, udah nggak ada komunikasi lagi. Kalau sekarang dia udah nikah gimana?"
Pertanyaan Kevin tersebut, sukses membuat Nicholas terdiam cukup lama.
"Hati gue bilang, dia nggak mungkin menikah secepat itu. Kalaupun sekarang dia sudah menikah, gue akan tunggu jandanya."
"Hahaha." kelima sahabat ini pun kembali tertawa.
"Pelakor, eh pebinor dong lo." seloroh Kevin.
"Nggak apa-apa, gue ikhlas ngurus anak-anaknya."
Nicholas memperpanjang candaannya, namun tiba-tiba sesosok perempuan berdiri di hadapan mereka semua. Nicholas dan teman-temannya sontak terdiam.
"Dena?"
"Nic, gue mau bicara sama lo."
Dena berkata dengan suara rendah, namun seperti ada sebuah ketakutan yang ia pendam. Nicholas pun menghentikan makan, lalu menghabiskan segelas air putih. Ia kemudian mengeluarkan uang seratus ribu rupiah dari dalam dompetnya dan meletakkan uang tersebut di meja.
"Ntar bayarin ya, sekalian sama punya lo pada. Kalo kurang, tambahin pake duit Mpin."
"Lah koq gue?" tanya Kevin heran.
Nicholas hanya tertawa kecil. Diantara mereka, Kevin lah yang usianya paling muda dan paling sering dibuat sewot oleh teman-temannya. Karena mereka selalu suka melihat ekspresi Kevin yang masih seperti anak kecil.
"Nich, bakso lo buat gua ya." ujar Dirly kemudian.
"Ya, gue tinggal dulu ya."
"Sip." jawab mereka semua.
Nicholas dan Dena mulai meninggalkan tempat itu.
"Banyak-banyak ngucap, Nic." goda Kevin setengah berteriak, ketika Nicholas akhirnya berjalan disisi Dena
"Kalo dah jengah, usir pake sapu lidi." sambung Miko.
"Sssttt, lo kata si Dena kuntilanak." ujar Kevin kemudian.
"Dia mah bukan kuntilanak lagi." jawab Dirly.
"Dedengkotnya kuntilanak." lanjutnya kemudian, yang diikuti gelak tawa yang lainnya.
"Jangankan Nicho, gua aja nggak mau sama cewek kayak gitu." Kevin menambahi.
"Tau tuh, emang sih cantik. Tapi ya gitu, jahat mulu sama orang." timpal Dirly.
"Udah-udah. Nyinyir aja lo pada, kayak admin lambe murah. Sekalian tsay, pake hengpong jadul biar makin greget." Jason sewot.
"Miko nih, admin lambe julita ulala." ujar Kevin kemudian.
"Elu, admin mak konah tonggek." balas Miko
***
"Jadi, lo udah minta maaf sama Karlita?" tanya Nicholas pada Dena, ketika akhirnya mereka memilih duduk di kursi taman belakang sekolah.
"Belum." jawab Dena sambil menunduk.
"Sepupu lo, Prince. Belum minta maaf juga?"
Dena menggeleng, kali ini Nicholas menghela nafas panjang.
"Den, gue itu nggak ada perasaan apapun sama Karlita."
Bagai mendapat durian runtuh, Dena langsung sumringah mendengar pernyataan tersebut.
"Jadi bener, lo nggak suka sama Karlita?. tanya nya bersemangat. Nicholas pun tersenyum lalu menggelengkan kepala.
"Bener." tukasnya kemudian.
"Ee, kenapa?. Bukannya kalian deket banget ya. Terus dia itu, cantik"
"Gue menganggap Karlita itu sebatas teman dan dia itu memang baik, tapi bukan berarti gue cinta. Gue selalu belain dia dari kalian, karena kalian memang sudah keterlaluan. Kalian kelewat batas kalau ngerjain dia. Kasihan tau, dia sering telat ke sekolah karena membantu ibunya jualan kue. Kalau malam, dia bantu bikin. Bapaknya Karlita itu nggak jelas ada dimana. Dari kecil dia sama ibunya itu, ditinggalin gitu aja sama bapaknya."
"Wah, kalau bukan Karlita terus siapa dong?. Jangan-jangan gue lagi yang ditaksir Nicho." gumam Dena dalam hati sambil tersenyum memperhatikan Nicholas.
"Ee, nggak. Bukan lo juga, Den." ujar Nicholas seakan tahu isi kepala Dena.
Hal tersebut langsung membuat Dena yang semula sudah melambung tinggi, menjadi seolah jatuh ke comberan.
"Gue nggak sedang berfikir, kalau lo suka sama gue koq." Dena mengelak.
"Barusan lo ngomong gitu." goda Nicholas kemudian.
"Ih, Nicho apaan sih?" Dena memukul tangan Nicholas dan Nicholas pun tertawa kecil.
"Sakit tau, ih."
"Oh ya. Kalau lo nggak suka sama Karlita, terus lo sukanya sama siapa dong?. Raline?"
Nicholas tersenyum lalu menggeleng.
"Gue suka sama seseorang yang sudah lama gue kenal. Dia cantik, baik dan selalu menenangkan hati. Dia juga lincah, manja, tapi sikapnya dewasa." Nicholas menatap jauh ke depan, sementara Dena memperhatikan wajah pemuda itu.
"Apa, dia juga ada disekolah ini?"
Lagi-lagi Nicholas menggeleng.
"Apa dia, cinta pertama lo?"
Kali ini Nicholas hanya diam, dijatuhkannya pandangan ke arah rerumputan. Ia lalu tersenyum menatap Dena. Meski tak berkata apa-apa lagi, namun itu semua sudah cukup untuk menyatakan pada Dena. Bahwa ada seseorang yang kini mengisi hatinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments
tanpanama
ini Nicholas yang di ceritanya Axl juga bukan sih?
2021-09-28
1
zefanya Cecillia
q suka cowok seperti nicko, setia pada ucapan dan pasangan
2021-09-11
1
Adolvian
baca lagi....
untung aja masih libur kantor jd masih bisa baca bsca dan baca lg 😂😂
lanjut baca
2021-08-22
2