Suddenly

Keesokan harinya, Jodi dan Adrian tergopoh-gopoh menghampiri Chico serta Axl yang tengah berbincang di depan kelas.

"Axl, lo nggak apa-apa kan tadi?. Nggak di omel-omelin bokap lo kan diruang BP?" tanya Jodi penuh kecemasan.

"Udah nggak apa-apa. Bokap gue mah mana pernah ngomel kali. Gue mau sebandel apapun paling dia ketawa doang.”

"Gue kaget bapak lo sampe dateng karena dipanggil sama guru BP. Gue khawatir orang tua gue juga dipanggil nih.” ujar Adrian dengan mimik wajah penuh kecemasan.

"Nggak bakal, gue udah ngakuin kalau itu kerjaan gue. Santai...!”

"Huhhhh...”

Adrian terkejut lalu menghela nafas panjang.

"Lo emang temen yang baik, bro. Thanks ya. Lo tau kan orang tua gue bacot banget. Dan lo tau juga kalau dirumah, gue ini adalah anak baik-baik. Kalau sampe gue dikeluarkan dari sekolah gara-gara masalah ini, nggak kebayang orang tua gue drama nya bakalan kayak apa. Pasti di pretelin gue sama bokap nyokap gue.”

"Motor kali ah di pretelin.” Axl lalu tertawa. Begitupula dengan yang lainnya.

"Eh, gue baru itu loh ngeliat daddy lo lagi dari dekat, setelah sekian lama. Biasanya kan kalau kerumah lo, kita jarang banget ketemu dia. Paling sering liat dia di foto, majalah atau televisi doang kalau dia lagi di wawancarai soal bisnis nya. Sekalinya ketemu, dari jauh doang. Dia lambai-lambai ke kita, abis itu cabut.” ujar Chico.

"Iya, jarang banget ketemu. Cuma ada oma nya yang galak itu dirumah.” tambah Jodi kemudian.

"Hahahaha...” Mereka semua tertawa.

"Daddy kan sibuk banget.” ujar Axl.

"Daddy lo dulu ngajar disini juga kan, bro?" tanya Chico lagi. Axl pun lalu mengangguk.

"Iya, Pas kita TK dia udah berenti ngajar. Udah sibuk sama bisnisnya.”

"Oh ya, gue pengen nanyain ini sih dari dulu. Dari kita kecil. Bokap lo koq bule banget ya?. Tapi koq lo nggak sih?" ujar Adrian yang kemudian sukses membuat suasana menjadi hening sejenak.

"Iya, Bener tuh. Gue udah lama banget nih pengen nanyain ini. Ya, walaupun kalian sama-sama cakep sih. Tapi muka Axl tuh lebih cenderung kayak apa ya? beda lah pokoknya, dominan Asia nya ketimbang bule. Mata lo agak kecil, daddy lo belo. Waktu kita kecil tuh nggak terlalu nyadar banget. Makin kesini an, lo makin nggak mirip bro sama daddy lo. Iya kan, Jo.” ujar Chico meminta persetujuan dari Jodi.

"Iya, Lo lebih Mirip Aktor laga Cody Greyson ketimbang daddy lo. Walaupun Cody itu ada bule-bule dikit juga mukanya, tapi lebih dominan muka Asia nya. Sekelebat-sekelebat ada mirip-miripnya sama lo.”

"Ah, masaaaaa?"

Axl menggoda teman-temannya itu lalu berdiri seraya merapikan baju dan bersikap sok Cool. Karena Cody Greyson merupakan aktor tampan yang kini tengah digandrungi di kalangan anak muda. Tak lama kemudian ia pun di toyor oleh teman-temannya.

"Sok cool lo, anjer.” ujar Adrian sengit.

"Tau lo, kul sih. Kulkas.” tambah Jodi kemudian.

"Hahahaha...” Axl pun tertawa geli.

Tiba-tiba pandangan mata Chico tertuju ke arah pagar pintu masuk gerbang sekolah. Seolah ia tengah melihat sesuatu.

"Kenapa, Chic?. Ada Lucinta Luna?. Apa tante Barbie Kumala Wongso?" tanya Adrian heran. Axl dan Jodi turut melihat ke arah pintu pagar tersebut.

"Anak SMA 23 yang di hajar Axl beberapa hari yang lalu.”

"Dia disini?" tanya Axl sambil terus menatap ke arah pagar sekolah namun tak melihat siapa-siapa.

"Barusan gue liat dia lewat, gue khawatir kalau.”

Tiba-tiba saja Axl mengingat kejadian itu. Ketika dirinya dan teman-temannya memutuskan untuk nongkrong di suatu tempat sesaat setelah pulang dari sekolah. Saat itu ada seorang anak SMA lain yang tengah di palak oleh anak SMA lainnya.

Tak tahan melihat kejadian tersebut, Axl langsung mencoba memisahkan mereka. Namun anak yang memalak itu mencoba memukul Axl yang berakibat pada emosi Axl yang memuncak. Axl lalu balas menghajar anak itu hingga babak belur dan melemparkan uang ke wajahnya.

"Lo, mau uang?. Nih ambil, tapi jangan ganggu anak ini lagi.”

Saat itu Axl melempar 10 lembar uang 50.000 an ke arahnya. Lalu ia pun pergi meninggalkan anak yang belakangan diketahui bersekolah di SMA 23 tersebut.

"Woi, lewat sini. Seraaaaang!”

Secara serta merta sekumpulan siswa yang entah dari mana langsung menyerbu sekolah tersebut. Mereka menaiki pagar lalu melempar batu ke arah kaca jendela sekolah. Seluruh siswa pun berhamburan menyelamatkan diri.

Axl melihat anak yang ia hajar beberapa hari yang lalu itu ada di barisan depan penyerang. Tak lama kemudian seluruh siswa laki-laki dari SMA dan SMK Bina Mulia 12 pun berkumpul. Mereka berlari ke arah pintu pagar sambil membawa peralatan seadanya. Kayu , batu, kursi, gear motor dan semua hal yang bisa dipakai untuk membalas serangan. Secara serta merta pun Axl maju di garda terdepan.

"Axl...”

Seorang kakak kelas bernama Nicholas yang terkadang suka nongkrong bersama mereka tiba-tiba melempar kayu ke arah Axl yang kemudian langsung ditangkap olehnya.

Jodi, Adrian dan Chico mengambil batu yang semula dilemparkan siswa tersebut dan balas melemparkannya. Perkelahian tak dapat dihindari. Pihak sekolah berusaha mengamankan para siswi, membawa mereka bersembunyi ditempat yang aman. Beberapa orang mencoba menelpon pihak kepolisian.

Perkelahian berlangsung sengit beberapa di antara mereka terluka. Bagitupun dengan siswa sekolah Axl. Mereka terus melawan demi harga diri sekolah mereka. Walau keringat dan darah sudah bercucuran, mereka tetap mau mempertahankan sekolah mereka. Sementara Axl kini menghadapi lawan one by one.

Diluar dugaan, tiba-tiba saja Andrew Hadley yang semula sudah dalam perjalanan pulang merasa ada yang tertinggal. Ya, ponsel nya tertinggal di ruang BP saat ia menyelesaikan masalah Axl tadi. Ia pun memutar balik arah dan kembali ke sekolah Axl. Setibanya di sekolah tersebut, Andrew kaget melihat sekumpulan siswa yang tengah tawuran. Dan yang lebih membuatnya kaget adalah ketika ia mendapati puteranya Axl tengah berkelahi one by one dan berada di garis paling depan.

Naluri orang tuanya pun seketika bangkit. Secara serta merta Andrew keluar dari dalam mobil. Ia berlari ke arah Axl tepat pada saat anak itu tengah di serang dari arah lain menggunakan sebuah balok kayu besar. Tubuh Andrew menghalangi laju balok tersebut. Namun balok tersebut tepat mengenai kepalanya. Andrew jatuh tepat dihadapan Axl yang tengah berkelahi.

Waktu seakan melambat, tatkala Axl melihat ayahnya jatuh dengan kepalanya menghantam sebuah batu hingga mengeluarkan darah.

"Daaaaaaaaad...”

Suara Axl menggema diantara kerumunan. Kedua belah pihak berhenti berkelahi seketika. Tampak Axl mulai mengenali siapa pelakunya. Ya, anak yang ia hajar beberapa hari yang lalu itu berada di dekat ayahnya dengan tangan masih memegang balok kayu.

"Anjiiiiiiiing....."

"Braaakkkkkk......."

Axl menendang anak itu hingga ia terjatuh seketika. Axl menghajar anak tersebut dengan membabi buta. Emosi nya benar-benar memuncak. Ia menarik paksa anak itu untuk berdiri lalu menghajarnya hingga jatuh berkali-kali. Dan ketika emosinya sudah sampai kepada puncak paling tinggi, ia pun meraih sebuah batu besar dan bersiap melemparkannya ke arah kepala anak yang kini sudah terjatuh tersebut. Namun tiba-tiba teman-teman dan kakak kelasnya menghalanginya.

"Axl udah, mati anak orang. Tahan emosi lo.”

Axl terus meronta-ronta seakan tak rela membiarkan anak tersebut tetap hidup. Namun teman-temannya tetap berusaha menghalanginya. Tak lama kemudian terdengar mobil polisi datang.

Seluruh siswa penyerang berlari meninggalkan lokasi. Sementara kini, siswa SMA dan SMK tersebut saling membantu untuk mengamankan mereka yang terluka. Siswa dan guru-guru yang semula bersembunyi pun akhirnya keluar dan langsung menuju lokasi. Mereka menelpon ambulance. Sementara kini Axl tampak berteriak kesal dan menangis penuh emosi.

Beberapa orang siswa memberikan keterangan di kantor polisi. Di sisi lain, kini Axl tengah menangis di pintu kamar rumah sakit tempat dimana ayahnya tengah dirawat. Dia menangis penuh penyesalan. Ia ingat betapa semalam ia baru saja berjanji dan meminta maaf pada ayahnya atas sikapnya selama ini. Ketiga temannya yang semula berada di kantor polisi, tiba-tiba kini datang kerumah sakit dan mencoba menenangkannya.

Biar bagaimana pun juga, usia anak itu baru 14 tahun. Walaupun ia terlihat seperti pemberani saat berkelahi dan terlihat sebaya dengan teman-temannya, namun ia masih anak-anak. Teman-temanya sangat memaklumi hal tersebut. Seorang dokter dan perawat pun keluar dari tempat dimana ayahnya dirawat.

"Keluarga nya pak Andrew?" tanya dokter tersebut.

"Iya saya dok, saya anak nya.” ujar Axl sambil menyeka air matanya.

Dokter tersebut menepuk bahu nya dan mencoba menenangkannya.

"Kamu yang sabar ya. Ayah kamu mengalami pendarahan yang cukup parah di kepala nya dan sekarang dia sedang dalam keadaan koma"

Petir menyambar di hati Axl. Ia amat terpukul dan tubuhnya seketika lemas. Ia terpaku di tempatnya dengan air mata yang kembali mengalir.

"Kamu masih punya anggota keluarga lain?" tanya dokter itu lagi.

Axl mengangguk.

"Saya sudah menghubungi nenek saya, dok.”

"Ok, nanti saya harus bicara dengan nenek kamu. Karena ayah kamu butuh tindakan operasi di bagian kepala nya.”

Dokter dan perawat tersebut pun berlalu. Axl terduduk lemas di kursi depan kamar ruangan ayahnya. Jodi, Adrian dan Chico masih berusaha menenangkannya.

"Andrew, dimana Andrew?”

Martha, ibu Andrew tiba di rumah sakit dengan keadaan panik. Axl langsung mendekat ke arahnya.

"Mana Andrew?" Martha mengguncang tubuh Axl dengan penuh emosi.

"Mana anak saya, gimana keadaannya?. Gimanaaaaa?"

"Oma tenang Oma.” Adrian mencoba menarik Martha. Dengan gemetar Axl pun bicara.

"Daddy, koma.”

"Apaaaaa?"

Tubuh Martha hampir terjatuh jika saja Adrian tidak menahan laju tubuhnya. Penuh gemetar dan emosi ia lalu mendekat ke arah Axl dan...,

"Plaaaakkkkkkk...!”

Sebuah tamparan keras mendarat di wajah Axl.

"Anak kurang ajar kamu, ini semua gara-gara kamuuuuu...!”

"Oma tenang Oma!”

Kali ini Jodi membantu Adrian untuk menahan emosi Martha. Namun wanita paruh baya tersebut terlanjur naik darah dan meledak-ledak. Sementara Axl tetap berdiri di tempatnya. Tak bergeming.

"Kamu memang anak yang tidak tau terima kasih. 14 tahun lalu saya sudah tidak menyetujui waktu Andrew mau mengadopsi kamu. Sekarang terbukti semua ketakutan saya.”

Axl terkejut sekaligus terpukul dengan apa yang didengarnya barusan. Tubuhnya kian gemetar, hatinya seperti dicabik-cabik. Ia menatap Martha dan mencoba meminta penjelasan atas apa yang baru saja di dengarnya.

"Kenapa?.Kaget kamu?. Haaahhh?"

Axl diam dan terus menatap neneknya itu.

"Apa yang barusan Oma bilang?" ujarnya kemudian.

"Semua sudah jelas.”

"Apa yang barusan oma bilaaang........?" Suara Axl terdengar meninggi dan penuh kemarahan.

"Kamu itu anak haram dari Mikhaela dan Darren. Dua orang siswa kesayangan Andrew yang berzina. Kamu bukan anak Andrew"

Tubuh Axl seolah tersambar petir. Dengan masih syok dan gemetaran perlahan ia mundur.

"Nggak mungkin!”

Axl menggelengkan kepalanya.

"Kamu pikir, kenapa wajah kamu nggak mirip sama Andrew?"

Martha mendekat ke arah Axl namun remaja itu terus mundur ke belakang. Seakan menolak semua kenyataan yang sudah maupun yang akan didengarnya.

"Kamu pikir kenapa agama Andrew dan kamu berbeda? Karena ibumu meminta Andrew untuk tetap membuatmu seagama dengan ibumu.”

"Nggaaaaaakkk....!”

"Kamu bukan anak Andrew...!”

"Nggaaaaaaaakkk...!”

Axl lalu pergi dan berlari sekencang-kencangnya.

"Axl...”

Jodi, Adrian dan Chicco langsung mengejar Axl. Pemuda itu berlari sekencang-kencangnya. Kecepatannya berpacu dengan emosi nya yang bercampur aduk. Hatinya sakit, jiwa nya tercabik. Dunia nya kacau balau seketika.

Ia terus berlari tak tentu arah. Sampai kemudian kelelahan memaksanya berhenti pada sebuah jembatan yang mulai sepi dari kendaraan yang lalu lalang. Saat itu teman-teman nya telah kehilangan jejaknya.

"Aaaaarrrrrggggghhhhhhh...”

Axl berteriak meluapkan emosinya. Ia menangis keras dan penuh kemarahan. Ia lalu duduk dan membenamkan wajahnya pada kedua tangan nya. Suara Martha masih terngiang-ngiang di telinganya. Semakin ia ingat, semakin sakit hatinya terasa.

Pantas saja selama ini, jika dia menanyakan perihal ibunya dimana, maka Andrew hanya akan diam. Jika Axl menanyakan kontak ibunya, Andrew selalu mengalihkan pembicaraan. Karena memang mantan istri Andrew yang sering dilihatnya di album foto bukan lah ibu kandungnya. Andrew dan mantan istri nya itu bukanlah orang tua sebenarnya.

Keesokan harinya, Axl tetap datang ke sekolah. Namun tampilannya tidak seperti biasanya. Wajahnya kusut karena tidur di sembarang tempat semalaman. Ia masih memakai baju sekolah kemarin yang masih terdapat bercak darah bekas perkelahian.

Ia melangkah gontai disepanjang koridor sekolah. Tak mempedulikan puluhan pasang mata yang menatapnya dengan aneh. Sebagian dari mereka tampak bersimpati. Sebagian lainnya mengintimidasi. Entah apa yang sesungguhnya telah terjadi. Ia terus melangkah dengan gontai, hingga Jodi, Adrian dan Chico menghentikan langkahnya.

Ketika bertemu muka dengan ketiga temannya itu, Axl hanya menatap mereka dalam diam. Ia tak tau harus berkata apa. Selama ini dirinya dikenal sebagai anak orang kaya, pintar, populer, disukai banyak orang, dibicarakan disetiap sudut sekolah. Namun kini dirinya datang sebagai orang yang bukan siapa-siapa.

"Axl...”

Adrian yang usianya paling tua diantara mereka tampak menatap temannya itu dalam-dalam. Sementara yang ditatap seolah pasrah pada keadaan. Pasrah jika teman-temannya ingin menjauhinya sekarang.

"Lo tetep teman kita.”

Adrian menepuk bahu Axl. Dan pada saat yang bersamaan ia melihat Jodi dan Chico tersenyum dengan tulus. Axl menghela nafas panjang.

"Thanks.” jawabnya pelan.

"Gue bawain lo handuk, peralatan mandi dan, seragam gue. Ada daleman juga , baru gue beli tadi. Kita tau lo pasti nyariin kita. Kemaren ngejer lo nggak kekejer. Kita juga udah cari lo kemana-mana sampe menjelang pagi. Tapi nggak ketemu" Chico menyodorkan satu kantong plastik berisi perlengkapan mandi dan setelan seragamnya.

"Sebaiknya lo mandi dulu dan pake seragam itu. Karena seragam lo masih banyak bercak darah. Daripada lo dipanggil kepala sekolah dan diminta bersaksi juga di kantor polisi soal kejadian kemaren. Malah repot kan.” lanjutnya kemudian.

Axl meraih plastik tersebut lalu pergi ke kamar mandi sekolah untuk membersihkan diri dan berganti. Setelah itu ia kembali kepada teman-temannya. Adrian, Chico dan Jodi pun membawa nya ke kantin dan menyuruhnya makan.

Axl makan dengan lahap sekali. Karena semalaman ia tidak makan sama sekali. Ia juga tak membawa uang saat usai bertengkar dengan neneknya.

Sampai ketika bel tanda masuk berbunyi, guru yang melihat mereka pun urung menyuruh mereka masuk. Karena semua sudah tau masalah apa yang kini menimpa Axl. Bahkan guru-guru yang sering kesal padanya pun turut bersimpati padanya.

"Udah bel. Bentar lagi kita masuk.” Ajak Jodi pada ketiganya.

"Gue nggak mau masuk.”

Ucapan Axl membuat ketiga temannya tampak terkejut dan bertanya-tanya.

"Gue kesini mau cari data tentang Mikhaela dan Darren.”

Gemetar suara Axl terdengar. Terasa sekali ada kemarahan dan kesedihan bercampur di nada suaranya.

Jodi, Adrian dan Chico saling bersitatap lalu mengangguk. Pagi itu mereka sama-sama menyelinap ke ruang data yang berada jauh di dekat perpustakaan. Disana mereka mengobrak-abrik lemari dan mencari buku tahunan siswa pada 14 tahun yang lalu.

"Axl, ini buku tahunan siswa SMA ini 14 tahun yang lalu" Chico menunjukkan buku tahunan tersebut pada Axl dan yang lainnya. Tapi disini nggak ada yang namanya Darren.”

"Serius?" tanya Jodi.

"Iya, serius. Tapi Mikhaela Azalea Wijaya ada disini. Dan hanya satu yang bernama Mikhaela di buku ini.”

Chico memperlihatkan foto seorang perempuan cantik bernama Mikhaela itu kepada Axl dan teman-temannya. Nafas Axl terdengar memburu. Emosi dan kesedihan anak itu kembali terpancing. Dengan tangan yang mulai gemetaran karena menahan amarah, ia menatap foto itu.

"Tapi, kenapa Darren nggak ada disini ya?" tanya Jodi heran.

"Kata Oma lo kemarin kan, Darren dan Mikhaela adalah dua siswa kesayangan daddy Andrew. Berarti mereka sama-sama sekolah disini dong.” lanjutnya kemudian.

Sementara di suatu sudut Adrian tampak membongkar sebuah lemari yang sejak tadi belum terbuka. Tampak ia mengeluarkan absen usang dari berbagai kelas pada 14 tahun yang lalu. Ia menyusuri nama demi nama dari tiap kelas pada saat itu namun tak menemukan nama Darren disana. Dan ketika dirinya hampir putus asa dan mulai merasa lelah tiba-tiba,...

"Tunggu, tunggu!”

Adrian mempehatikan buku absen tersebut sekali lagi. Kali ini Axl, Jodi dan Chico tampak penasaran. Mereka lalu mendekat ke arah Adrian.

"Ini ada , namanya Darren Greyson. Tapi pada saat 14 tahun yang lalu, dia itu masih kelas 10. Sedangkan Mikhaela itu kelas 12.” ujar Adrian.

"Lo udah periksa, nggak ada Darren lain?" tanya Jodi penasaran.

"Nggak ada, Jo.”

"Dari kelas 11 mungkin.”

"Nggak ada. Kelas 12 juga nggak mungkin. Lo liat sendiri buku tahunan tadi, ada nggak nama Darren?"

Jodi menggeleng.

"Atau jangan-jangan Darren memang adik kelas nya Mikhaela?" Chico mulai berspekulasi membuat hati Axl dan yang lainnya kian bertanya-tanya.

"Tunggu, itu kelas berapa?" tanya Axl.

Adrian memperhatikan tulisan di sampul absen tersebut dan terlihatlah sebuah keterangan yang menyatakan dimana kelas tersebut.

"Ini kelas kita.” ujar Adrian setengah kaget. Begitu pula dengan yang lainnya. Mereka juga tak kalah kagetnya.

"Kalau Mikhaela lulus 14 tahun yang lalu, berarti Darren ini baru lulus 2 tahun kemudian, tepatnya 12 tahun yang lalu. Dan kita harus cari buku tahunan 12 tahun yang lalu.”

Chico pun lalu kembali ke lemari buku tahunan dan menemukan buku tahunan dari alumni yang lulus 2 tahun setelah kelulusan Mikhaela. Mereka lalu membolak-balik buku tahunan tersebut namun tak menemukan nama Darren Greyson seperti yang ada didalam absen.

"Aneh, koq nggak ada ya?" Adrian, Jodi dan Chico saling bertatapan. Sementara Axl menjadi semakin bingung.

"Jangan-jangan setelah kejadian tersebut, dia pindah dan memilih tidak bertanggung jawab. Buktinya Axl malah di asuh daddy Andrew.”

Spekulasi Adrian sedikit masuk akal. Namun tetap membuat Axl merasa tak menemui jalan keluar.

"Tunggu!”

Jodi kembali ke lemari absen. Dia membongkar-bongkar absen tersebut dan medapati sesuatu. Yah, sebuah denah kelas lengkap beserta foto-fotonya.

"Ini denah kelas kita pada masa 14 tahun yang lalu.” lanjutnya kemudian.

Semua mata pun kini tertuju pada denah itu. Dan secara bersamaan mata mereka menangkap sosok yang bernama Darren Greyson tersebut. Axl tercengang menatap sosok terduga ayahnya tersebut. Begitupun dengan ketiga temannya.

"Ini posisinya ada di bangku lo Ax. Dan ini Cody Greyson. Aktor yang sekarang lagi tenar banget itu.” Chico mengatakan hal tersebut diikuti anggukan Jodi.

"Tunggu dulu!”

Adrian mencoba meredam suasana yang mulai penuh gemuruh emosi.

"Dari mana lo tau ini adalah Cody Greyson?" tanyanya kemudian.

Chico lalu mengambil handphone nya dan masuk pada menu pencarian google. Tak lama kemudian ia pun menunjukkan sebuah foto dengan kata kunci, "Cody Greyson muda”

Hati Axl kembali terpukul keras. Foto yang ditunjukkan oleh Chico tersebut sama persis dengan apa yang mereka lihat pada denah kelas. Namun Adrian tak lantas percaya begitu saja.

"Tunggu dulu, Chic. Foto orang waktu remaja itu bisa aja mirip. Namanya juga masih muda dan wajah masih bisa berubah seiring waktu. Lagipula namanya Cody Greyson bukan Darren Greyson. Bisa aja Greyson nya sama.”

"Bisa aja itu nama panggung, Ad.”

Jodi tampak yakin dan mendukung pendapat Chico. Axl meraih denah tesebut lalu melihat sebuah nama yang duduk disamping Darren.

"Reno Panggabean...”

"Kenapa Ax?" tanya Jodi heran.

"Kita harus cari orang ini, Jo. Teman sebangku biasanya tau tentang apa yang terjadi dengan teman sebangkunya.” ujar Axl yakin.

Ketiga temannya saling bertatapan.

"Coba buka buku tahunan nya lagi.” Perintah Adrian.

"Biasanya ada alamatnya.” lanjutnya kemudian.

Chico pun lalu membolak-balik halaman buku tahunan 12 tahun lalu tersebut dan menemukan alamat Reno Panggabean.

"Ini sih deket, masih di Jakarta. Mudah-mudahan orang ini belum pindah.”

Mereka lalu mencatat alamat tersebut dan segera keluar dari ruangan itu. Mereka lalu mengendap-endap dan keluar dari dalam sekolah yang sudah hening karena pelajaran sudah dimulai. Mereka menyambangi alamat tersebut dan memang tidak sulit untuk menemukannya. Kerena berada di salah satu kawasan elit di Jakarta.

Setibanya dirumah mewah bercat putih dengan nomor 49-C2 tersebut, mereka langsung disambut oleh seorang wanita yang tampak tengah menyiram bunga dengan menggunakan selang.

"Selamat siang.” sapa Axl dan teman-teman nya.

"Iya selamat siang, maaf adek-adek ini siapa dan cari siapa?" tanya wanita itu ramah.

"E...e, Maaf bu. Apa benar ini rumahnya Pak Reno Panggabean?" tanya Axl.

"Iya benar dek. Adek-adek ini siapa dan ada perlu apa sama pak Reno?"

Jodi, Adrian dan Chico serentak menatap ke arah Axl.

"Hmm, maaf bu. Saya ini anak dari teman sekolahnya pak Reno. Dan saya sedang mencari ayah saya. Makanya saya mau ketemu pak Reno. Siapa tau, pak Reno tau dimana keberadaan ayah saya.”

Axl menjelaskan maksud dan tujuannya dengan apa-adanya. Tak lama kemudian, wanita tersebut pun masuk ke dalam rumah, setelah sebelumnya menyuruh Axl dan teman-temannya untuk tetap menunggu diluar pagar. Beberapa menit berlalu, wanita itu kembali ke luar dan menghampiri Axl beserta teman-temannya.

"Maaf ya, dek sudah menunggu lama. Tadi saya telpon Pak Reno. Katanya kalian datang saja ke kantornya. Ini alamat kantor pak Reno, dek.”

wanita itu memberikan secarik kertas bertuliskan alamat kepada Axl. Setelah menerima alamat tersebut, mereka pun bergegas menuju ke tempat itu.

Sesampainya di kantor tersebut, Axl dan teman-temannya disuruh menunggu sebentar oleh receptionist. Sampai akhirnya mereka pun di antar ke ruangan tempat dimana laki-laki bernama Reno Panggabean tersebut berada.

Ketika pertama kali bertatap muka, Axl dan teman-temannya tampak tak begitu canggung. Karena Reno sendiri masih muda dan tampan. Tampak sepintas mereka semua seperti seumuran. Sementara Reno terus memperhatikan Axl dari atas hingga kebawah.

"Kamu, mirip sekali dengan ayah kamu. Tapi mata kamu itu, mata ibu kamu" Reno mempersilahkan Axl dan teman-temannya untuk duduk dengan matanya yang masih terus menatap ke arah Axl. Seperti percaya tidak percaya.

"Jadi om, apa om tau dimana ayah saya saat ini? Atau kalau om tau, saya juga mau tau dimana ibu saya. Kenapa mereka berdua tega sekali meninggalkan saya untuk diasuh oleh orang lain. Saya lahir karena kesalahan mereka loh.”

"Om akan kasih tau dimana ayah kamu berada. Tapi sebelum itu, kamu dengarkan dulu cerita Om.”

Reno mulai bercerita tentang apa yang ia ketahui tentang Mikha dan Darren yang terjadi sekitar 14 tahun lalu. Kebetulan juga ternyata, Mikha pernah bercerita juga kepada nya perihal masalah ini. Jodi, Adrian dan Chico turut mendengarkan cerita itu sambil tak henti-hentinya menenangkan hati Axl.

"Jadi, ini semua karena orang tua mereka?" tanya Axl lirih.

"Iya, saat itu mbak Mikha tidak punya pilihan. Ibunya tidak mengizinkan Darren menikahinya. Begitu juga dengan orang tua Darren. Ayah mbak Mikha tidak bisa berkeras, dia hanyalah pegawai dengan gaji kecil. Semua kehidupan keluarga mbak Mikha di atur oleh ibu nya. Sesaat setelah Darren dipaksa pindah keluar negri oleh orang tuanya, mbak Mikha juga dipaksa menggugurkan kandungan nya. Tapi mbak Mikha menolak, dia bersikeras mempertahankan kamu saat itu. Lalu ibunya pun memberikan pilihan pada mbak Mikha. Gugurkan atau berikan kamu kepada orang lain setelah dilahirkan. Dan pada saat yang bersamaan, Pak Andrew yang saat itu sudah menikah tetapi belum memiliki anak, bersedia merawat kamu setelah kamu dilahirkan. Tapi akhirnya menjadi sebuah kesalah pahaman yang besar. Karena ibunya mbak Mikha melarang siapapun untuk tau siapa ayah dari anak yang dikandung mbak Mikha. Karena dia tidak ingin nama keluarga nya tercemar. Pak Andrew berjanji pada ibunya mbak Mikha. Bahkan pak Andrew tidak pernah memberitahukan hal itu kepada istrinya. Hingga akhirnya istri pak Andrew menuduh bahwa pak Andrew lah ayah dari anak tersebut. Istrinya pergi meninggalkan rumah dengan mantan kekasihnya. Pak Andrew dan istrinya lalu bercerai. Pada saat itu mbak Mikha telah dibawa oleh orang tuanya untuk kuliah di luar negri. Pak Andrew membesarkan kamu sendirian. Dibawah tekanan ibunya yang sangat membenci kamu. Karena kamu dianggap sebagai penghancur rumah tangga anaknya.”

Air mata Axl mengalir deras. Tak disangkanya cerita masa lalu orang tua nya serumit itu. Reno menepuk punggungnya dan berusaha menenangkannya. Biar bagaimanapun Axl itu hanyalah remaja yang masih berusia 14 tahun. Tentu saja ia amat sangat terpukul dengan masalah ini.

"Lalu ayah atau ibu saya dimana, om?. Apa om tau?"

Reno menatap dalam ke wajah Axl. Ia tampak begitu bingung sekaligus sedih. Ia lalu beranjak dari tempat duduk nya dan mengambil sebuah majalah yang ada diatas meja. Ia lalu memberikannya pada Axl. Axl sendiri tidak mengerti sama sekali apa maksud dan tujuan Reno memberikan majalah tersebut.

"Kamu lihat yang ada di cover majalah ini. Ini Cody Greyson, aktor yang sekarang sedang tenar-tenarnya di jagad hiburan tanah air maupun luar negri. Nama aslinya adalah Darren Greyson. Dia ayah kandung kamu. Dan soal mbak Mikha, om nggak tau lagi. Nggak pernah mendengar kabar tentang dia sejak lama.”

Axl tampak terkejut begitupun dengan teman-temannya. Jodi dan Chico saling bertatapan tak percaya.

"Bener kan kata gue.” Kali ini Chico mulai berbicara pada Adrian.

"Lo inget kan, Ax. Gue sama Jodi sering banget bilang kalau lo itu sepintas mirip sama dia. Lo nggak mirip sama Daddy lo. Dan ternyata benar kan.”

Axl menunduk. Ia benar-benar tak tau harus berbuat apa sekarang. Ia sudah mendapatkan jawaban dan lantas apa?.

"Kalau kamu mau ketemu dia, sekarang dia sedang syuting sebuah film di daerah Bogor. Salah satu asisten pribadi nya adalah anak dari bibi yang kerja di rumah Om. Jadi om tau dia sedang dimana sekarang.”

"Om punya nomor handphone nya?"

"Ada!”

Reno lalu memberikan nomor handphone Darren padanya.

"Tapi sebaiknya kamu temui dia, jangan hubungi lewat telpon. Sebab kemungkinan besar dia akan kira kamu orang iseng. Kalau ngaku sebagai anaknya di telpon"

"Iya om.”

Terpopuler

Comments

🌸nofa🌸

🌸nofa🌸

semoga cepat ketemu

2022-09-03

0

Damayanti Amir

Damayanti Amir

SE to the RUUUUUUUU

2022-03-28

0

dpgb👻

dpgb👻

Reno Panggabean,kaget marga kita sama bang Reno Panggabean wkwk

2022-03-20

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!