Akhirnya Lia dipindahkan ke ruang rawat pasien karena kondisi tubuhnya mulai stabil meskipun ingatannya belum kembali. Dokter Adi menyelimuti tubuh Lia, kemudian ia menarik salah satu kursi yang ada di ruangan itu, menempatkannya di samping ranjang Lia dan duduk di sana. Ia memandangi wajah cantik istrinya itu.
"Ada apa?" tanya Lia, ia terlihat kikuk karna tatapan dokter Adi itu. Dokter Adi menggeleng pelan.
"Lalu mengapa kamu memandangiku seperti itu?" tanya Lia.
"Aku biasa melakukan hal ini setiap hari, aku bebas memandangi istriku!" jawab dokter Adi. Seketika wajah Lia memerah.
"Kita biasa saling memandang sebelum tidur, setelah bangun tidur, dan saat makan bersama. Kita juga biasa saling menggenggam tangan seperti ini" ungkap dokter Adi. Dokter Adi meraih tangan Lia dan menggenggamnya lembut. Dokter Adi membuat Lia semakin kikuk. Lia mencoba melepaskan tangannya dari genggaman dokter Adi tapi dokter Adi menahannya, ia mempererat genggaman tangannya pada tangan Lia.
"Kenapa kamu terus melepaskan setiap kali aku menggenggam tanganmu?" tanya dokter Adi pelan.
"A.. aku" Lia terlihat gugup dan kikuk.
"Apa buktinya kalau kita sudah menikah?" tanya Lia akhirnya. Dokter Adi terkejut mendengar pertanyaan Lia barusan.
"Jadi, kamu seperti ini karena kamu tidak percaya kalau kita sudah menikah dan aku benar-benar suamimu?" tanya dokter Adi, ia tidak menyangka dengan pertanyaan Lia itu.
Dokter Adi merogoh saku celananya dan mengeluarkan ponselnya. Ia terlihat sibuk mengutak-atik ponsrlnya itu.
"Ini, lihat!" ucap dokter Adi sambil menunjukkan layar ponselnya kepada istrinya itu. Lia meraih ponsel itu dan memperhatikan gambar yang ada di layar ponsel itu. Di layar ponsel milik dooter Adi itu terpampang foto pernikahannya bersama dokter Adi. Lia menatap wajah dokter Adi sejenak, lalu kemudian kembali memperhatikan foto itu.
Dokter Adi mendekatkan posisi duduknya ke arah Lia. Lia terlihat kikuk karena tubuh dokter Adi berada di sampingnya.
"Lihat, bukankah kamu terlihat sangat bahagia saat itu?" tanya dokter Adi. Lia terdiam, matanya terus tertuju pada foto pernikahannya itu.
"Senyummu itu, senyuman paling cantik yang pernah kulihat! Dan senyuman itu yang paling kusuka! Hanya milikku!" bisik dokter Adi. Ia mendekatkan wajahnya tanpa sepengetahuan Lia, dan begitu Lia menoleh ke arahnya, ia langsung mencium lembut bibir mungil Lia itu.
Lia yang sangat terkejut langsung mendorong tubuh suaminya itu dan menjauhkan wajahnya dari dokter Adi. Jantungnya berdebar dengan sangat kencang.
"Ka.. kamu tidak boleh mencium orang lain tanpa ijin seperti itu!" tegur Lia.
"Aku tidak mencium orang lain, aku mencium istriku sendiri!" tukas dokter Adi. Lia menatap dokter Adi, keningnya berkerut.
"Kamu masih tidak percaya kalau kita sudah menikah dan aku adalah suamimu?" tanya dokter Adi. Lia terdiam, jantungnya masih terus berdebar dengan sangat kencang dan ia merasa sangat gugup.
Lia mencoba menenangkan hatinya sejenak, ia menggeser-geser layar ponsel dokter Adi untuk melihat foto-foto yang ada di galeri ponsel itu. Ia terkejut melihat begitu banyak fotonya di ponsel itu. Lia menghela nafasnya perlahan. Begitu ia hendak keluar dari galeri foto yang ada di ponsel dokter Adi itu, tiba-tiba matanya tertuju pada foto-foto yang terletak di deretan atas galeri.
Jari telunjuk Lia perlahan menyentuh layar ponsel hingga membuat tampilan foto itu menjadi lebih besar. Ia terkejut begitu melihat tampilan foto itu, ia memperhatikan foto itu dengan seksama.
"I.. ini..." ucapnya pelan. Dokter Adi melongok ke arah layar ponselnya dan ia tersentak, dengan cepat ia merebut ponselnya itu dari tangan Lia. Ternyata foto yang dilihat Lia adalah foto ketika dirinya sedang hamil besar. Lia terdiam terpaku sejenak, tapi sesaat kemudian ia menyingkap selimut yang menutupi separuh tubuhnya dan menaikkan sedikit pakaian yang digunakannya sehingga memperlihatkan perutnya. Ia terpaku melihat perban yang menempel di perutnya.
Dengan sigap dokter Adi menutupi kembali perut Lia itu dengan selimutnya. Lia masih terdiam terpaku sampai dokter Adi membelai rambutnya dan mencium kepalanya.
"Apa aku habis melahirkan?" tanya Lia akhirnya. Dokter Adi tersenyum lembut sambil menatap Lia.
"Di mana bayiku?" tanya Lia lagi. Ia menatap kedua bola mata dokter Adi dan menantikan jawaban dari suaminya itu. Dokter Adi menundukkan kepalanya, ia berpura-pura sibuk dengan ponselnya, tapi Lia meraih tangan dokter Adi dan mencengkramnya dengan cukup kuat hingga dokter Adi menatap ke arahnya.
"Ada apa?" tanya Lia pelan.
"Kenapa kamu tidak menjawab pertanyaanku?" lanjutnya. Dokter Adi memandangi wajah Lia dengan seksama, perlahan tangannya membalik keadaan, tangannya menggenggam lembut jari-jemari Lia.
"Anak kita sudah bahagia." ucapnya dengan suara berbisik.
"Sudah bahagia?" gumam Lia bingung.
"A.. aku tidak mengerti maksudmu!" ucap Lia. Dokter Adi kembali membelai rambut Lia dan tersenyum lembut pada istrinya itu.
"Kamu membuatku penasaran! Jelaskan padaku!" seru Lia tidak sabar.
"Bukan kita yang akan merawat bayi kita, tapi Tuhan yang sudah merawatnya sekarang." ungkap dokter Adi akhirnya. Lia tersentak, ia sangat terkejut dengan perkataan dokter Adi.
"Tuhan sangat menyayangi putra kita, makanya Tuhan mengambilnya dari kita untuk merawatnya." terang dokter Adi. Suaranya terdengar berat dan bergetar ketika menyampaikan hal itu, sekuat tenaga ia mencoba menahan air matanya di hadapan istrinya itu.
Lia menatap dokter Adi dengan seksama, ia terlihat masih tidak percaya dengan apa yang keluar dari mulut suaminya itu. Dokter Adi menciumi tangan Lia dengan lembut, seketika itu air mata mulai mengalir keluar dari mata Lia. Nafas Lia mulai terdengar menderu dan detak jantungnya terasa sangat kuat.
"Kamu bersungguh-sungguh dengan apa yang kamu ucapkan itu?" tanya Lia dengan suara bergetar. Dokter Adi menatap kedua mata Lia sejenak dan kemudian menganggukkan kepalanya pelan, saat itu juga tangis Lia akhirnya pecah.
Dokter Adi beranjak dari tempat duduknya dan mendekap tubuh mungil istrinya itu, ia membiarkan Lia menangis dalam pelukkannya. Perlahan tangan dokter Adi mengusap punggung Lia dengan lembut untuk sedikit menenangkan Lia, tapi bukannya menjadi lebih tenang, Lia malah semakin kuat menangis. Akhirnya, dokter Adi pun tak kuasa lagi menahan air matanya, ia mulai meneteskan air matanya tanpa sepengetahuan Lia. Dadanya terasa sangat sesak, rasa kehilangannya atas kepergian putranya kini bercampur dengan rasa sedihnya melihat istrinya menangis seperti itu.
...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 91 Episodes
Comments
Yousee Bugsy
bawwng bawang....
2021-04-15
1
Theresia Magdalena Hyung Hwa
lanjut kak😞
2021-04-15
1
Hero Crisan
dirimu penuh misteri om...
2021-04-15
1