Ketika dokter Adi masuk kembali ke dalam ruangan itu, ia melihat seorang perawat sedang menyelimuti tubuh Lia dan perawat lainnya membereskan beberapa peralatan medis yang semula menempel di tubuh Lia. Jantungnya berdebar dengan sangat kencang.
Dokter Adi melangkah perlahan mendekati ranjang istrinya itu dan seketika jantungnya terasa seperti berhenti berdetak sejenak ketika ia mendapati kedua mata istrinya sudah terbuka dan menatap ke arahnya.
"Istri anda sudah siuman, pak!" ungkap dokter yang menangani Lia barusan.
"Keadaannya belum stabil sepenuhnya jadi, istri anda masih perlu dipantau dalam beberapa hari ini." lanjutnya.
"Te.. terima kasih banyak, dok!" ucap dokter Adi, ia tampak sangat terharu melihat keadaan Lia.
"Kalau ada apa-apa segera laporkan kami ya, pak!" ucap dokter itu. Dokter Adi menganggukkan kepalanya.
"Terima kasih banyak, dok!" serunya sekali lagi sambil menjabat tangan dokter yang sudah menangani istrinya dengan baik itu.
Setelah dokter dan seluruh perawat keluar dari ruangan itu, dokter Adi kembali duduk di kursi yang berada tepat di samping ranjang Lia. Lia terus menatap dokter Adi, tapi tatapannya terlihat sangat berbeda dari biasanya ia menatap suaminya itu. Dokter Adi meraih tangan Lia dan menggenggamnya erat. Lia tersentak dengan sikap dokter Adi itu padanya, ia menarik tangannya dari genggaman suaminya.
"Kenapa sayang?" tanya dokter Adi yang terkejut karena sikap istrinya itu. Lia tidak menjawab pertanyaan dokter Adi itu dan terus menatap dokter Adi dengan tatapan aneh.
"Apa ada yang kamu rasakan sakit?" tanya dokter Adi lembut sambil mencoba untuk memeriksa luka-luka Lia, tapi Lia menghalau tangan dokter Adi, ia menatap dokter Adi dengan tajam.
"Kamu siapa?" tanyanya ketus. Dokter Adi tersentak, ia terlihat sangat terkejut mendengar pertanyaan Lia barusan.
"A.. aku suamimu, Lia!" jawab dokter Adi terbata-bata.
"Suami?" gumam Lia, raut wajahnya terlihat bingung.
"Suster mana?" tanyanya.
"Suster? Para perawat kan baru saja keluar dari ruangan ini." ucap dokter Adi. Ia terlihat semakin bingung dengan pertanyaan Lia itu.
"Untuk apa kamu mencari para perawat lagi?" tanya dokter Adi. Lia menggelengkan kepalanya pelan.
"Bukan perawat yang itu!" tukas Lia.
"Di mana suster? Di mana suster Rina?" Lia memperjelas pertanyaannya.
"Suster Rina?" ucap dokter Adi terkejut. Ia tidak menyangka kalau Lia tidak mengenalinya tapi malah mengingat suster Rina yang sudah hampir setahun ini berada di penjara dan sangat jarang mereka bertemu.
"Suster Rina tidak ada di sini, Lia!" jelas dokter Adi lembut.
"Kenapa suster Rina tidak ada di sini? Memangnya ini di mana?" cecar Lia. Dokter Adi terdiam sejenak sambil menatap Lia, istrinya itu terlihat sangat berbeda dari biasanya.
"Apa semuanya ini efek dari operasi? Atau mungkin saat kecelakaan terjadi, kepalanya terbentur sesuatu?" tanya dokter Adi dalam hati.
"Hei!" tegur Lia karena bukannya menjawab pertanyaannya, dokter Adi malah melamun.
"Hei? Kamu memanggilku 'hei'?" seru dokter Adi terkejut. Lia menatap dokter Adi dengan bingung.
"Lalu aku harus memanggilmu apa?" tanya Lia pelan. Wajahnya terlihat sangat polos.
"Aku, suamimu Lia! Kamu biasa memanggilku 'sayang'!" ungkap dokter Adi.
"Sayang?" tanya Lia tak percaya. Dokter Adi menganggukkan kepalanya dengan semangat.
"Iyuuuhh!" seru Lia dengan ekspresi wajah yang terlihat seperti orang yang merasa jijik. Dokter Adi menghela nafasnya pelan. Dokter Adi kembali meraih tangan Lia dan menggenggamnya erat.
"Terserah kamu mau memanggilku apa! Aku sudah sangat senang bisa melihatmu kembali seperti ini!" ucap dokter Adi dengan suara berbisik. Ia tersenyum manis pada Lia.
"Eh ee.." Kali ini Lia terlihat kikuk karena dokter Adi menggenggam tangannya, tapi perlahan ia kembali menarik tangannya agar terlepas dari genggaman dokter Adi dan menyembunyikan tangannya itu di balik selimut.
Lia beberapa kali menoleh ke arah dokter Adi yang duduk di samping ranjangnya, menatapnya sejenak dan kemudian memalingkan wajahnya kembali. Ia terlihat seperti hendak menanyakan sesuatu pada suaminya itu tapi ia merasa ragu.
"Ada apa?" tanya dokter Adi tiba-tiba, ternyata ia menyadari sikap istrinya tersebut.
"Ee.." Lia masih terlihat ragu untuk mengungkapkan apa yang ada di pikirannya.
"Katakan saja apa yang mau kamu katakan!" ucap dokter Adi lembut. Lia menatap dokter Adi dengan seksama.
"Apa kamu tidak bisa menyuruh suster Rina untuk ke sini?" tanya Lia pelan. Dokter Adi tersentak mendengar pertanyaan Lia itu.
"Aku ingin bicara dengannya." terang Lia. Dokter Adi menghela nafasnya perlahan.
"Kamu sudah cukup lama tidak bertemu dengan Rina tapi kamu mengingatnya, sedangkan aku yang bertemu denganmu setiap hari, bahkan tidur bersamamu setiap malam bisa hilang begitu saja dari ingatanmu?" tukas dokter Adi tak percaya. Wajah Lia seketika memerah mendengar dokter Adi mengatakan kalau mereka setiap malam tidur bersama.
"Apa kita benar-benar sudah menikah?" tanya Lia polos.
...
Dokter Adi menemui dokter yang bertanggung jawab terhadap Lia selama di rumah sakit ini.
"Silahkan duduk, pak!" ucap dokter itu, mempersilahkan dokter Adi untuk duduk di kursi yang ada di hadapannya.
"Ada yang ingin saya tanyakan pada dokter." ucap dokter Adi menyampaikan maksud kedatangannya menemui dokter itu.
"Apa itu pak?" tanya dokter.
"Eem.. istri saya tidak mengingat saya sama sekali, tapi dia mengingat orang lain yang sudah cukup lama tidak ditemuinya. Apa ini efek dari operasi atau istri saya mendapat benturan keras ketika kecelakaan itu terjadi ya dok?" tanya dokter Adi akhirnya.
"Selama kami memeriksa istri bapak, tidak ada luka berat di kepalanya. Mungkin memang ada benturan di kepalanya tapi lukanya tidak berat dan kami berhasil mengatasi luka itu. Kalau efek dari operasi saya rasa tidak, pak karena kami tidak melakukan operasi besar di kepalanya." terang dokter.
"Atau mungkin istri saya mengalami trauma dok?" terka dokter Adi. Dokter itu tersentak, sejenak ia menatap dokter Adi.
"Sepertinya bapak sedikit banyak mengetahui tentang medis.." ucap dokter itu. Dokter Adi tersenyum lembut.
"Saya hanya mengerti sedikit pak." ucap dokter Adi. Dokter itu menatap dokter Adi dengan tatapan curiga.
"Pasti bapak juga bekerja di dunia medis!" terka dokter itu.
"Saya hanya seorang psikiater, dok!" aku dokter Adi akhirnya. Dokter itu tersentak.
"Sudah saya duga! Dari kemarin saya merasa kalau wajah bapak sangat familiar, ternyata bapak adalah dokter Adiyanto, psikiater yang sering muncul di internet itu kan?!" terka dokter itu. Dokter Adi tertawa kecil.
"Pantas saja bapak.. ah! saya harus memanggil dokter juga!" tukas dokter itu.
"Mungkin dokter benar, sepertinya istri dokter mengalami trauma. Kami akan melakukan pemeriksaan lebih mendalam lagi." ucap dokter itu. Dokter Adi menganggukkan kepalanya.
"Kalau benar istri dokter mengalami trauma, berarti hilang ingatannya ini hanya akan terjadi sementara." lanjut dokter.
"Ya dok!" ucap dokter Adi.
"Saya mohon dokter untuk bisa memeriksa kembali istri saya, dok!" pinta dokter Adi.
"Kami akan melakukan yang terbaik untuk istri dokter!" ucap dokter itu.
"Terima kasih banyak, dok!" seru dokter Adi sambil menjabat tangan dokter itu.
...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 91 Episodes
Comments
Ratini Fanesa
semangat thor
2021-04-15
1
Awalshole
Kembali lagi ke awal cerita ne...
ea tak apa lah Krn awal mereka bertemu juga penuh perjuangan..😔
next Thor 👍
2021-04-15
1
Mamot_
Astaghfirullah udh nangis bombay kit hati rasanya tuh nyes bgt ehh ternyata hadeuhh.. tau lah nanti mah kalau komen gk mau nerka" lg.. hiih nanti gk sesuai lg kan ngeselin..
2021-04-15
2