4

...- Selamat Membaca -...

...*...

...*...

Edwin baru saja menyelesaikan mandinya sedangkan Jeff masih terbaring diatas kasurnya yang berantakan, dia lelah setelah pertempuran manjanya bersama suami Emily.

Jeff terlelap, lalu Edwin mendekatinya, dia menatap sedih dan juga kasihan Jeff "Tidur yang nyenyak" gumamnya seraya mengecup bibir mungil kekasihnya.

-

Jarum jam sudah menunjuk pukul sembilan lewat tujuh menit, suara nyaring dari bel terus berbunyi, sangat berisik dan menggangu pendengaran Fay, dengan malas dia turun untuk mencari tahu, siapa gerangan orang yang bertamu di jam istirahat seperti sekarang.

Tapi rasa kesal itu berubah saat pintu terbuka lebar, Fay menatap kakak iparnya yang berdiri tegak dihadapannya, senyumnya terukir lugu "Kakak, aku rindu" sapanya senang, dia buru-buru memeluk suami kakaknya.

Edwin merasa canggung tapi Fay memang selalu memperlakukannya begitu "Aku pulang" sahutnya.

'Sepertinya Fay tidak tahu kalau aku dan Emily bertengkar' batin Edwin.

"Ayo masuk, kak Ely sudah tidur duluan, kakak sudah makan?" tanya Fay santai, dia bersikap biasa saja meski tahu ada masalah besar antara kakaknya dan Edwin.

"Ah Iyah ini aku bawa ayam krispy, aku sudah makan Fay, ini untuk kamu, aku langsung ke kamar saja" sahutnya cepat, sorot matanya sudah tidak jelas, kelihatan sekali dia ingin segera menemui istrinya.

Fay peka "Ahahhaa baiklah-baiklah, pasti kakak rindu dengan kak Ely kan? Aku tidak akan mengganggu, terimakasih ayamnya kak" jawabnya segera mengambil makanan yang ada ditangan Edwin.

Iparnya tersenyum, lalu dengan pelan menuju pintu kamar yang terletak didekat tangga, Fay segera naik mendului Edwin, barulah suami Emily menampakkan raut wajahnya yang sendu , dia terlihat kebingungan.

Pelan-pelan dia memasuki kamar yang dulunya selalu dia tiduri bersama Emily, tepat setelah pintu itu terbuka, istrinya terbaring lelap disana, Edwin lalu mendekat, ditatapnya lekat-lekat sang istri, rasa sayang dan cinta masih terlihat dimatanya.

"Kamu kurusan" ungkapnya sedih, air matanya terbendung tak mampu keluar dari tempatnya.

Edwin memutuskan naik ke ranjang dan ikut berbaring disebelah Emily, dia memeluk istrinya, dia rindu suasana ini, aroma Emily yang selalu membuatnya tenang membuat air matanya mengalir pelan dipipi tirusnya "Aku merindukanmu" ungkapnya sedih.

Tak butuh waktu lama dia ikut terlelap, rasa nyaman dan damai dalam pelukan istirnya membuatnya lupa kalau hubungan mereka sudah rusak.

...*...

...*...

Matahari menyingsing cerah, cahaya tipis menembus kamar Emily, dia jelas terganggu, kesadaraannya pun mulai kembali, dia membuka mata sedikit demi sedikit, kepalanya terasa sakit karena terus menerus menangis.

"Akh, kepalaku" keluhnya, baru setelah itu dia menyadari keberadaan orang lain tepat disebelah kirinya.

"Ed--

^^^Drrrt🎶^^^

^^^Drrrt🎶^^^

Dering handphone Edwin sangat berisik, dia terbangun dari tidurnya, sebelum sempat mengangkat panggilan itu, dia mendapati Emily yang menatap rindu dirinya.

"Suamiku-

"Tunggu sebentar" Potong Edwin.

Dia mengecek panggilan teleponnya dan nama Jeff tercantum disana, refleks Edwin bangkit dan mengangkat telfon itu.

Emily menatap cemburu suaminya yang pergi tanpa sempat menyapanya "Dadaku sakit" ucapnya sedih, air matanya menetes lagi, padahal dia sangat senang karna suaminya kembali.

Disisi lain Edwin mulai bicara dengan kekasihnya.

"Halo, ada apa Jeff?" Tanyanya buru-buru.

"Iih sayang, kenapa kamu tidak bilang kalau kamu tidak bermalam disini? Padahal aku mau tidur sama kamu" keluh Jeff diseberang telepon.

"Ah iya semalam ayahku menghubungiku dan minta bertemu jadi aku tidak bisa tidur ditempatmu" jawab Edwin tenang.

"Hmph, baiklah sayang, kita berangkat kantornya bareng yah, aku tunggu sayang, sekalian sarapan bareng juga, love you sayang" gombal Jeff yang kembali senang setelah mendengar penjelasan Edwin, dia lalu memutus telfonnya tanpa mendengar jawaban kekasihnya.

Edwin menatap bingung layar hp-nya, dia tidak tahu harus berbuat apa, dia juga tidak mengerti, disatu sisi dia membutuhkan Jeff tapi disisi lain dia merasa tidak tega menyakiti istrinya.

Emily merapikan tempat tidurnya lalu berjalan masuk ke kamar mandi, potongan handuk yang menyelimuti tubuhnya terjatuh begitu saja, mungkin karna kurang erat diselipkan.

Disaat yang bersamaan Edwin masuk dan terkejut melihat istrinya "Istrik-

Emily menatap tajam "Jangan lihat aku" selanya tak senang.

"Baiklah" jawab Edwin cepat.

Pria itu menunduk, sorot matanya yang sedih membuat Emily tak tahan, diapun berjalan mendekati suaminya.

"Aku, hanya akan memafkanmu, kalau kau melupakan Jeff" jelasnya, dia menatap suaminya yang juga balas menatapnya.

"Aku tidak bisa" jawab Edwin, dia melewati istrinya dan mengambil tasnya "Aku pergi" pamitnya.

"Apa karna aku belum bisa hamil?" ucap Emily tiba-tiba, Edwin menghentikan langkahnya, dia berbalik menatap kasihan istrinya.

"Tidak begitu! Aku hanya butuh waktu tanpa dirimu Ely" jawab Edwin sedih, jelas pembahasan tentang anak adalah topik paling sensitif diantara mereka berdua.

"Kenapa? Apa aku ada salah denganmu?" tanya Emily lagi, dia terlihat putus asa dengan sikap suaminya.

Edwin terdiam, dia menggigit bibirnya "Aku ingin bertahan Ely tapi aku tidak bisa, beri aku waktu, aku hanya ingin tahu, apa aku bisa hidup tanpa kamu" sahutnya.

Jawaban Edwin terdengar penuh teka-teki, Emily semakin bingung dengan suaminya "Tolong kembalilah menjadi Edwin yang menyayangiku, kumohon cintai aku lagi Edwin, aku tidak bisa hidup tanpamu" ucap Emily penuh permohonan.

Edwin tak tahan lagi, dia berbalik membelakangi istrinya "Untuk sementara aku akan tinggal di apartemen Jeff, kalau kau membutuhkanku datang saja kesana" Jawabnya menghiraukan permohonan istrinya barusan.

Dia melangkah pergi meninggalkan Emily yang kembali menangis, dia terisak-isak, Edwin benar-benar melukai harapannya.

...*...

...*...

Seminggu berlalu dengan lambat bagi Emily, kabar suaminya tidak ada lagi, bahkan mertuanya juga tidak menanyakan apa- apa lagi, sepertinya Edwin benar-benar tinggal bersama Jeff diapartemen yang dia belikan untuk pria yang pernah dianggap seperti adiknya sendiri.

Feli sudah datang dikediaman Emily, mereka juga sudah membincangkan rencana mereka, awalnya istri Edwin kurang setuju namun tidak ada cara lain sehingga dia berakhir menyetujui rencana yang dibuat Feli.

Emily pun sudah menjelaskan semua kebiasaan suaminya begitu pula dengan selingkuhannya, setelah mendengar semuanya, Felisha Agatha dengan senyum yang tersemat dibibir tipisnya dia menyatakan rencana dimulai.

"Baiklah nyonya, mulai hari ini saya akan memanggil anda kakak dan andapun harus memanggil saya adik, karna sekarang peran kita adalah sepupu jauh! Anda siap?" tanya Feli bersemangat.

Emily mengangguk, sorot matanya kembali bersinar, seolah harapan sudah muncul dihadapannya.

...*...

...*...

Edwin dan Jeff berjalan masuk ke lift, mereka berbincang-bincang sambil sesekali tertawa, entah apa yang mereka bahas.

Feli yang melihat keadaan itu buru-buru berlari kedalam lift dan langsung menggeser tempat Jeff, tanpa basa basi dia menyelipkan tangannya ke lengan Edwin.

Jeff yang melihat hal itu naik pitam "Apa yang kau lakukan, mengapa kau memegang lengan orang sembarangan?" teriaknya kesal.

Feli memulai akting kelas dunianya.

"Ma-- Maaf kak, sejak kecil saya takut naik lift, saya refleks memegang tangan kakak ini" Rengeknya, air mata Feli berjatuhan.

Edwin yang melihat, menjadi tidak enak, ya karna memang dasarnya dia baik hati jadi hal itu bukan menjadi masalah besar.

"Nona jangan menangis, kamu bisa memegang lenganku, oh iya nona dilantai berapa?" Tanya Edwin sopan, dia berusaha menenangkan Feli, Jeff semakin marah apalagi saat dia melihat Feli tersenyum mengejek.

Kembali ke mode akting "Ah, saya di lantai 17 kak" jawabnya lemah.

"Oh kita di lantai yang sama" sahut Edwin.

"Benarkah? Wah asik, aku beruntung sekali bisa bertemu orang baik seperti kakak" pujinya, Feli sengaja menempelkan dadanya di lengan Edwin, spontan suami Emily menatap gadis yang lebih pendek darinya itu.

Jeff hilang akal dan menarik paksa Feli sampai tubuh mungilnya terbentur dinding lift, melihat hal itu Edwin marah dan mendorong Jeff.

Jef sangat terkejut, dia menatap tak percaya pacarnya "Say-

"Diam!" suara dingin Edwin membuat Jeff tak bisa berkata-kata.

...*...

...*...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!