...- Selamat Membaca -...
...*...
...*...
^^^--^^^
Aku Emily Lohia, namaku memang unik, orang-orang sering memanggilku Ely, aku besar dikeluarga kaya raya dan sejak kecil sudah bertunangan dengan anak dari sahabat ayahku.
Tunanganku bernama Edwin Theodore.
Pertemuan pertamaku dengannya penuh drama, karna aku tidak ingin dijodohkan dan terus menangis diacara makan malam, sedangkan Edwin hanya menatapku sambil menikmati steak dipiringnya, hah, mungkin dia pikir aku berlebihan.
Tapi, seiring waktu berlalu aku mulai memahami sikapnya, dia berhati lembut dan pikirannya dewasa meski kadang juga dia bisa bersifat plin-plan dan dingin, aku ingat pernah jatuh dari ayunan dan dia hanya menatapku tak peduli.
Aku tidak menganggap dia jahat, dipikir-pikir lagi mungkin itu adalah karakternya.
Sampai akhirnya aku jatuh cinta padanya hanya karna dia menolongku dari siswa yang berniat membuliku, tanpa basa-basi, aku mengajaknya ke hotel dan akhirnya kami sama-sama melepas segel itu.
Toh kami sudah bertunangan jadi tidak akan menjadi masalah.
Dan akhirnya, kami menikah di usia muda, dimataku Edwin sangat tergila-gila dan mencintaiku, siang dan malam kami menghabiskan waktu bersama, seolah dunia hanya milik berdua.
Lalu tahun ini umurku genap dua puluh enam tahun dan usia pernikahan ku sudah berjalan empat tahun.
Edwin adalah suamiku, aku sangat menyayangi dan mencintainya.
Pria yang selalu menjadikanku ratu dimanapun aku berada.
Banyak orang iri dengan pernikahan Sempurnaku, wajah cantik, badan ideal, hidup bergelimang harta dan suami tampan, baik hati serta tentu saja sukses dalam karirnya.
Tiada satu hari pun yang membuatku tidak bersyukur memilikinya.
Sejak bertunangan dengannya aku sadar dia adalah cinta pertamaku.
Edwin membuatku tergila-gila dengannya, caranya tertawa, memeluk, mencium dan memanjakanku, aku benar-benar terbius cintanya.
Tapi siapa sangka, setelah empat tahun menikah, dia akhirnya menunjukkan wajah aslinya.
Hari itu, saat aku melihat sosok yang selama ini disembunyikannya, dia menghilang dan tak pernah lagi menemui ku, bahkan saat aku memergoki mereka bercumbu, dia hanya sempat meminta maaf dan bahkan tidak mengejar ku.
Seolah mimpi telah usai dan dunia nyata menyapaku.
Aku bahkan belum terbiasa baring diatas kasur ini tanpa dia, biasanya Edwin akan memelukku sambil tangan kirinya merapikan rambut-rambut halus di dahiku.
Aku tentu masih belum siap ditinggalkan, kebiasaan ku selama empat tahun bersamanya sudah seperti nyawaku sendiri, bagaiman bisa aku hidup jika tidak melihatnya saja membuatku kehilangan semangat dan tidak berdaya?
Suamiku yang sudah seperti kulit ditubuhku, tidak mungkin kulepas meski rasa jijik ketika mengingat kejadian yang lalu membuatku benci dan tidak sanggup.
Pilihan apapun yang kuambil akan tetap menyakitiku, tapi untuk kali ini saja, aku ingin memperjuangkannya.
Meski perasaanku hancur, tapi aku tidak akan menyerah, aku harus membuatnya kembali padaku bagaimanapun caranya.
Karna aku tidak akan pernah ikhlas dia menjadi pecinta sesama jenis, aku anggap saat ini aku hanya bermimpi dan suatu saat aku terbangun dengan kenyataan yang berbeda.
Benar! Aku tidak akan putus asa.
"Apa? Masuk saja" tegurku.
Sejak tadi adikku mengintip, entah apa yang ingin dia katakan.
"Kakak, aku ingin minta uang"
"Minta sama ayah, kakak sedang tidak enak badan"
Hah... lebih baik aku tidur saja. Aku lelah memikirkan Masalah ini.
^^^- -^^^
"Tapi kak, ayah sedang diluar kota" Fay bergelayut manja di lengan Emily.
"Ambil di dompet kakak, seadanya saja, jangan berlebihan" ucapnya malas.
"Hehe, makasih kak, oh iya besok aku mau pinjam mobil kakak boleh ya?" Fay memelas lagi tapi Emily tidak tergoda.
"Fay, terus mobil kamu dimana? Dijadikan pajangan? Begitu?" tanyanya heran.
Fay memanyunkan bibirnya.
"Itu kak, mobilku di bengkel, tadi lecet abis gesekan sama mobil orang diparkiran, gimana? boleh ya kak?" rayu Fay lagi tapi Emily benar-benar tidak bisa meminjamkan mobilnya.
"Tidak bisa Fay, kakak ada urusan besok pagi" Tegasnya.
"Kakak pelit sekali"
"Iya kakak pelit, sudah sana pergi, Kakak mau tidur"
Fay menghentakkan kakinya dan berjalan pergi tanpa senyuman.
-
"Huh, akhirnya anak itu pergi, besok aku harus menemui gadis itu, aku juga harus bertemu Edwin, sudah hampir seminggu dia tidak pulang, ayah mertua jadi sering menelfon ku karna curiga kami bertengkar, meskipun Edwin sudah beralasan sibuk bekerja dan tidak bisa saling bertemu untuk sementara waktu, kami memang terlihat mencurigakan" gumam Emily.
'Aku harus membujuknya, bagaimanapun juga Minggu ini dia harus pulang agar rencanaku berhasil' batin Emily.
'Aku juga harus menemui Jeff, hah aku jijik mengingat orang itu, aku memberinya tempat tidur yang layak, pekerjaan dan kasih sayang tapi malah membalas ku seperti ini, kau menjijikkan Jeff' Lanjutnya membatin.
...•...
...•...
Pagi menyapa.
Emily buru-buru mengendarai mobilnya, dia harus datang sebelum suaminya bertemu dengan Jeff.
Mobilnya melaju cepat menuju kediaman mertuanya, setelah sampai dan memarkir mobil, Emily segera berlari masuk kedalam.
Dia menekan bel rumah dengan paksa, tak lama gerbang terbuka dan Emily berlari masuk.
"Ibu, aku datang, apa suamiku ada diatas?" sapa Emily, dia terlihat sangat akrab dengan mertuanya.
Ibu Edwin tersenyum, cangkir teh yang masih di tangan ditaruhnya dengan hati-hati.
"Anak ini, baru datang bukannya menyapa ibu malah mencari suaminya" tegur Dona jahil.
Emily terkekeh, buru-buru dia mengecup kening ibu mertuanya dan berlari kearah tangga.
"Maaf bu, hari ini aku ingin membangunkan suamiku" ujarnya sambil berlari kecil menaiki tangga.
Emily sampai diujung tangga dan menemukan satu pintu yang entah mengapa melihatnya saja membuat jantungnya berdebar tak normal.
Dia menghela nafas beratnya lalu membuka pintu besar berwarna putih itu.
Saat dia masuk, suaminya masih terlelap, pandangan nya berubah sayu, seolah rindu meluluhkan amarahnya, seolah benci menghilang begitu saja dalam benaknya.
Dia menatap suaminya, lekat sekali.
"Sayang, kembali padaku, kumohon" Emily mengelus dahi suaminya dan Edwin terbangun karna merasakan sentuhan seseorang.
"Istriku, kapan kamu datang?" tanyanya tepat setelah melihat istrinya terduduk disampingnya.
"Baru saja" jawabnya singkat.
"Ada apa kamu kesini?" Edwin tak berani memandang Emily.
"Sayang, cium aku" Pinta wanita itu, tidak ada angin tidak ada hujan, dia malah menyuruh suaminya menciumnya.
Edwin jelas terkejut, dia mendekatkan wajahnya, ada rasa berdebar saat melihat bibir ranum milik istrinya dari dekat, tapi suara telfon menghancurkan situasi yang dibangun Emily.
"Istriku, ini Jeff" aku Edwin tak enak.
Emily menatap malas suaminya, jengah sekali dia mendengar nama itu.
"Matikan dulu, aku hanya akan bicara 5 Menit dan setelah itu terserah kamu ingin berbicara dengan siapa" jawabnya kecut.
"Baiklah" Edwin menurut dan mematikan ponsel nya.
"Hah, aku hanya akan meminta satu hal, kembalilah ke rumah, aku tidak peduli apa yang telah kamu lakukan, kembalilah, kamu hanya tidak boleh membawa selingkuhanmu itu kerumah, selain dari itu kamu boleh melakukan apapun" jelasnya mencoba sabar.
"Istriku, apa kamu tidak marah?" tanya Edwin yang tak mengerti maksud istrinya.
"Aku hanya tidak biasa tanpa kamu Edwin, kamu pikir saja sendiri apa aku marah atau tidak, satu lagi, jangan pernah sebut nama selingkuhanmu didepanku karna itu menjijikan" timpal Emily tak tahan.
"APA?" Edwin marah mendengar hinaan istirnya tapi Emily tidak peduli dan langsung pergi meninggalkan suaminya yang terpancing emosi.
'Selanjutnya, aku akan bertemu gadis itu, hah ini sangat melelahkan, semoga rencanaku berhasil' Batin Emily.
...•...
...•...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments