BAB 5

Aileen sudah berada di sebuah cafe yang biasa dia datangi bersama Brenda, dia melihat sekeliling untuk mencari keberadaan sahabatnya itu. Brenda yang melihatnya langsung melambaikan tangannya dan tersenyum ke arah Aileen.

"Hei Brenda? Udah dari tadi di sini?" Tanya Aileen sambil duduk di kursi yang ada di depan Brenda.

"Aku juga baru sampai kok terus ga lama kamu datang." ucap Brenda.

"Kamu sudah pesan?"

"Aku sudah memesankan makanan kesukaanmu Aileen." ucap Brenda.

"Kamu memang sahabat terbaikku!" Puji Aileen.

"Cih! Tapi kamu selalu meninggalkan aku demi teman laki-laki kamu itu!" Ketus Brenda.

"Kamu aku ajakin gabung ga mau sih jadinya aku tinggal terus deh."

"Tentu saja aku tidak mau! Kamu ga lihat mereka itu seram semua, bagaimana bisa kamu berani berkumpul dengan mereka!" Ucap Brenda.

"Mereka semua baik kok Brenda! Percayalah padaku." Ucap Aileen.

"Aku percaya padamu tapi tidak dengan mereka semua! Oh iya kamu ada apa ngajak aku bertemu? Katanya kamu ingin membicarakan sesuatu?" Tanya Brenda.

"Oh iya aku hampir lupa kan, aku ingin menceritakan hal yang sangat menyebalkan seumur hidupku." Ucap Aileen.

"Ada apa sebenarnya?"

"Aku sudah dijodohkan oleh seorang om-om Bren." Ucap Aileen.

"What!? Jangan bercanda deh Aileen!" teriak Brenda hingga membuat semua orang yang ada di cafe tersebut melihat ke arahnya.

"Kamu ini ga bisa apa ngomongnya pelan-pelan aja? Lihat semua orang menatap Kita seperti itu kan aku jadi malu." ketus Aileen.

"Maaf Leen, siapa yang ga kaget coba denger kamu ngomong kayak gitu! Secara seorang Aileen yang selalu di kelilingi laki-laki harus menikah dengan om-om?"

"Aku juga pusing tau! Aku juga hampir gila mengetahui kenyataan ini!"

"Emang kapan kalian akan menikah?" Tanya Brenda.

"Besok! Dan mamaku mengundangmu untuk melihat pernikahanku!"

"Apa?! Besok? Gila ya? besok kita kan harus sekolah Aileen!"

"Mamaku yang mau meminta ijin kepada guru kita!"

"Yaampun, aku yakin kalau semuanya tau tentang hal ini mereka akan heboh!"

"Makanya aku menikah diam-diam, hanya kamu temanku yang mengetahui hal ini."

"Besok pagi? Aku akan datang tentu saja! Mama kamu pasti sudah bicara kepada mamaku jadi aku akan menjadi saksi pernikahan diam-diammu itu." ucap Brenda.

"Terimakasih ya Bren karena sudah menjadi sahabatku." Ucap Aileen.

"Apaan sih Leen, tidak usah berterimakasih kepadaku." Ucap Brenda.

Mereka berbincang-bincang cukup lama hingga akhirnya mereka memutuskan untuk pulang ke rumah masing-masing.

"Kamu ga mau aku menginap di rumahmu?" Tanya Brenda.

"Ga usahlah, mamaku pasti sedang heboh-hebohnya menyiapkan semuanya untuk besok." ucap Aileen.

"Yaudah kalau gitu aku datang ke rumahmu besok pagi." ucap Brenda.

"Baiklah sampai bertemu besok, aku tidak sabar melihat om-om calon suamimu hihi." Ucap Brenda.

Aileen hanya menatap tajam ke arah Brenda sambil menggelengkan kepalanya lalu segera masuk ke dalam taxi online yang sudah di pesan olehnya.

Di rumah, Rahina dan Gino sibuk menyiapkan hiasan di rumahnya hingga membuat Aileen kebingungan.

"Pa, ma, ngapain pake ginian? Aileen menikah secara diam-diam jadi tidak perlu hiasan seperti ini." ucap Aileen.

"Walaupun tidak di ramaikan tapi mama ingin menghias rumah kita agar terlihat indah." ucap Rahina.

"Terserah mama deh, aku mau mandi terus tidur aja!" Ucap Aileen yang langsung naik ke atas menuju kamarnya.

"Dasar anak itu! Mama sumpahin dia bakalan jatuh cinta sama nak Archie." Ucap Rahina yang menyumpahi anaknya sendiri.

Sedangkan Gino hanya menggelengkan kepala melihat istrinya menyumpahi anaknya sendiri.

Aileen yang berada di kamarnya hanya bisa terdiam sambil memikirkan kalau dirinya akan menikah dengan laki-laki yang jauh lebih tua darinya.

"Apa ini benar-benar jalan yang di berikan oleh Allah kepadaku? Tapi kenapa harus seperti ini?" Kenapa harus menikah dengan laki-laki yang lebih tua dariku?" gumam Aileen di dalam kamarnya sambil menatap lurus ke luar jendela yang ada di kamarnya.

***

Hari sudah pagi, matahari sudah memenuhi kamar Aileen hingga membuatnya terbangun dari tidurnya dengan mata yang menyipit.

"Hikss, haruskah aku benar-benar menikah? Hikss bagaimana ini, aku berharap semua ini hanya mimpi saja.." Ucap Aileen.

"Aileen!!" Panggil Rahina.

Baru saja Aileen berharap kalau semua yang terjadi adalah mimpi, tiba-tiba mamanya memanggil seperti hendak menyadarkan Aileen dengan kenyataan yang harus di hadapinya.

"Aileen, ayo bangun dan mandilah, Brenda sudah ada di depan tuh." Ucap Rahina yang membuka pintu kamar Aileen sedikit.

"Brenda suruh masuk aja ma, aku mau dia membantuku bersiap-siap." Ucap Aileen.

Akhirnya Rahina menutup kembali pintu kamar anaknya dan menyuruh Brenda masuk ke dalam kamar Aileen.

"Hai Leen, bagaimana perasaanmu?" Tanya Brenda.

"Hai Bren, aku tidak baik-baik saja! Perasaanku kacau balau sampai tidak bisa menangis sama sekali." keluh Aileen.

"Sudahlah, ini adalah takdir hidupmu, aku yakin kalau kamu akan bahagia suatu saat nanti." ucap Brenda.

"Bagaimana kalau kamu menggantikanku menikah dengan om-om itu." Ceplos Aileen.

"Gila! Kamu fikir pernikahan itu mainan!? Walaupun kalian sama-sama tidak memiliki perasaan sama saja kalian menikah SAH secara agama dan negara, hanya saja tidak di publikasikan!" Ucap Brenda.

"Aku takut Bren, aku bahkan tidak tau apa yang harus aku lakukan sebagai istri, kalau nanti dia minta ***-*** gimana?" Tanya Aileen dengan polosnya.

"Ish pikiranmu ini mesum sekali! Kalau dia minta ***-*** ya kamu pasrah aja kalo di tolak nanti kamu dosa loh terus jadi istri durhaka!" ucap Brenda.

"Ih dasar sok nyeramahin orang emang kamu pernah?"

"Ya belum lah! Aku kan cuma denger dari orang-orang aja." Ucap Brenda.

"Sudahlah bantu aku bersiap-siap ya Bren." Pinta Aileen yang di balas anggukan kepala oleh Brenda.

Aileen beranjak dari tempat tidurnya dan pergi ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya lebih dulu, setelah selesai Aileen segera keluar dari kamar mandi lalu duduk di kursi riasnya.

Brenda mulai memoles wajah Aileen dengan tipis karena Aileen sudah sangat cantik walaupun tanpa riasan.

"Apa kamu tau Aileen? Aku dulu selalu iri dengan wajah cantikmu ini, kamu selalu menjadi pusat perhatian, kamu selalu menjadi maskot sekolah kita karena kecantikanmu, aku benar-benar iri." Ucap Brenda.

"Berarti kamu juga iri karena aku menikah dengan om-om?" Tanya Aileen.

"Kalau masalah itu aku tidak iri sama sekali, tapi setidaknya laki-laki itu memiliki kehidupan yang mapan, kamu bisa membeli apapun yang kamu inginkan, di tambah lagi kalau wajahnya tampan."

"Dia tampan kok, tapi tetap saja dia itu om-om bagiku, orang-orang akan melihatnya sebagai omku!" ketus Aileen.

"Berarti setelah ini kamu akan tinggal bersama suamimu ya? Apa dia akan mengijinkanku mengunjungimu?" Tanya Brenda.

"Tentu saja boleh! Kamu harus sering datang karena aku akan merasa kesepian di sana." Ucap Aileen.

"Sudah selesai, ayo pakai gaunmu lalu buat laki-laki beruntung itu terpesona dengan kecantikanmu." ucap Brenda dengan senyum manisnya.

"Aku takut sekali, aku akan menjadi istri seseorang setelah ini huhuhu." Rengek Aileen.

"Jangan menangis! Kamu akan membuat riasanku luntur sia-sia." tegas Brenda.

Tidak lama kemudian Rahina datang untuk memanggil anak perempuannya untuk turun karena Archie dan keluarganya sudah ada di bawah.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!