Umi ?

Selama perjalanan, Ici selalu bercerita pada omanya bagaimana kesehariannya saat di sekolah. Termasuk yang setiap harinya selalu diantar oleh Zahra juga ia ceritakan dengan antusias.

"Apa oma tau, tante Zahra itu sangat sayang sama Ici, Ici setiap hari dianter kesekolah sama tante Zahra. Ici jadi merasa kayak punya umi he he," ucapnya seraya terkekeh kecil.

Deg....

Merasa tersayat bathin seorang ibu, bahkan sekarang ia adalah seorang nenek. Hati bunda Elsa merasa tercubit setelah mendengar kata Merasa kayak punya umi yang baru saja Ici katakan.

Karna memang kenyataannya, bukan seperti lagi, Ichi memang mempunyai seorang umi yang sangat cantik, baik, juga shalehah. Tapi sayangnya, ia telah meninggalkan mereka semua bahkan lahirnya Ici pun Aisya tidak mengetahuinya, apa lagi harus memeluk buah hatinya bersama Rasya itu.

"Zahra juga temen Aisya bun, beliau memang sangat dekat dengan Ici dari Ici masih bayi. Tapi Rasya tidak pernah ada niat untuk menjadikannya sebagai umi sambung untuk Ici," Rasya memilih menjelaskan lebih dulu tanpa harus menunggu bunda Elsa bertanya.

"Sya, bunda gak akan melarangmu untuk mencari pengganti anak bunda. Sudah 6 tahun setelah istri mu pergi, apa kamu gak kasihan melihat Ici yang juga butuh sosok seorang ibu ?"

"Ada Rasya juga umi, bund. Bahkan ada bunda dan ayah juga, Rasya rasa itu lebih dari cukup untuk melengkapi hidup Ici. Rasya gak akan bisa dan gak akan pernah mengkhianati cinta Aisya bun," jawab Rasya membuat ayah Rama merasa iba menatap seseorang yang pernah menjadi menantunya itu. Bahkan setelah kepergian Aisya pun, ayah Rama tidak pernah menganggap Rasya sebagai orang luar. Ia tetaplah anaknya sekaligus menantunya.

"Ayah harap, jangan terlalu menutup diri untuk wanita yang siap memasuki hidupmu Rasya ! Walau bagaimanapun semuanya sudah di gariskan oleh takdir, kita hanya perlu ikhlas dan siap menjalaninya," ucap Ayah Rama seraya mengusap pundak Rasya yang tengah mengemudi itu.

Rasya tidak menjawabnya, ia hanya memberikan anggukan kecil kemudian kembali fokus pada jalanan.

***

Di pesantren, gadis mungil berumur 5 tahun itu tengah bersenandung seraya memutarkan tubuhnya di depan cermin.

"Astagfirullahaladzhim, Ara ini sudah siang sayang, ayo cepetan berangkat ! Nanti telat," omel sang bunda pada anak gadisnya itu.

"Ara udah cantik belum bun ?"

"Astagfirullah, anak siapa ini centilnya kebangetan. Iya cantik, udah ayo buruan !"

"Bunda bohong ya ? Ara gak mau berangkat kalau jelek, nanti kak Fadil gak ngelirik-ngelirik Ara lagi gimana coba ?" Ucapnya seraya melipat kedua tangannya di dada dengan wajahnya yang cemberut.

Azkya menepuk jidatnya, ia merasa jengah setiap pagi harus bertengkar mulut dengan anaknya yang super centil, terlebih lagi pada santriwan yang bernama Fadil itu.

Arania Qoirunnisa, buah hati dari Azkya bersama dengan Arkan. Usianya satu tahun lebih muda dari Ici, tapi tingkah dan sikapnya sudah seperti orang dewasa. Terlebih lagi gaya bicara dan bahasanya, sudah seperti guru yang tengah menerangan sebuah pelajaran pada muridnya.

"Ara, sekali lagi bicara bunda kurung kamu dalam kamar ! Bunda tunggu 5 menit, kalau tidak keluar juga, jangan harap bisa keluar kamar hari ini !" Ancamnya. Kia berlalu pergi meninggalkan Ara yang masih setia bercermin.

"Selalu saja mengancam. Memang susah ya kalau punya wajah cantik, mungil, menggemaskan kayak Ara. Apa-apa di protes terus, apa lagi bunda, sukanya marah-marah mulu. Nye nye nye...." gerutunya seraya menyebikan bibir kemudian menyambar tasnya dan keluar dari kamar menyusul sang bunda.

***

Aishi dan Rasya saat ini tengah beristirahat di kamar yang dulu ia tempati bersama istrinya.

Kamar yang penuh dengan kenangan cinta mereka, kini hanya menjadi sejarah untuk bisa di ulang kembali masa-masa itu.

Melihat anaknya yang telah terlelap karna merasa lelah selama perjalanan, Rasya berkeliling sebentar menghampiri beberapa bingkai foto yang masih terpajang rapi dan indah di kamar itu.

Tangannya tergerak untuk menyentuh foto Aisya seoarang di mana ia sudah berubah menjadi Aisya yang shalehah.

Kamu cantik sayang, sangat cantik.

Aisya, hidup ku saat ini benar-benar menjadi gelap disaat kamu sebagai cahayanya tiba-tiba pergi. Apa masih kurang hukuman buat mas ini sayang ? Apa dirimu masih betah berlama-lama jauh dariku dan anak kita ?

Tak kuasa menahan segala sesuatunya seorang diri. Ketegaran dan kekuatan Rasya selama ini hanyalah topeng untuk menutupi keterpurukannya dari mereka, orang-orang yang menyayanginya. Bahkan ada buah cintanya bersama Aisya yang harus ia kuatkan hatinya.

Tubuh Rasya pun merasakan cukup lelah karna selama perjalanan ia yang mengambil alih kursi kemudi. Membaringkan tubuhnya di samping sang anak, memejamkan matanya dan terlelap dengan nyenyak hingga membawanya ke alam mimpi.

****

Tepat di jam 3 sore, Rasya baru terbangun dari tidurnya. Ia melihat anaknya pun mulai mengerjapkan matanya beberapa kali, mencoba mengumpulkan sisa kesadarannya yang masih ada di alam bawah sadar.

"Asalammualaikum sayang, bangun yuk nak !'

"Waalaikumsalam abi," jawabnya seraya duduk.

"Ici mau ikut abi ke kafe gak ?"

"Kafe itu apa bi ?"

Rasya tersenyum gemas,"Kafe itu tempat makan sayang, dan tempat itu punya abi," jelasnya.

"Mau bi, Ici mau. Pokoknya Ici harus mandi duluan, kata Ara wanita itu wajar mandinya lama he he," ucapnya seraya melompat dari ranjang dan sedikit berlari kekamar mandi.

Rasya hanya bisa menggelengkan kepala melihat tingkah anaknya, terlebih lagi jika mengingat Ara, anak dari adik sepupunya itu. Bukan hanya tepuk jidat, tetapi ia juga harus meminum paramex karna migren.

Setelah keduanya bersiap dengan pakaian bersih dan rapi, Rasya mengajak Ici turun untuk berpamitan dengan oma dan opanya.

"MasyaAllah cucu oma sudah wangi. Pasti sudah mandi, mau kemana sih, hem ?" Tanya bunda Elsa seraya berjongkok dan menoel dagu cucunya.

"Ici mau ikut abi ke tempat makan oma."

"Kenapa gak makan di rumah aja Sya ?" Tanya ayah Rama yang tengah duduk seraya menikmati secangkir kopi.

"Afwan yah, sebenarnya Rasya ingin mengecek kafe. Sudah beberapa bulan ini Rasya belum sempat mengeceknya. Dan kalau boleh Rasya juga mau pinjem mobilnya sekalian," jawab Rasya.

Ayah dan bunda mengangguk."Ya sudah kalian hati-hati ya, dan cucu oma juga harus hati-hati, oke !"

"Oke oma. Ici pergi dulu oma, opa, asalammualaikum."

"Waalaikumsalam wr wb."

Rasya mengendarai mobil milik mertuanya itu demi bisa segera sampai ke kafenya.

Dan tak membutuhkan waktu yang lama, mobil itu terparkir tepat di pelataran kafe R.SYA.

"Ayo, tuan putri kita turun !"

"Siap abi," jawab Ici dengan memberi hormat pada abinya.

Rasya terkekeh kecil, melihat tinggah gas anak gadisnya itu.

Mereka berjalan bergandengan tangan, mulai menapaki kakinya di lantai pintu masuk kafe itu.

"Sore Kak Rasya !" Sapa beberapa karyawan Rasya.

"Sore, apa pak Burhan ada ?"

"Ada di dalam pak, silahkan !" Jawab salah satu karyawan kafe.

Pak Burhan adalah orang kepercayaan Rasya untuk mengelola kafenya selama ia tidak bisa datang ke kafe.

Berkat kerja keras dan kejujuran pak Burhan, Rasya mengangkatnya sebagai meneger kafe R.SYA.

"Asalammualaikum."

"Waalaikumsalam, masyaAllah nak Rasya. Alhamdulilah setelah sekian lama akhirnya nak Rasya datang lagi ke kafe," ucapnya antusias menyambut bosnya itu.

"Alhamdulilah pak, anak saya ingin ikut ke rumah omanya. Jadi ya sekalian saja saya juga ikut," jawab Rasya seraya tersenyum.

"Loh anaknya kemana ?" Tanya pak Burhan yang tak melihat Rasya datang bersama dengan anaknya.

"Ada di depan sama mbak Dewi, pak. Oh ya, boleh saya lihat laporan hasil beberapa bulan ini ?"

"Silahkan nak Rasya, ini ! Tadinya saya mau kirim laporan ini ke nak Rasya setelah saya selesai mengeceknya. Tapi Alhamdulillah kalau nak Rasya sendiri yang datang ke kafe."

Beberapa saat kemudian, seseorang mengetuk pintu ruangannya.

Tok

Tok

"Maaf kak, anak kakak minta diantarkan kemari," jawab mbak Dewi.

"Terima kasih ya mbak. Sini sayang !"

"Ini bunganya cantik sekali, Ici dapet dari mana ?" Tanya Rasya seraya melihat setangkai bunga mainan di tangan Aishi.

"Iya abi, ini cantik sekali seperti orang yang kasih bunga ini ke Ici," jawabnya tersenyum seraya memutarkan tangkai bunga di tangannya.

"Memangnya siapa yang kasih ? Mbak Dewi ?"

"Bukan mbak tadi abi, tapi Umi. Apa abi tau, Ici baru saja ketemu sama umi. Ici seneng banget deh, Ici di suapin makan, di peluk terus di cium sama umi," ucap Ici menjelaskan secara rinci setelah ia bertemu dengan seseorang yang ia sebut sebagai uminya.

"Umi ? Umi siapa sayang ?"

"Uminya Ici bi. Tapi setelah umi di telfon seseorang, umi pergi lagi dan ngasih bunga ini ke Ici," jawab Ici lagi.

Umi ? Apa yang di maksud Ici adalah Aisya ?

Berarti itu artinya, keyakinan ku selama ini benar. Aisya masih hidup.

**Jreng....jreng....

Part selanjutnya tambah seru pokoknya.

Jadi tangan pelit buat VOTE nya yak🤗

Happy Reading guys**

Bersambung

Terpopuler

Comments

➴͜⍣⃝ϙᷟυᷤєєи༗͜͡➣

➴͜⍣⃝ϙᷟυᷤєєи༗͜͡➣

Aisyaaaaaaaaaa kamu dimana rasyaa dan ici rindu😭

2021-09-30

1

Salbiyah Mbih

Salbiyah Mbih

saya blm tau mau komen apa sebapya alur ceritaya blm jelas,tau"Aisya istrinya Radha udah TDK ada dan sudah punya anak ......jd jln ceritaya awaly gimana TDK tau....mengikuti sj dl jln ceritay thor

2021-09-18

0

Titin H.

Titin H.

persatukan kembali Rasya dan Aisyah thorr🙏🙏🙏

2021-09-05

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!