Ikrar Cinta Gus Rasya
Setelah 6 tahun berlalu, Rasya sudah terbiasa dengan hidupnya saat ini yang tanpa seorang istri menemaninya.
Buah hati yang ia rawat sedari bayi saat ini sudah tumbuh menjadi gadis cantik yang begitu mirip dengan ibunya. Aishi Qianadira gadis berumur 6 tahun itu menjelma bidadari yang menyerupai sang ibu. Matanya, hidungnya, bibirnya bahkan hampir semua kebiasaan yang ada padanya pun sama dengan Aisya. Apakah ini yang dinamakan buah jatuh tidak akan jauh dari pohonnya ?
Apa yang ada pada Aisya, kini berpindah pada sang anak.
Ici yang tengah memakai sepatu sekolahnya begitu bersemangat, karna ini adalah hari pertamanya ia bersekolah.
"Masyaallah, cucu nenek jadi tambah cantik. Belajar yang rajin ya nak !" Puji umi Bila begitu pangling melihat penampilan cucunya yang telah memakai seragam sekolah.
"Iya nek, insyaallah Ici akan semangat untuk belajar. Kata Abi Ici harus buat umi bangga sama Ici," jawabnya seraya tersenyum.
Hati umi Bila merasa tersentuh ketika cucunya mengatakan ingin membuat ibunya merasa bangga. Sudah 6 tahun berlalu setelah kepergian menantunya, Rasya begitu sulit untuk mencari pengganti Aisya. Bukannya tidak ada yang mau, tetapi Rasya yang selalu menolak setiap kali uminya meminta untuk segera menikah. Dengan alasan tidak tega melihat Aishi yang begitu membutuhkan sosok seorang jibu.
"Iya sayang, abi kamu bener. Ici bukan cuma harus buat umi bangga, tapi Ici juga harus buat abi, nenek, semua orang yang sayang sama Ici merasa kagum dengan Ici yang sangat semangat belajarnya."
"Na'am nenek. Ici berangkat sekolah dulu, asalammualaikum."
"Waalaikumsalam wr wb," jawab umi Bila seraya menatap lekat punggung cucunya yang mulai menjauh.
'Kamu sangat mirip dengan ibumu, yang selalu bersemangat dalam hal apapun termasuk membuat orang disekelilingnya merasa bangga' Bathin umi Bila.
"Asalammualaikum umi," sapanya.
"Waalaikumsalam, kamu dari mana Sya ?"
"Afwan, Rasya ada keperluan sebentar barusan. Apa Ici sudah berangkat ?"
"Na'am, baru saja berangkat. Ici sangat bersemangat sekali tadi, sama seperti ibunya dulu," ucap umi antusias menceritakan bagaimana cucunya yang tidak sabar untuk segera masuk kedalam kelas barunya.
"Umi bener, apa yang ada pada Aisya kini berpindah ke Aishi. Semuanya begitu mirip," jawab Rasya menerawang kedepan seraya tersenyum.
"Sudahlah, tidak perlu dipikirkan. Siap-siaplah, sudah waktunya mengajar !" Ucap umi Bila seraya menepuk pundak anaknya kemudian berlalu pergi.
'Tidak semudah itu untuk melupakan semua kenangan dengan orang yang kita cintai umi. Walau sampai kapanpun, tidak akan ada yang bisa menggantikan posisi Aisya. Cintaku telah terpaut dalam untukmu istriku'
Rasya pergi menuju pesantren dengan menenteng beberapa buku keperluan mengajarnya.
Walaupun usianya sudah berkepala 3 bahkan lebih, tapi pesona seorang gus satu ini tidak pernah luntur atau bahkan berkurang.
Santriwati yang mengidolakannya, semakin tidak ingin membuang kesempatan dengan status Rasya saat ini. Masih banyak santriwati yang gencar mengejarnya dan bahkan mengirimi gus Rasya surat cinta beberapa kali.
"Eh, tuh lihat gus Rasya lewat. MasyaAllah, calon imam makin hari makin gas'ah aja," ucap santriwati bernama Nur dengan antusias.
"Yee, mau sampai kapan kamu berkhayal ? Gus Rasya gak akan pernah bisa berpaling dari ning Aisya, ya walaupun saat ini ning Aisya udah almarhum," jawab yang lainnya.
"Iya tuh, ngayal aja teross !"
"Hu...........!" Sorak teman-temannya meledek.
"Asalammualaikum."
"Eh, ada gus Rasya. Waalaikumsalam gus."
"Ada apa ribut-ribut ? Kenapa masih berkeliaran di luar, cepat masuk kelas !" Titahnya pada mereka.
"Afwan gus, asalammualaikum."
"Waalaikumsalam."
"Gara-gara kamu sih Nur," ucap santriwati bernama Lulu itu menyalahkan temannya yang mengajaknya keluar kelas hanya untuk melihat gus Rasya lewat.
"Apaan kok aku, udah ayok buruan masuk kelas !"
Setelah melihat para santrinya memasuki kelas, Rasya tidak langsung beranjak dari tempatnya. Ia masih menatap sekeliling mengingat memory beberapa tahun silam di saat Aisya berpura-pura sebagai Putri.
Air matanya menetes seketika, dada Rasya berdegub dengan kencang bukan karna ia tengah merasakan jatuh cinta saat ini. Tapi hatinya tengah merasakan dentuman keras yang membuatnya merasa sesak dan sakit.
'Mas merindukanmu sayang, sangat-sangat rindu ! Aisya, saat ini mas berdiri di tempat di saat kamu pertama kali masuk pesantren dengan wajah kebingungan. Sayang, apa kamu melihatnya di sana, mas rindu kamu dek, bahkan Aishi juga sangat merindukanmu. Tahukah kamu sayang, anak kita sudah tumbuh menjadi gadis cantik yang sama seperti ibunya. Kita mengolahnya bersama, tapi sayangnya Ici tidak ada yang mirip sama mas, semuanya mirip kamu. Tapi mas bahagia sayang, melihat anak kita mas merasa sangat dekat dengan istri cantik mas yang saat ini berpindah ke buah hati kita. Surga Allah bersamamu istriku' Bathin Rasya seraya menyeka air matanya kemudian kembali melanjutkan langkah kakinya.
***
"Hei, anak abi kok murung gitu pulang sekolah, kenapa ?"
"Umi kapan pulang bi ? Ici rindu umi," ucap bocah kecil itu dengan mata yang berkaca-kaca.
Deg...
"Dengar sayang, tugas Ici cuma mendoakan umi supaya urusan umi cepet selesai dan umi cepet pulang kumpul bareng kita lagi," jelas Rasya mencoba menenangkan anaknya untuk lebih sabar lagi menunggu.
Rasya begitu tidak tega memberitahu kan yang sebenarnya pada Aishi. Saat umur Aishi 4 tahun, pernah ia sakit hebat karna begitu merindukan ibunya. Sempat Rasya menjelaskan perlahan jika ibunya tidak akan pernah kembali sebelum mereka menyusulnya nanti. Tapi sayangnya, naluri seorang anak mengatakan tidak percaya jika ibunya sudah meninggal. Di umur 4 tahun Aishi sudah begitu memahami arti meninggal dan hidup. Setelah kejadian itu Rasya tidak lagi ingin mengungkit masalah Aisya yang sebenarnya, terlebih lagi pada sang anak.
"Tapi kapan bi ? Umi pergi lama sekali, bahkan umi tidak tau kalau Ici sekarang sudah sekolah. Hu hu hu, Ici pengen ketemu umi bi, bawa Ici ke umi bi ! Ici rindu..."
Rasya tidak kuat menyembunyikan air matanya. Ia menangis tanpa suara seraya memeluk sang anak.
'Ya Allah, entah sampai kapan aku menyembunyikan kebenarannya. Ici sayang, mungkin umi kamu saat ini sudah ada di surga nak. Kita tidak akan pernah bisa bertemu sebelum waktu dan takdir yang akan mempertemukan kita dengan umimu'
Di balik pintu, seseorang ikut menitikan air matanya melihat anak kecil itu menangis merindukan sosok ibunya yang sebenarnya sudah lama meninggal.
'Segera beri kebahagiaan untuk mereka ya Allah !'
Aisya meninggal gak sih ?
Sabar, belum saatnya menjelaskan flashback !
💕💕💕Tinggalkan
Vote
like
komen kalian ya
Happy reading guys
Bersambung💕💕💕
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments
Maulana ya_Rohman
mampir thor
2022-05-27
0
Akhwat Qalbi
kok di ulang cerita nya di novel gus pesantren
2021-11-13
0
➴͜⍣⃝ϙᷟυᷤєєи༗͜͡➣
Yok bisa yok up terus 🤗
2021-09-28
1