Haleth berjalan tak tentu arah di sebuah trotoar yang cukup sepi, setelah ia turun dari taksi yang membawanya pergi dari rumah Adam beberapa menit yang lalu. Haleth tidak tau apa yang hendak ia lakukan. Karena lebih dari 15 menit lamanya, dia hanya menatap sekeliling dan melangkahkan kakinya tanpa henti.
Tetapi Haleth cukup cepat merubah pikirannya saat melintasi sebuah coffee shop yang tak terlalu ramai. Ia membuka pintu, dan nyaringnya lonceng terdengar sampai-sampai mengalihkan perhatian seorang barista yang tengah senggang.
"Selamat datang. Ada yang bisa dibantu?"
Haleth berjalan menuju bar, dan duduk di kursi tinggi. "Hai, selamat malam. Bisa beri aku vanilla latte?"
"Okay, vanilla latte. Kau mau es?"
"Tidak. Biarkan tetap panas."
"Baik. Boleh ku tulis siapa namamu?"
"Haleth,"
"Okay, mohon tunggu sebentar."
Barista itu membuat pesanan Haleth usai menggores tinta spidol di cup. Tak butuh waktu lama, barista itu memberikan pesanan Haleth yang tengah melamun.
"Hot Vanilla latte untuk Haleth. Ini pesanan mu. Totalnya $2.50."
Haleth tersadar, lantas mengambil dompetnya dari tas. "Kau menerima cash?"
"Of course yes," barista itu menerima beberpa lembar uang dari Haleth. "Thank you. Semoga harimu menyenangkan, Haleth!"
Haleth tersenyum tipis, "Thanks!" lalu berjalan mencari meja kosong di coffee shop tersebut.
Begitu dapat, Haleth dengan nyaman memposisikan dirinya duduk di kursi. Menatap kegelapan dari jendela di sampingnya, wanita itu juga menghangatkan telapak tangannya dengan menggenggam cup vanilla latte nya.
Haleth menghela nafasnya. Ia tidak menyangka, akan bermain lari-larian seperti ini lagi. Jujur seperti ini lebih melegakan bagi Haleth, daripada harus meluruskan masalah yang sudah tidak bisa ia tolerir. Karena satu kali orang membuat kesalahan, pasti akan terjadi kesalahan lainnya di lain hari.
Ia minum sedikit vanilla latte itu sedikit demi sedikit untuk menghangatkan tubuhnya yang mulai merasakan dingin. Kesalahannya yang tidak memakai baju hangat saat musim gugur hampir berakhir.
"Astaga. Aku bisa membeku jika tidak segera pulang." gumamnya.
"Hei, kau bisa memakai mantelku terlebih dahulu," sampai seseorang mengejutkannya, dan memakaikan mantel berwarna hitam di bahunya. Haleth reflek saja menoleh, dan mengikuti langkah orang itu yang kemudian duduk berhadapan dengannya. "Hi Haleth!"
"Niel? Hi! Apa yang membawamu kemari?" tanya Haleth tak berekspresi.
"Aku baru saja bertemu dengan seseorang. Tapi aku tidak sengaja melihatmu duduk sendiri di sini. jadi aku menghampirimu. Tidak biasanya kau keluar sendiri tanpa Tasha. Di mana dia?"
"Oh, Tasha. Daddy nya datang dari Abu Dhabi. Dia selalu menghabiskan waktu dengan Daddy nya saat mantan suamiku punya waktu untuk ke California." ungkapnya.
Niel menganggukkan kepalanya. "Ah, begitu. Lalu, kau juga bertemu dengan mantan suamimu itu?"
"Ya, Tentu saja kami bertemu."
"Aku sering mendengar, bahkan melihat Mr Legrand wara-wiri di media. Banyak wanita bilang, mantan suamimu itu kelewat sempurna Haleth. Dengan kekayannya itu, aku yakin tidak akan habis hingga 8 turunan."
Haleth mendengus. "Heran dengan wanita-wanita yang mengagungkannya. Dia adalah orang paling kurang ajar yang pernah ku temui!" meski dulu ia juga pernah di posisi terjerat oleh pesona Adam, setidaknya dia orang yang pertama tau keburukan pria itu.
Haleth lantas menatap Niel, membuat pria itu sedikit salah tingkah. "Kau ingin pesan sesuatu?"
"Ah, tidak. Aku baru saja minum kopi."
"Okay. Kalau begitu aku akan segera pergi," Haleth bangkit, hingga mantel yang semula ada di bahunya jatuh ke kursi. Tangannya memungut mantel itu, meletakkannya dengan rapi di kursi yang semula ia duduki. "Terima kasih mantelnya. Tapi aku akan pulang seperti ini saja."
"No! Di luar dingin sekali Haleth! Bawa saja mantelku!" peringat Niel yang ikut berdiri dan menghampiri sosok Haleth. "Kau bawa mobil?"
"Aku naik taksi."
"Kalau begitu aku antar kau pulang, Haleth. Rumah kita sejalan kan! Ayo,"
"Tidak perlu," suara lain menyahut dari arah belakang Haleth. Tanpa ia menoleh pun, Haleth tau suara siapa itu. Tetapi Haleth reflek menolehkan kepalanya, lantas menghembuskan nafasnya geram.
"Apa yang kau lakukan di sini?!" desis Haleth tak suka.
"Tentu saja menjemputmu, Haleth," Adam tersenyum tipis lalu beralih menatap Niel dan mengulurkan tangannya. "Adam Legrand. Kau,"
"Oh!" Niel menjabat uluran tangan Adam. "Niel Hideki. Senang bertemu dengan anda, Mr Legrand."
"Huh! Just Adam. Jadi, ini atasanmu Haleth?" Adam menatap Haleth di sampingnya.
"Hubungan kami tidak se formal itu saat di luar pekerjaan." sahut Niel.
Sedangkan Adam hanya melirik keberadaan Niel sejenak, lalu meraih tangan Haleth. "Ayo kita pulang," ajaknya.
"Apa maksudmu?!" Haleth menyentak tangan Adam, mengambil kembali mantel milik Niel yang semula di kursinya, lantas berjalan mendekati pria yang statusnya adalah atasannya itu. "Aku, pulang dengan Niel." katanya.
"Oh, tapi kau tadi," Niel menjeda ucapannya ketika merasakan injakan pada kakinya. Itu dari Haleth, dan sadar jika wanita itu tengah mengodenya. "Oh iya! Maaf Mr Legrand, saya sudah berjanji akan mengantar Haleth tadi. Ayo Haleth!"
Haleth berjalan mendahului Niel, melewati Adam yang tak bergerak dari posisinya. Pria bertubuh tegap itu juga mengabaikan Niel yang pamit meninggalkan tempat tersebut. Tangan Adam mengepal saat terdengar suara lonceng tanda pintu terbuka dan ditutup kembali.
"Sial!" ia menggumam rendah, berbalik dan melihat Haleth yang sudah masuk ke dalam sebuah mobil yang dikendarai oleh Niel.
Adam bisa melihatnya dengan jelas. Dari tatapan pria yang katanya adalah seorang direktur di salah satu sebuah rumah sakit di California, yang juga menjadi atasan Haleth, mantan istrinya, Niel Hideki tampak menaruh hati pada sosok wanita elegan dan pintar itu.
Setelah mobil itu melaju meninggalkan coffee shop, Adam kemudian bergegas menyusul. Mobil Porsche hitam metalik itu melaju dengan kecepatan stabil, berada di posisi yang cukup jauh dari mobil Niel.
Sesampainya di depan gerbang rumah Haleth, wanita itu tampak turun dan mengucapkan terima kasih pada Niel. Adam bisa melihatnya, meski dari kejauhan sekalipun. Tak lama kemudian sosok Haleth lenyap dari pandangannya. Kemungkinan besar wanita itu sudah masuk ke dalam, menyisakan Niel yang masih berdiri di sisi mobilnya. Adam lantas kembali menginjak pedal gas perlahan, dan berhenti sejenak tepat di samping mobil Niel saat pria itu hendak kembali masuk.
"Mr Legrand? Anda mengikuti kami?" tanya Niel dengan sebelah alis terangkat.
"Bisa ikut denganku? Dan panggil saja Adam." ucapnya dan kembali melaju.
Niel mematung sesaat, sebelum akhirnya menyusul dan menyetir di belakang Adam. Niel tak tau pasti kemana Adam mengajaknya pergi. Tapi ia tetap mengikuti dan berhenti ketika Adam menghentikan mobilnya di depan sebuah bar yang populer di kota tersebut.
"Mr Adam? Ada keperluan apa membawa saya kemari?" tanya Niel kembali.
Adam memicing, melirik pria itu tanpa ekspresi dan melangkah memasuki tempat itu. "Adam!"
Niel menghela nafas pelan, dan menggumam, "Sial! Aku seperti tidak pernah benar memanggil pria arogan itu!"
......***......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 33 Episodes
Comments
RN
5 like 5 rate favorite hadir
feedback totok pembangkit saling dukung kk
2021-06-27
0
🌺ZAHRA🌺
keren banget novelnya
2021-06-25
0
🌺ZAHRA🌺
semangat
2021-06-25
0