Minggu berganti minggu, semenjak kejadian itu Reygen sering membawa wanita kerumahnya dan ia membawa wanita yang berbeda setiap minggunya, Bi Ipah yang melihat Reygen semakin berubah membuatnya menangis dan seperti kehilangan sosok Reygen yang telah ia kenal 24 tahun lalu, setelah enam tahun bekerja dengan keluarga Reygen, Bi Ipah mendapat kepercayaan untuk menjaga anak majikannya ketika orang tua Reygen sedang bepergian, bahkan ketika orang tua Reygen ada dirumah pun Bi Ipah yang menemani mereka.
Bi Ipah yang tak kuasa menasehati Reygen segera melaporkan perubahan Reygen pada orang tuanya, walau bagaimanapun dan sedekat apapun Bi Ipah dengan Reygen tetap saja ada kecanggungan antara Tuan dan bawahannya.
Beberapa hari kemudian Momy Reygen yang bernama Evelyn segera pulang ke tanah air.
Malam ini Reygen kembali membawa gadis kerumahnya, dengan keadaan setengah mabuk ia berjalan memasuki rumahnya dengan tangan sebelah kiri melingkar pada pinggang gadis yang ia bawa.
Evelyn yang tengah menunggunya disofa ruang tamu, melihat pemandangan yang sangat memalukan menurutnya.
Baru saja Reygen membuka pintu rumahnya, Evelyn sudah menatap tajam kearah Reygen dan gadisnya, duduk dengan menumpangkan kaki kiri keatas kaki kananya, Evelyn menutup majalah yang ia baca ketika menunggu Reygen, perlahan ia meletakkan majalah itu ke atas meja yang ada disebelah sofa yang didudukinya.
Evelyn bangkit dan menghampiri Reygen yang kini mematung karena melihat Evelyn sedang berjalan ke arahnya. Reygen melepas tangan yang melingkar pada tubuh gadis itu.
Evelyn menatap tajam pada Reygen dan gadisnya secara bergantian dengan tatapan yang menyeramkan, gadis itu hanya tertunduk dan bergetar melihat raut wajah Evelyn yang menakutkan baginya.
Reygen menatap datar kepada Evelyn dengan mata sayu efek dari pengaruh alkohol.
"Kau, gadis muda. Pulanglah!"
Evelyn menunjuk gadis yang sedang berdiri bersama Reygen kemudian mengibaskan jarinya seolah mengusir si gadis.
Tak dapat berkata apa-apa si gadis hanya menuruti perkataan Evelyn dan segera angkat kaki dari rumah Reygen.
Reygen merasa kesal kepada Evelyn ia bernapas dengan kasar, tangan kirinya bertolak pada pinggang sedangkan tangan kananya hanya mengusap dagu yang tak berjanggut.
"Jadi seperti ini kelakuanmu setelah Kakakmu tiada?"
PLAK!
Satu tamparan berhasil mendarat dipipi kiri Reygen. Ia hanya diam berusaha menahan amarahnya yang sedang bergolak didalam hati.
"Memalukan! jika kau seperti ini, Momy akan segera menjodohkanmu dengan putri dari teman Momy."
"Apa? sejak kapan Momy bisa mengatur hidup Rey? Rey gak akan menuruti kemauan Momy yang hanya mementingkan diri sendiri!"
Reygen segera meninggalkan Evelyn tanpa basa-basi.
Evelyn yang geram segera berteriak pada Reygen.
"Reygen...Tunggu!"
Teriakan Evelyn membuat Reygen berhenti sejenak dari langkahnya, tanpa menoleh ia hanya diam mematung membelakangi Evelyn.
"Jika kamu menolak permintaan Momy. tinggalkan rumah ini dan jangan harap kamu bisa nikmati fasilitas dari Momy dan Papi selama ini."
Reygen menoleh sejenak melalui pundaknya tanpa membalikkan seluruh tubuhnya kearah Evelyn, setelah itu ia langsung melanjutkan langkahnya menuju kamar tidur ternyaman versinya.
Ia mengunci kamar dan membanting ponselnya ke atas tempat tidur. Duduk ditepian ranjang dan mengacak rambut dengan frustasi.
"Aaarghghhh.."
Reygen berteriak melepaskan kekesalannya, ia yang merasa tak pernah dirawat dan diperhatikan oleh Evelyn sedari kecil tak ingin menuruti titah Evelyn untuk dijodohkan dengan gadis pilihannya.
"Ck, untuk apa mengatur hidupku setelah ia tak pernah memperhatikan dan menyayangiku seperti anaknya! "
Reygen berdecak kesal, akhirnya malam ini ia memutuskan untuk pergi dari rumah dengan membawa beberapa potong pakaiannya.
Lelah dan amarah yang menyelimuti jiwanya membuat ia memutuskan untuk berendam di air hangat bak mandinya, berharap mendapat sedikit obat untuk melepaskan jeratan kekesalan dari hangatnya air yang merendam sebagian tubuhnya.
Satu jam ia berendam, membuatnya sedikit rileks dan segera beranjak dari bak mandi untuk mengeringkan tubuhnya kemudian segera berpakaian dan keluar dari rumahnya.
Malam menjelang pagi, meski waktu masih dini hari tak menyurutkan niat Reygen untuk segera angkat kaki dari rumahnya.
Ia segera pergi tanpa membawa mobil dari kediamannya, Ronald sudah menunggu didepan gerbang rumahnya.
"Loh, mau kemana, Den, jam segini udah keluar? "
Tanya Satpam yang berjaga dipagar rumah Reygen.
"Udah buka aja pintunya, Mang!"
Reygen tak menjawab pertanyaan Satpam dan segera keluar dari pagar rumahnya setelah Mang Ozan satpam rumahnya membukakan pintu pagar untuknya.
Reygen yang membawa tas ransel segera masuk kedalam mobil Ronald dan mereka melesat menjauh dari kediaman Reygen.
"Lo ngapain sih malem-malem nyuruh gua kesini?"
Ronald yang sedang berada dibalik kendali setir mobilnya, menoleh sekilas pada Reygen yang sedang duduk dikursi sebelah pengemudi.
"Banyak omong Lu, nyetir aja yang bener!"
Wajah datar Reygen membuat Ronald hanya bisa mendengus pasrah.
Reygen memegang tuas kursi untuk mendapat posisi yang lebih nyaman, ia menyandarkan tubuhnya pada kursi mobil yang hampir dengan posisi telentang, matanya perlahan terpejam membuat Ronald yang tengah menoleh padanya geleng-geleng kepala sambil tetap fokus dengan kemudinya.
"Terus sekarang rencana Lo apa?"
Ronald yang sedang duduk di sofa ruang tengah Apartemennya bertanya pada Reygen yang masih terbaring disofa panjang depan layar LED yang besar menempel didinding.
"Kerja!"
Jawab Regen dengan santai pada Ronald.
"Lo mau ngantor di perusahaan cabang milik bokap Lu? "
"Kerja ditempat Lo!"
Reygen melempar bantal sofa pada Ronald.
"Apa gak salah denger gua? ngapain Lo kerja di tempat gua, sedangkan Lo bisa jadi bos di perusahaan cabang punya Bokap Lu! "
"Otak Lo dipake gak sih, Nald? ngapain Gue tinggal dirumah Lo kalo Gua masih pake fasilitas orang tua gue?"
Reygen bangkit dan mengambil sebatang tembakau dari atas meja, memantik korek api dan mulai menyesap tembakaunya dengan penuh rasa.
"Terserah Lo aja, tapi dikantor gua gak ada jabatan tinggi paling Lo jadi manager bawahan."
Ronald bangkit dan melempar balik, bantal sofa pada Reygen, ia berjalan menuju dapur Apartemennya.
Reygen mengikuti Ronald ke dapur, ia menempelkan bokongnya pada kitchen set dapur milik Ronald.
"Lo mau ngapain Nald?"
Tanya Reygen penasaran dengan apa yang dilakukan oleh Ronald yang akan memanggang roti untuk sarapan.
"Lapar gua, Lo mau roti panggang? "
Ronald tampak sudah terbiasa memanggang roti, ia memasukkan roti kedalam mesin pemanggang roti yang minimalis.
"Bikinin buat gua."
Reygen meninggalkan Ronald setelah memesan roti panggang pada Ronald.
Ting..tung..
Suara bel berbunyi menandakan ada seseorang yang minta dibukakan pintu oleh sang pemilik Apartemen.
Regen segera berjalan menuju pintu Apartement Ronald untuk membuka pintu.
"Woy, tumben banget Lo ada disini! "
Remon segera masuk kedalam Apartemen Ronald setelah pintu terbuka, sedangkan Reygen kembali duduk disofa sambil memainkan tembakau yang terjepit jari telunjuk dan jari tengahnya dan digerakkan oleh jari jempolnya.
"Nald, Lo lagi ngapain?"
Remon bertanya pada Ronald yang sedang menunggu roti panggangnya matang.
"Menurut Lo, gua lagi ngapain, anjir?"
Ronald menjawab pertanyaan Remon dengan nada kesal.
"Lo lagi PMS Nald, emosian banget. Haha."
Remon meledek Ronald yang sedang duduk disebuah kursi dekat lemari pendingin.
Roti panggang telah matang dan Ronald segera mengambilnya dari mesin pemanggang roti, dan menaruhnya diatas piring. Dua pasang roti tumpuk siap mereka santap.
Ronald mengambil satu roti dan memberikan satu lagi kepada Reygen.
"Sekarang rencana mau kemana nih?"
Remon duduk di sofa single, sedangkan Reygen dan Ronald duduk disofa panjang sambil menyantap roti panggang buatan Ronald.
"Gua mau kekantor dulu, kemaren katanya ada posisi kosong dibagian manager produksi buat dia, nih!"
Ronald menunjuk Reygen dengan dagunya.
"Apa? gak salah Lo?"
Mata Remon membulat dan menatap Ronald dan Reygen secara bergantian.
Reygen menatap tajam pada Remon, membuat pria paling muda diantara mereka itu diam seribu bahasa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 96 Episodes
Comments
Raisya Almira
Nah kan gara-gara teman gebleg..Rey jadi celap celup...😤
2021-06-16
4