Bab 5 : Kepulangan Evelyn

Minggu berganti minggu, semenjak kejadian itu Reygen sering membawa wanita kerumahnya dan ia membawa wanita yang berbeda setiap minggunya, Bi Ipah yang melihat Reygen semakin berubah membuatnya menangis dan seperti kehilangan sosok Reygen yang telah ia kenal 24 tahun lalu, setelah enam tahun bekerja dengan keluarga Reygen, Bi Ipah mendapat kepercayaan untuk menjaga anak majikannya ketika orang tua Reygen sedang bepergian, bahkan ketika orang tua Reygen ada dirumah pun Bi Ipah yang menemani mereka.

Bi Ipah yang tak kuasa menasehati Reygen segera melaporkan perubahan Reygen pada orang tuanya, walau bagaimanapun dan sedekat apapun Bi Ipah dengan Reygen tetap saja ada kecanggungan antara Tuan dan bawahannya.

Beberapa hari kemudian Momy Reygen yang bernama Evelyn segera pulang ke tanah air.

Malam ini Reygen kembali membawa gadis kerumahnya, dengan keadaan setengah mabuk ia berjalan memasuki rumahnya dengan tangan sebelah kiri melingkar pada pinggang gadis yang ia bawa.

Evelyn yang tengah menunggunya disofa ruang tamu, melihat pemandangan yang sangat memalukan menurutnya.

Baru saja Reygen membuka pintu rumahnya, Evelyn sudah menatap tajam kearah Reygen dan gadisnya, duduk dengan menumpangkan kaki kiri keatas kaki kananya, Evelyn menutup majalah yang ia baca ketika menunggu Reygen, perlahan ia meletakkan majalah itu ke atas meja yang ada disebelah sofa yang didudukinya.

Evelyn bangkit dan menghampiri Reygen yang kini mematung karena melihat Evelyn sedang berjalan ke arahnya. Reygen melepas tangan yang melingkar pada tubuh gadis itu.

Evelyn menatap tajam pada Reygen dan gadisnya secara bergantian dengan tatapan yang menyeramkan, gadis itu hanya tertunduk dan bergetar melihat raut wajah Evelyn yang menakutkan baginya.

Reygen menatap datar kepada Evelyn dengan mata sayu efek dari pengaruh alkohol.

"Kau, gadis muda. Pulanglah!"

Evelyn menunjuk gadis yang sedang berdiri bersama Reygen kemudian mengibaskan jarinya seolah mengusir si gadis.

Tak dapat berkata apa-apa si gadis hanya menuruti perkataan Evelyn dan segera angkat kaki dari rumah Reygen.

Reygen merasa kesal kepada Evelyn ia bernapas dengan kasar, tangan kirinya bertolak pada pinggang sedangkan tangan kananya hanya mengusap dagu yang tak berjanggut.

"Jadi seperti ini kelakuanmu setelah Kakakmu tiada?"

PLAK!

Satu tamparan berhasil mendarat dipipi kiri Reygen. Ia hanya diam berusaha menahan amarahnya yang sedang bergolak didalam hati.

"Memalukan! jika kau seperti ini, Momy akan segera menjodohkanmu dengan putri dari teman Momy."

"Apa? sejak kapan Momy bisa mengatur hidup Rey? Rey gak akan menuruti kemauan Momy yang hanya mementingkan diri sendiri!"

Reygen segera meninggalkan Evelyn tanpa basa-basi.

Evelyn yang geram segera berteriak pada Reygen.

"Reygen...Tunggu!"

Teriakan Evelyn membuat Reygen berhenti sejenak dari langkahnya, tanpa menoleh ia hanya diam mematung membelakangi Evelyn.

"Jika kamu menolak permintaan Momy. tinggalkan rumah ini dan jangan harap kamu bisa nikmati fasilitas dari Momy dan Papi selama ini."

Reygen menoleh sejenak melalui pundaknya tanpa membalikkan seluruh tubuhnya kearah Evelyn, setelah itu ia langsung melanjutkan langkahnya menuju kamar tidur ternyaman versinya.

Ia mengunci kamar dan membanting ponselnya ke atas tempat tidur. Duduk ditepian ranjang dan mengacak rambut dengan frustasi.

"Aaarghghhh.."

Reygen berteriak melepaskan kekesalannya, ia yang merasa tak pernah dirawat dan diperhatikan oleh Evelyn sedari kecil tak ingin menuruti titah Evelyn untuk dijodohkan dengan gadis pilihannya.

"Ck, untuk apa mengatur hidupku setelah ia tak pernah memperhatikan dan menyayangiku seperti anaknya! "

Reygen berdecak kesal, akhirnya malam ini ia memutuskan untuk pergi dari rumah dengan membawa beberapa potong pakaiannya.

Lelah dan amarah yang menyelimuti jiwanya membuat ia memutuskan untuk berendam di air hangat bak mandinya, berharap mendapat sedikit obat untuk melepaskan jeratan kekesalan dari hangatnya air yang merendam sebagian tubuhnya.

Satu jam ia berendam, membuatnya sedikit rileks dan segera beranjak dari bak mandi untuk mengeringkan tubuhnya kemudian segera berpakaian dan keluar dari rumahnya.

Malam menjelang pagi, meski waktu masih dini hari tak menyurutkan niat Reygen untuk segera angkat kaki dari rumahnya.

Ia segera pergi tanpa membawa mobil dari kediamannya, Ronald sudah menunggu didepan gerbang rumahnya.

"Loh, mau kemana, Den, jam segini udah keluar? "

Tanya Satpam yang berjaga dipagar rumah Reygen.

"Udah buka aja pintunya, Mang!"

Reygen tak menjawab pertanyaan Satpam dan segera keluar dari pagar rumahnya setelah Mang Ozan satpam rumahnya membukakan pintu pagar untuknya.

Reygen yang membawa tas ransel segera masuk kedalam mobil Ronald dan mereka melesat menjauh dari kediaman Reygen.

"Lo ngapain sih malem-malem nyuruh gua kesini?"

Ronald yang sedang berada dibalik kendali setir mobilnya, menoleh sekilas pada Reygen yang sedang duduk dikursi sebelah pengemudi.

"Banyak omong Lu, nyetir aja yang bener!"

Wajah datar Reygen membuat Ronald hanya bisa mendengus pasrah.

Reygen memegang tuas kursi untuk mendapat posisi yang lebih nyaman, ia menyandarkan tubuhnya pada kursi mobil yang hampir dengan posisi telentang, matanya perlahan terpejam membuat Ronald yang tengah menoleh padanya geleng-geleng kepala sambil tetap fokus dengan kemudinya.

"Terus sekarang rencana Lo apa?"

Ronald yang sedang duduk di sofa ruang tengah Apartemennya bertanya pada Reygen yang masih terbaring disofa panjang depan layar LED yang besar menempel didinding.

"Kerja!"

Jawab Regen dengan santai pada Ronald.

"Lo mau ngantor di perusahaan cabang milik bokap Lu? "

"Kerja ditempat Lo!"

Reygen melempar bantal sofa pada Ronald.

"Apa gak salah denger gua? ngapain Lo kerja di tempat gua, sedangkan Lo bisa jadi bos di perusahaan cabang punya Bokap Lu! "

"Otak Lo dipake gak sih, Nald? ngapain Gue tinggal dirumah Lo kalo Gua masih pake fasilitas orang tua gue?"

Reygen bangkit dan mengambil sebatang tembakau dari atas meja, memantik korek api dan mulai menyesap tembakaunya dengan penuh rasa.

"Terserah Lo aja, tapi dikantor gua gak ada jabatan tinggi paling Lo jadi manager bawahan."

Ronald bangkit dan melempar balik, bantal sofa pada Reygen, ia berjalan menuju dapur Apartemennya.

Reygen mengikuti Ronald ke dapur, ia menempelkan bokongnya pada kitchen set dapur milik Ronald.

"Lo mau ngapain Nald?"

Tanya Reygen penasaran dengan apa yang dilakukan oleh Ronald yang akan memanggang roti untuk sarapan.

"Lapar gua, Lo mau roti panggang? "

Ronald tampak sudah terbiasa memanggang roti, ia memasukkan roti kedalam mesin pemanggang roti yang minimalis.

"Bikinin buat gua."

Reygen meninggalkan Ronald setelah memesan roti panggang pada Ronald.

Ting..tung..

Suara bel berbunyi menandakan ada seseorang yang minta dibukakan pintu oleh sang pemilik Apartemen.

Regen segera berjalan menuju pintu Apartement Ronald untuk membuka pintu.

"Woy, tumben banget Lo ada disini! "

Remon segera masuk kedalam Apartemen Ronald setelah pintu terbuka, sedangkan Reygen kembali duduk disofa sambil memainkan tembakau yang terjepit jari telunjuk dan jari tengahnya dan digerakkan oleh jari jempolnya.

"Nald, Lo lagi ngapain?"

Remon bertanya pada Ronald yang sedang menunggu roti panggangnya matang.

"Menurut Lo, gua lagi ngapain, anjir?"

Ronald menjawab pertanyaan Remon dengan nada kesal.

"Lo lagi PMS Nald, emosian banget. Haha."

Remon meledek Ronald yang sedang duduk disebuah kursi dekat lemari pendingin.

Roti panggang telah matang dan Ronald segera mengambilnya dari mesin pemanggang roti, dan menaruhnya diatas piring. Dua pasang roti tumpuk siap mereka santap.

Ronald mengambil satu roti dan memberikan satu lagi kepada Reygen.

"Sekarang rencana mau kemana nih?"

Remon duduk di sofa single, sedangkan Reygen dan Ronald duduk disofa panjang sambil menyantap roti panggang buatan Ronald.

"Gua mau kekantor dulu, kemaren katanya ada posisi kosong dibagian manager produksi buat dia, nih!"

Ronald menunjuk Reygen dengan dagunya.

"Apa? gak salah Lo?"

Mata Remon membulat dan menatap Ronald dan Reygen secara bergantian.

Reygen menatap tajam pada Remon, membuat pria paling muda diantara mereka itu diam seribu bahasa.

Terpopuler

Comments

Raisya Almira

Raisya Almira

Nah kan gara-gara teman gebleg..Rey jadi celap celup...😤

2021-06-16

4

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 : Keseharian Badboy
2 Bab 2 : Kehidupan malam
3 Bab 3 : Rencana penjebakan
4 Bab 4 : Pesan singkat pemicu amarah
5 Bab 5 : Kepulangan Evelyn
6 Bab 6 : love at the first sight
7 Bab 7 : Keinginan Hati
8 Bab 8 : Kesepakatan
9 Bab 9 : Mengantar pulang
10 Bab 10 : Penggusuran Panti
11 Bab 11 : Amarah Ayas
12 Bab 12 : Kemarahan Ayas
13 Bab 13 : Cakra
14 Bab 14 : Meluruskan salah faham
15 Bab 15 : Ayas yang polos
16 Bab 16 : Syarat diatas Syarat
17 Bab 17 : Hari Pertama Kerja
18 Bab 18 : Hari pertama di rumah Reygen
19 Bab 19 : Asma
20 Bab 20 : Masa Lalu
21 Bab 21 : Perasaan yang gila
22 Bab 22 : Orang jahat
23 Bab 23 : Mie instan
24 Bab 24 : Jatuh Cinta
25 Bab 25 : Jatuh Cinta 2
26 Bab 26 : Perasaan yang Segera Terungkap
27 Bab 27 : Ponsel Baru
28 Bab 28 : Kecelakaan
29 Bab 29 : Serius Vs Bercanda
30 Bab 30 : Obrolan yang Serius
31 Bab 31 : Gara-gara Malu
32 Bab 32 : Pernikahan
33 Bab 33 : Sentuhan Pertama
34 Bab 34 : Hanya di dalam Kamar
35 Bab 35 : Jatuh Membawa Berkah
36 Bab 36 : Wanita dimasa Lalu
37 Baba 37 : Ciuman Pertama
38 Bab 38 : Kejutan
39 Bab 39 : Cukup Menghangatkan
40 Bab 40 : Sholat Pengantin
41 Bab 41 : Sudah 10 kali tapi tidak capek
42 Bab 42 : Gagal Lagi
43 Bab 43 : Si Tampan Pengganggu
44 Bab 44 : Vans
45 bonus
46 Bab 45 : Bulan Madu
47 Bab 46 : Aku akan Pelan-Pelan
48 sakit
49 Bab 48 : Restu
50 Bab 49 : Panti
51 Bab 50 : Sahabat
52 Bab 51 : Hujan
53 Bab 52 : Teh Aneh
54 Bab 53 : Tongkol Balado
55 Bab 54 : Ronald
56 Bab 55 : Perselisihan
57 Bab 56 : Cakra
58 Bab 57 : Gugur
59 Bab 58 : Sahabat
60 Bab 59 : Rumah Baru
61 Bab 60 : Ketenangan yang Terusik
62 Bab 61 : Siasat Evelyn
63 Bab 62 : Naik Perkara
64 Bab 63 : Gejala
65 Bab 64 : Kabar Gembira
66 Bab 65 : Panggilan Pertama
67 Bab 66 : tekad
68 Bab 67 : 1/3 malam
69 Bab 68 : sarapan
70 Bab 69 : menemui Cakra
71 Visual
72 Bab 70 : Pengakuan Cakra
73 Bab 71 : kabar gembira
74 Bab 72 : Pasar
75 Bab 73 : Bucin
76 Bab 74 : semakin aneh
77 Bab 75 : Perhatian
78 Bab 76 : Sidang
79 Bab 77 : Reddick
80 Bab 78 : Makam
81 Bab 79 : Titah Rouge
82 Bab 80 : Ronald
83 Bab 81 : Ayas
84 Bab 82 : Jessy
85 Bab 83 : Makan
86 Bab 84 : Alergi
87 Bab 85 : Menggemaskan
88 Bab 86 : lingerie
89 Bab 87 : Jiwa Penolong
90 Bab 88 : Ultah yang Terlupakan
91 Bab 89 : Dinner
92 Bab 90 : Cemburu
93 Bab 91 : Mencairkan suasana
94 Bab 92 : Kantor
95 End
96 pengumuman
Episodes

Updated 96 Episodes

1
Bab 1 : Keseharian Badboy
2
Bab 2 : Kehidupan malam
3
Bab 3 : Rencana penjebakan
4
Bab 4 : Pesan singkat pemicu amarah
5
Bab 5 : Kepulangan Evelyn
6
Bab 6 : love at the first sight
7
Bab 7 : Keinginan Hati
8
Bab 8 : Kesepakatan
9
Bab 9 : Mengantar pulang
10
Bab 10 : Penggusuran Panti
11
Bab 11 : Amarah Ayas
12
Bab 12 : Kemarahan Ayas
13
Bab 13 : Cakra
14
Bab 14 : Meluruskan salah faham
15
Bab 15 : Ayas yang polos
16
Bab 16 : Syarat diatas Syarat
17
Bab 17 : Hari Pertama Kerja
18
Bab 18 : Hari pertama di rumah Reygen
19
Bab 19 : Asma
20
Bab 20 : Masa Lalu
21
Bab 21 : Perasaan yang gila
22
Bab 22 : Orang jahat
23
Bab 23 : Mie instan
24
Bab 24 : Jatuh Cinta
25
Bab 25 : Jatuh Cinta 2
26
Bab 26 : Perasaan yang Segera Terungkap
27
Bab 27 : Ponsel Baru
28
Bab 28 : Kecelakaan
29
Bab 29 : Serius Vs Bercanda
30
Bab 30 : Obrolan yang Serius
31
Bab 31 : Gara-gara Malu
32
Bab 32 : Pernikahan
33
Bab 33 : Sentuhan Pertama
34
Bab 34 : Hanya di dalam Kamar
35
Bab 35 : Jatuh Membawa Berkah
36
Bab 36 : Wanita dimasa Lalu
37
Baba 37 : Ciuman Pertama
38
Bab 38 : Kejutan
39
Bab 39 : Cukup Menghangatkan
40
Bab 40 : Sholat Pengantin
41
Bab 41 : Sudah 10 kali tapi tidak capek
42
Bab 42 : Gagal Lagi
43
Bab 43 : Si Tampan Pengganggu
44
Bab 44 : Vans
45
bonus
46
Bab 45 : Bulan Madu
47
Bab 46 : Aku akan Pelan-Pelan
48
sakit
49
Bab 48 : Restu
50
Bab 49 : Panti
51
Bab 50 : Sahabat
52
Bab 51 : Hujan
53
Bab 52 : Teh Aneh
54
Bab 53 : Tongkol Balado
55
Bab 54 : Ronald
56
Bab 55 : Perselisihan
57
Bab 56 : Cakra
58
Bab 57 : Gugur
59
Bab 58 : Sahabat
60
Bab 59 : Rumah Baru
61
Bab 60 : Ketenangan yang Terusik
62
Bab 61 : Siasat Evelyn
63
Bab 62 : Naik Perkara
64
Bab 63 : Gejala
65
Bab 64 : Kabar Gembira
66
Bab 65 : Panggilan Pertama
67
Bab 66 : tekad
68
Bab 67 : 1/3 malam
69
Bab 68 : sarapan
70
Bab 69 : menemui Cakra
71
Visual
72
Bab 70 : Pengakuan Cakra
73
Bab 71 : kabar gembira
74
Bab 72 : Pasar
75
Bab 73 : Bucin
76
Bab 74 : semakin aneh
77
Bab 75 : Perhatian
78
Bab 76 : Sidang
79
Bab 77 : Reddick
80
Bab 78 : Makam
81
Bab 79 : Titah Rouge
82
Bab 80 : Ronald
83
Bab 81 : Ayas
84
Bab 82 : Jessy
85
Bab 83 : Makan
86
Bab 84 : Alergi
87
Bab 85 : Menggemaskan
88
Bab 86 : lingerie
89
Bab 87 : Jiwa Penolong
90
Bab 88 : Ultah yang Terlupakan
91
Bab 89 : Dinner
92
Bab 90 : Cemburu
93
Bab 91 : Mencairkan suasana
94
Bab 92 : Kantor
95
End
96
pengumuman

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!