Senja mulai menyapa, seberkas sinar jingga yang terpancar dari atas langit membuat pemandangan indah diatas permukaan bumi.
Dihalaman belakang rumah Reygen yang luas, terdapat sebuah gazebo yang menghadap ke sebuah kolam renang yang berukuran cukup besar.
Ia duduk sambil menyandarkan punggungnya ke sebuah dinding yang terbuat dari bambu besar sebagai pembatas pada tiap sisi gazebo yang tingginya hanya sepundak Reygen, memandangi air yang terkurung dalam sebuah kolam renang, air yang berwarna biru namun tak sebiru hatinya yang selalu berwarna kelabu kehitaman, ia selalu merasakan mendung didalam hatinya semenjak kepergian sang Kakak yang bunuh diri karena dikhianati oleh kekasihnya.
Jari telunjuk dan jari tengah Reygen sedang menjepit sebatang tembakau dan diputar-putar oleh jari jempolnya, asap putih yang membentuk lingkaran beberapa kali meluncur dari mulut dan bibirnya yang seksi, Ia hanya menatap kosong kedepan sambil memandangi air dari kolam renangnya yang berwarna biru.
Tampak Bi Ipah sedang berjalan dari pintu belakang yang terhubung dengan dapur dan ketika membukanya akan langsung menuju halaman belakang rumah Reygen, Ia menghampiri Reygen.
"Den, ada teman-teman Aden didepan."
Dengan sopan Bi Ipah memberitahukan Reygen bahwa Ronald dan Remon sudah datang dan menunggunya diruang tamu.
Reygen sekilas menatap kearah Bi Ipah.
"Suruh kesini aja, Bi."
Dengan nada datar dan wajah dinginnya ia hanya memberi titah pada Bi Ipah untuk menyuruh Ronald dan Remon ke halaman belakang rumahnya.
"Baik, Den."
Bi Ipah pun undur diri dan segera menemui Remon dan Ronald yang sudah ada diruang tamu, butuh beberapa menit untuk mencapai ruang tamu yang ada dipaling depan bagian rumah Reygen yang luas dengan berjalan kaki.
"Den Remon sama Den Ronald disuruh ke halaman belakang aja kata Den Reygen. Langsung aja ya, Bibi masih ada kerjaan dibelakang."
Bi Ipah segera pamit dan melangkahkan kakinya menuju dapur yang ada dibelakang rumah Reygen.
Sedangkan Remon dan Ronald menuju halaman belakang rumah Reygen, mereka sudah tidak sungkan lagi karena memang sering main kerumah Reygen sehingga mereka sudah hapal ruangan-ruangan dirumah Reygen yang memang cukup luas tersebut.
"Woy, lagi ngapain Lo?"
Ronald segera naik keatas gajebo yang lantainya terbuat dari kayu jati dan memiliki tinggi 50cm diatas rerumputan halaman belakang rumah Reygen, Ia duduk disamping Reygen yang masih tak bergeming meskipun sudah melihat kedua temannya kini sudah ada disampingnya.
"Mau pada ngapain, Lo sore-sore udah kesini? "
Reygen mengambil sebatang tembakau dari dalam bungkusnya dan mulai memantikkan korek api untuk membakar ujung tembakau yang akan ia hisap kembali.
Entah sudah berapa batang rokok yang ia hisap hari ini, karena baru beberapa jam saja asbak yang berdiameter 10cm tersebut sudah dipenuhi oleh puntung tembakau yang hanya menyisakan ujung filter yang terbuat dari selulosa asetat yang sudah terbakar diujungnya.
"Halah, Lo lupa kalo malam ini kita mau seneng-seneng?"
Remon mengikuti kelakuan Reygen dan mengambil sebatang tembakau.
"Ck..Lo lihat baru jam berapa sekarang hah? ganggu gua aja."
Reygen berdecak kesal karena kesenangannya menikmati puluhan tembakau merasa terganggu.
"Ini udah jam Lima sore Bro, Night Club itu kan gak deket, belum lagi macet. udah sekarang Lo siap-siap gih."
Ronald sudah tidak sabar untuk bersenang-senang dengan para gadis di Club tersebut yang terkenal dengan para pelayan seksinya.
"Berani Lu perintah-perintah gua?"
Wajah dingin yang menyeramkan dari Reygen seketika membuat Ronald dan Remon berkeringat dingin, tak ingin membuat ketua gengnya itu marah, akhirnya mereka mengalah dengan menunggu pasrah sambil menikmati tembakau dengan perasaan gelisah.
Remon dan Ronald saling menatap beberapa kali sambil merapatkan bibir mereka dan mengedip-ngedipkan matanya, mereka sedang mencari cara untuk membujuk Reygen agar cepat-cepat bersiap menuju Night Club.
Melihat gelagat temannya telah terbaca oleh Reygen, akhirnya Ia menancapkan sebatang tembakau pada asbak dan memutarnya sampai asap yang mengepul dari ujung tembakaunya itu sirna, ia segera beranjak dari tempat duduknya dan melangkah menuju pintu belakang untuk memasuki rumahnya.
Remon dan Ronald sangat girang dan segera mengikuti Reygen masuk kedalam rumah.
Setelah menunggu Reygen yang masuk kedalam kamar tidurnya selama setengah jam, akhirnya ia keluar dengan kaos berwarna putih dan celana skinny membuat tubuh tegapnya terlihat jelas dan aura tamoan yang mendominasi sangat terpancar darinya.
"Ayo."
Reygen memimpin didepan yang diikuti oleh kedua temannya, ia segera mengeluarkan mobil Lamborghini Aventador Lp720 seharga 16 milyarnya dari dalam garasi.
Remon dan Ronald mengendarai mobil Ronald Mercedes Benz E-Class E400 AMG.
Mereka mulai melesat menuju sebuah Club malam yang terkenal karena sering dikunjungi oleh pria-pria berdasi yang ingin bersenang-senang, sebuah Club yang menyatu dengan hotel bintang lima dengan fasilitasnya yang lengkap sebagai penunjang untuk memenuhi semua kebutuhan para konsumennya.
Setelah dua jam perjalanan akhirnya mereka sampai ditempat tujuan.
"Yuhuuu..ladies kami datang..."
Ronald melemparkan kunci mobil kepada salah satu bell boy yang akan memarkirkan mobil mereka, Reygen segera memasuki hotel dan memesan tiga kamar VVIP dengan single bed untuk mereka bersenang-senang.
Dan kini mereka telah berada didalam ruangan yang bertaburan cahaya warna-warni dari lampu disco ditemani musik yang menggelegar yang di mainkan oleh seorang DJ profesional membuat tubuh para pengunjung tak kuasa menahan liukan demi liukan mengikuti irama musik.
Remon memesan Cocktail untuk mereka bertiga, kemudian langsung membawa minuman tersebut kepada kedua temannya yang tengah duduk disofa pada sebuah ruangan khusus kelas atas.
Beberapa saat kemudian, datang tiga orang gadis cantik yang masih sangat muda, ketiga gadis itu mulai menggoda dan tatapan mereka bertiga tertuju pada salah satu pria tampan yang mendominasi diruangan tersebut.
Ketiga wanita itu berebut untuk melayani Reygen, namun tatapan Reygen yang seolah menusuk bola mata mereka membuat ketiga gadis itu menunduk karena takut dengan wajah dingin nan super tampan itu, Reygen menujuk salah satu dari gadis itu kemudian menggerakkan jari telunjuknya seolah meminta sang gadis yang menggunakan dress mini ketat berwarna hitam untuk mendekat padanya.
Dua orang gadis lainnya mulai mendekati Remon dan Ronald kemudian mereka mulai meraba-raba tubuh masing-masing pria tampan yang sedang duduk diatas sofa, namun gadis yang ditunjuk oleh Reygen seolah ragu-ragu untuk menyentuh tubuh Reygen yang nyaris sempurna itu.
Reygen segera membawa gadis tersebut kesebuah kamar yang telah ia pesan, kemudian Remon dan Ronald pun mengikutinya.
Sesampainya di dalam kamar hotel VVIP milik Reygen, ia mulai menciumi wajah mulus sang gadis dengan kasar seolah melampiaskan sesuatu padanya.
Setelah wajah sang gadis habis dilahap olehnya, ia duduk ditepi ranjang menatap sinis pada sang gadis dengan senyum dinginnya.
Gadis itu terlihat canggung untuk melucuti pakaiannya karena melihat Reygen dengan wajahnya yang tidak menyenangkan sama sekali.
Sang Gadis mulai melangkah mendekati Reygen yang sedang duduk ditepi ranjang, tubuhnya sudah tak terhalang oleh sehelai benangpun, sedangkan Reygen masih dengan busana lengkapnya.
Jangan lupa VOTE, LIKE, DAN KOMEN, ya...
Love you all 😘😘😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 96 Episodes
Comments
Adreena
awas kena HIV lho...apalagi chicken kampus ..wkwkwk...dr dl ada aja chicken kampus
2021-07-31
1
Hasian Marbun Ian ayurafanisa
😲😲😲😲😲
2021-07-11
1
Qiky🧣
ya ampun Reygen jangan sembarangan main, awas! penyakit.
2021-06-19
3