Badboy Insaf

Badboy Insaf

Bab 1 : Keseharian Badboy

"Hey Rey, gimana kalo malam ini kita panggil ayam kampus buat temenin malam Sabtu kita?"

Remon kembali mengajak Reygen untuk bersenang-senang dengan para mahasiswi dengan 'doble profesi'.

Reygen yang sedang duduk diatas sofa mewah yang berada diruang tengah rumah megahnya, dengan tangan kanan yang sedang menjepit sebatang rokok diantara jari tengah dan telunjuknya dan tangan kiri yang sedang memegangi minuman haram yang baru saja ia tenggak. Diterangi lampu-lampu yang berkilauan seperti kristal dan bercahaya kuning menerpa ruangan.

Sesekali tangan kanan dan kirinya bergantian bergerak kearah mulutnya, hisapan demi hisapan dari sebatang tembakau yang menghasilkan asap putih yang mengepul dari mulutnya ia mainkan diatas udara membuatnya tak menghiraukan apapun saat ini, pikirannya hanya menerawang tak menentu.

"Woy, gimana...? Lo setuju gak sama Remon?"

Ronald melempar bungkusan tembakau pada Reygen yang tak menghiraukan Remon, membuat Reygen beralih dari posisi kepalanya yang bersandar pada sandaran sofa menjadi tegak dan menoleh pada Ronald.

"Hm..?"

Reygen hanya berdehem tanpa mengiyakan atau pun menolak saran dari teman-temannya. Ia bangkit dari duduknya kemudian berjalan menuju sebuah kamar tidur utama lalu merobohkan tubuhnya diatas tempat tidur ternyaman versinya.

Kedua temannya hanya menatap bengong dengan raut wajah keheranan pada Reygen.

"Dia kenapa sih?"

Tanya Remon sambil menoleh pada Ronald dengan ekspresi cengo nya.

"Kesurupan kali!"

Ronald menjawab sekenanya sambil mengangkat kedua pundaknya.

Mereka tak mengikuti Reygen masuk kedalam kamar karena pasti keduanya akan mendapat bentakan atau malah hardikan keras dari Reygen.

Sementara Reygen hanya terbaring sambil membuat bantal dari kedua tangannya, ia menatap langit-langit kamarnya yang bernuansa klasik itu.

"Bosan!"

Ia mendengus sambil menarik napasnya panjang kemudian menghempaskannya secara kasar.

Pandangan Reygen beralih pada sebuah potret yang terpajang diatas nakas samping tempat tidurnya, ia menatap lekat-lekat pada sebuah foto dimana ada empat orang didalam sebuah bingkai.

Bangkit dan duduk ditepian ranjang, kemudian ia meraih bingkai foto dan mengusap salah satu objek pada foto tersebut. Seorang lelaki tampan dan gagah membuat jemarinya mengusap gambar tersebut.

"Aku tak akan sepertimu Kak, aku tidak akan menjadi budak cinta sepertimu."

Tak terasa air matanya menetes membasahi pipi tampan seorang Reygen yang angkuh dan senang berbuat sesuka hatinya sendiri.

Ia kembali meletakkan bingkai foto diatas nakasnya seperti semula, kedua tangannya mulai menelusup dengan jari yang menyisir rambutnya dari depan sampai pangkal tengkuk, duduk membungkuk dengan kedua tangan masih dibelakang lehernya.

"Ahhrrggg!"

Reygen berteriak sambil mengacak kasar rambutnya. Ia bangkit dan kembali berbaur dengan kedua temannya Remond dan Ronald yang masih asik menikmati minuman dan tembakau yang membuatnya sedikit hilang kesadaran.

Mereka bertiga kembali larut dengan imaginasi masing-masing dibawah pengaruh alkohol yang telah habis lebih lebih dari lima botol.

Suara tawa terbahak-bahak memenuhi ruangan besar nan mewah tersebut, mereka hanya bersenang-senang tanpa memedulikan apapun saat ini.

***

Pagi mulai menyingsing, sang mentari mencoba menghangatkan seisi bumi namun tidak dengan hati Reygen yang masih dingin sedingin salju.

Seorang wanita paruh baya memasuki ruangan sambil menggeleng-gelengkan kepala melihat ketiga Pria muda yang masih saling tergeletak tak beraturan didalam ruangan tersebut.

Hingga Reygen mendapati kesadarannya kembali, Ia mulai membuka matanya perlahan ketika mendengar suara dentingan dari botol-botol kosong yang sedang Bi Ipah bereskan.

"Den Reygen, permisi ya Den, si mbok mau beresin ini dulu."

Bi Ipah sambil memegang beberapa botol minuman dikedua tangannya.

Reygen hanya memejamkan matanya lebih lama seraya memberi isyarat mengiyakan dan sedikit mengeluarkan getaran dari tenggorokannya sampai menimbulkan bunyi deheman.

"Hm.."

"Oia, Den, kalau mau sarapan Bibi udah masak telor mata sapi kesukaan Aden di meja makan. Bibi mau beresin ini dulu ya."

Bi Ipah mengangkat kedua tangannya yang penuh dengan botol-botol kosong.

Reygen bangkit dan menghampiri kedua temannya yang masih terbaring pulas dengan sedikit suara dengkuran.

"Woi, bangun, woi, Lo mau pada sarapan gak?"

Reygen berdiri dekat kedua tubuh temannya yang masih tergeletak dilantai yang beralaskan karpet mahal yang melapisi marmer lantai rumahnya, Ia menggoyang-goyangkan tubuh Remon dan Ronald secara bergantian dengan kaki kanan Reygen.

Remon pun mulai mengucek kedua matanya dengan tangan, samar-samar ia melihat pria tampan milik temannya yang bernama Reygen sedang berdiri didekat tubuhnya sambil menatap kebawah kearah Remon.

"Ck, ahh ... gak punya tangan apa Lo bangunin Gue pake kaki!"

Remon berdecak kesal saat mengetahui kaki Reygen yang menggoyang-goyangkan tubuhnya. Ia pun bangkit untuk duduk disebelah Ronald yang masih mendengkur.

Kini Reygen beralih pada Ronald dan melakukan hal yang sama seperti apa yang ia lakukan pada Remon.

Ronald pun bangun dan mengerjapkan kedua matanya yang masih terasa sepat dan perih.

"Elu, mau pada sarapan gak?"

Reygen membalikkan tubuhnya dan berjalan menuju ruang makan yang tak jauh dari ruangan tengah dimana saat ini mereka berada.

Dengan malas Remon dan Ronald mengikuti Reygen ke ruang makan dengan meja makan berukuran cukup besar dengan sepuluh kursi yang mengelilingi meja makan itu.

Reygen dan teman-temannya segera menduduki kursinya masing-masing yang tengah berada dipinggir meja makan, Bi Ipah segera menuangkan air putih kedalam gelas-gelas kaca yang berkilauan bak berlian.

Mereka mulai menyantap makanan yang telah Bi Ipah masak dan telah tersedia diatas meja makan.

"Permisi, Den, Bibi mau kebelakang dulu."

Bi Ipah segera undur diri dan mengerjakan pekerjaan lainnya yang ada di dapur.

"Rey, Lo belum jawab pertanyaan Gue, gimana kalo malam ini kita undang para gadis buat nemenin malam kita?"

Remon mengangkat kedua alisnya beberapa kali pada Reygen yang sedang menyantap sarapan paginya, ia juga sedang memegangi sendok dan garpu pada masing-masing kedua tangannya.

"Terserah kalian."

Reygen hanya menjawab singkat sambil tetap menyuapkan makanan pada mulutnya.

"Yes! gitu dong."

Reymon dan Ronald terlihat sangat senang, mereka pun segera menyantap sarapan paginya sampai ludes tak bersisa.

"Tapi jangan di rumah gue, karena gue gak mau rumah gue diinjek para cewek dungu yang gue bayar buat seneng-seneng."

Tatapan sinis dari Reygen membuat kedua temannya bergidik ngeri.

"Iya, iya, Kita ke Club Night aja."

Remon melengos dan menatap piringnya yang sudah kosong sambil sesekali matanya melirik takut ke arah Reygen.

Sesaat kemudian setelah Reygen menghabiskan sarapannya ia langsung meninggalkan Remon dan Ronald menuju kamar tidurnya. Ia segera memasuki kamar mandi yang ada didalam kamar utama miliknya.

Melepaskan semua busana yang ia kenakan dan memasuki sebuah bak mandi yang telah terisi air hangat.

Berendam di dalam air hangat mungkin bisa membuatnya lebih santai dan melupakan peristiwa masa lalu kakaknya yang selalu membayangi dirinya sampai ia mengutuk semua wanita di dunia ini dan bertekad untuk tidak jatuh cinta pada gadis manapun.

Jangan lupa VOTE, LIKE, DAN KOMEN, ya...

Love you all 😘😘😘

Terpopuler

Comments

Diana Resnawati

Diana Resnawati

mampir thor

2024-07-29

0

Ryan Jacob

Ryan Jacob

semangat Thor

2024-03-11

0

Oh Dewi

Oh Dewi

Mampir ah...
Sekalian rekomen buat yang kesusahan nyari novel yang seru dan bagus, mending coba baca yang judulnya Caraku Menemukanmu

2023-08-26

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 : Keseharian Badboy
2 Bab 2 : Kehidupan malam
3 Bab 3 : Rencana penjebakan
4 Bab 4 : Pesan singkat pemicu amarah
5 Bab 5 : Kepulangan Evelyn
6 Bab 6 : love at the first sight
7 Bab 7 : Keinginan Hati
8 Bab 8 : Kesepakatan
9 Bab 9 : Mengantar pulang
10 Bab 10 : Penggusuran Panti
11 Bab 11 : Amarah Ayas
12 Bab 12 : Kemarahan Ayas
13 Bab 13 : Cakra
14 Bab 14 : Meluruskan salah faham
15 Bab 15 : Ayas yang polos
16 Bab 16 : Syarat diatas Syarat
17 Bab 17 : Hari Pertama Kerja
18 Bab 18 : Hari pertama di rumah Reygen
19 Bab 19 : Asma
20 Bab 20 : Masa Lalu
21 Bab 21 : Perasaan yang gila
22 Bab 22 : Orang jahat
23 Bab 23 : Mie instan
24 Bab 24 : Jatuh Cinta
25 Bab 25 : Jatuh Cinta 2
26 Bab 26 : Perasaan yang Segera Terungkap
27 Bab 27 : Ponsel Baru
28 Bab 28 : Kecelakaan
29 Bab 29 : Serius Vs Bercanda
30 Bab 30 : Obrolan yang Serius
31 Bab 31 : Gara-gara Malu
32 Bab 32 : Pernikahan
33 Bab 33 : Sentuhan Pertama
34 Bab 34 : Hanya di dalam Kamar
35 Bab 35 : Jatuh Membawa Berkah
36 Bab 36 : Wanita dimasa Lalu
37 Baba 37 : Ciuman Pertama
38 Bab 38 : Kejutan
39 Bab 39 : Cukup Menghangatkan
40 Bab 40 : Sholat Pengantin
41 Bab 41 : Sudah 10 kali tapi tidak capek
42 Bab 42 : Gagal Lagi
43 Bab 43 : Si Tampan Pengganggu
44 Bab 44 : Vans
45 bonus
46 Bab 45 : Bulan Madu
47 Bab 46 : Aku akan Pelan-Pelan
48 sakit
49 Bab 48 : Restu
50 Bab 49 : Panti
51 Bab 50 : Sahabat
52 Bab 51 : Hujan
53 Bab 52 : Teh Aneh
54 Bab 53 : Tongkol Balado
55 Bab 54 : Ronald
56 Bab 55 : Perselisihan
57 Bab 56 : Cakra
58 Bab 57 : Gugur
59 Bab 58 : Sahabat
60 Bab 59 : Rumah Baru
61 Bab 60 : Ketenangan yang Terusik
62 Bab 61 : Siasat Evelyn
63 Bab 62 : Naik Perkara
64 Bab 63 : Gejala
65 Bab 64 : Kabar Gembira
66 Bab 65 : Panggilan Pertama
67 Bab 66 : tekad
68 Bab 67 : 1/3 malam
69 Bab 68 : sarapan
70 Bab 69 : menemui Cakra
71 Visual
72 Bab 70 : Pengakuan Cakra
73 Bab 71 : kabar gembira
74 Bab 72 : Pasar
75 Bab 73 : Bucin
76 Bab 74 : semakin aneh
77 Bab 75 : Perhatian
78 Bab 76 : Sidang
79 Bab 77 : Reddick
80 Bab 78 : Makam
81 Bab 79 : Titah Rouge
82 Bab 80 : Ronald
83 Bab 81 : Ayas
84 Bab 82 : Jessy
85 Bab 83 : Makan
86 Bab 84 : Alergi
87 Bab 85 : Menggemaskan
88 Bab 86 : lingerie
89 Bab 87 : Jiwa Penolong
90 Bab 88 : Ultah yang Terlupakan
91 Bab 89 : Dinner
92 Bab 90 : Cemburu
93 Bab 91 : Mencairkan suasana
94 Bab 92 : Kantor
95 End
96 pengumuman
Episodes

Updated 96 Episodes

1
Bab 1 : Keseharian Badboy
2
Bab 2 : Kehidupan malam
3
Bab 3 : Rencana penjebakan
4
Bab 4 : Pesan singkat pemicu amarah
5
Bab 5 : Kepulangan Evelyn
6
Bab 6 : love at the first sight
7
Bab 7 : Keinginan Hati
8
Bab 8 : Kesepakatan
9
Bab 9 : Mengantar pulang
10
Bab 10 : Penggusuran Panti
11
Bab 11 : Amarah Ayas
12
Bab 12 : Kemarahan Ayas
13
Bab 13 : Cakra
14
Bab 14 : Meluruskan salah faham
15
Bab 15 : Ayas yang polos
16
Bab 16 : Syarat diatas Syarat
17
Bab 17 : Hari Pertama Kerja
18
Bab 18 : Hari pertama di rumah Reygen
19
Bab 19 : Asma
20
Bab 20 : Masa Lalu
21
Bab 21 : Perasaan yang gila
22
Bab 22 : Orang jahat
23
Bab 23 : Mie instan
24
Bab 24 : Jatuh Cinta
25
Bab 25 : Jatuh Cinta 2
26
Bab 26 : Perasaan yang Segera Terungkap
27
Bab 27 : Ponsel Baru
28
Bab 28 : Kecelakaan
29
Bab 29 : Serius Vs Bercanda
30
Bab 30 : Obrolan yang Serius
31
Bab 31 : Gara-gara Malu
32
Bab 32 : Pernikahan
33
Bab 33 : Sentuhan Pertama
34
Bab 34 : Hanya di dalam Kamar
35
Bab 35 : Jatuh Membawa Berkah
36
Bab 36 : Wanita dimasa Lalu
37
Baba 37 : Ciuman Pertama
38
Bab 38 : Kejutan
39
Bab 39 : Cukup Menghangatkan
40
Bab 40 : Sholat Pengantin
41
Bab 41 : Sudah 10 kali tapi tidak capek
42
Bab 42 : Gagal Lagi
43
Bab 43 : Si Tampan Pengganggu
44
Bab 44 : Vans
45
bonus
46
Bab 45 : Bulan Madu
47
Bab 46 : Aku akan Pelan-Pelan
48
sakit
49
Bab 48 : Restu
50
Bab 49 : Panti
51
Bab 50 : Sahabat
52
Bab 51 : Hujan
53
Bab 52 : Teh Aneh
54
Bab 53 : Tongkol Balado
55
Bab 54 : Ronald
56
Bab 55 : Perselisihan
57
Bab 56 : Cakra
58
Bab 57 : Gugur
59
Bab 58 : Sahabat
60
Bab 59 : Rumah Baru
61
Bab 60 : Ketenangan yang Terusik
62
Bab 61 : Siasat Evelyn
63
Bab 62 : Naik Perkara
64
Bab 63 : Gejala
65
Bab 64 : Kabar Gembira
66
Bab 65 : Panggilan Pertama
67
Bab 66 : tekad
68
Bab 67 : 1/3 malam
69
Bab 68 : sarapan
70
Bab 69 : menemui Cakra
71
Visual
72
Bab 70 : Pengakuan Cakra
73
Bab 71 : kabar gembira
74
Bab 72 : Pasar
75
Bab 73 : Bucin
76
Bab 74 : semakin aneh
77
Bab 75 : Perhatian
78
Bab 76 : Sidang
79
Bab 77 : Reddick
80
Bab 78 : Makam
81
Bab 79 : Titah Rouge
82
Bab 80 : Ronald
83
Bab 81 : Ayas
84
Bab 82 : Jessy
85
Bab 83 : Makan
86
Bab 84 : Alergi
87
Bab 85 : Menggemaskan
88
Bab 86 : lingerie
89
Bab 87 : Jiwa Penolong
90
Bab 88 : Ultah yang Terlupakan
91
Bab 89 : Dinner
92
Bab 90 : Cemburu
93
Bab 91 : Mencairkan suasana
94
Bab 92 : Kantor
95
End
96
pengumuman

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!