Badboy Insaf
"Hey Rey, gimana kalo malam ini kita panggil ayam kampus buat temenin malam Sabtu kita?"
Remon kembali mengajak Reygen untuk bersenang-senang dengan para mahasiswi dengan 'doble profesi'.
Reygen yang sedang duduk diatas sofa mewah yang berada diruang tengah rumah megahnya, dengan tangan kanan yang sedang menjepit sebatang rokok diantara jari tengah dan telunjuknya dan tangan kiri yang sedang memegangi minuman haram yang baru saja ia tenggak. Diterangi lampu-lampu yang berkilauan seperti kristal dan bercahaya kuning menerpa ruangan.
Sesekali tangan kanan dan kirinya bergantian bergerak kearah mulutnya, hisapan demi hisapan dari sebatang tembakau yang menghasilkan asap putih yang mengepul dari mulutnya ia mainkan diatas udara membuatnya tak menghiraukan apapun saat ini, pikirannya hanya menerawang tak menentu.
"Woy, gimana...? Lo setuju gak sama Remon?"
Ronald melempar bungkusan tembakau pada Reygen yang tak menghiraukan Remon, membuat Reygen beralih dari posisi kepalanya yang bersandar pada sandaran sofa menjadi tegak dan menoleh pada Ronald.
"Hm..?"
Reygen hanya berdehem tanpa mengiyakan atau pun menolak saran dari teman-temannya. Ia bangkit dari duduknya kemudian berjalan menuju sebuah kamar tidur utama lalu merobohkan tubuhnya diatas tempat tidur ternyaman versinya.
Kedua temannya hanya menatap bengong dengan raut wajah keheranan pada Reygen.
"Dia kenapa sih?"
Tanya Remon sambil menoleh pada Ronald dengan ekspresi cengo nya.
"Kesurupan kali!"
Ronald menjawab sekenanya sambil mengangkat kedua pundaknya.
Mereka tak mengikuti Reygen masuk kedalam kamar karena pasti keduanya akan mendapat bentakan atau malah hardikan keras dari Reygen.
Sementara Reygen hanya terbaring sambil membuat bantal dari kedua tangannya, ia menatap langit-langit kamarnya yang bernuansa klasik itu.
"Bosan!"
Ia mendengus sambil menarik napasnya panjang kemudian menghempaskannya secara kasar.
Pandangan Reygen beralih pada sebuah potret yang terpajang diatas nakas samping tempat tidurnya, ia menatap lekat-lekat pada sebuah foto dimana ada empat orang didalam sebuah bingkai.
Bangkit dan duduk ditepian ranjang, kemudian ia meraih bingkai foto dan mengusap salah satu objek pada foto tersebut. Seorang lelaki tampan dan gagah membuat jemarinya mengusap gambar tersebut.
"Aku tak akan sepertimu Kak, aku tidak akan menjadi budak cinta sepertimu."
Tak terasa air matanya menetes membasahi pipi tampan seorang Reygen yang angkuh dan senang berbuat sesuka hatinya sendiri.
Ia kembali meletakkan bingkai foto diatas nakasnya seperti semula, kedua tangannya mulai menelusup dengan jari yang menyisir rambutnya dari depan sampai pangkal tengkuk, duduk membungkuk dengan kedua tangan masih dibelakang lehernya.
"Ahhrrggg!"
Reygen berteriak sambil mengacak kasar rambutnya. Ia bangkit dan kembali berbaur dengan kedua temannya Remond dan Ronald yang masih asik menikmati minuman dan tembakau yang membuatnya sedikit hilang kesadaran.
Mereka bertiga kembali larut dengan imaginasi masing-masing dibawah pengaruh alkohol yang telah habis lebih lebih dari lima botol.
Suara tawa terbahak-bahak memenuhi ruangan besar nan mewah tersebut, mereka hanya bersenang-senang tanpa memedulikan apapun saat ini.
***
Pagi mulai menyingsing, sang mentari mencoba menghangatkan seisi bumi namun tidak dengan hati Reygen yang masih dingin sedingin salju.
Seorang wanita paruh baya memasuki ruangan sambil menggeleng-gelengkan kepala melihat ketiga Pria muda yang masih saling tergeletak tak beraturan didalam ruangan tersebut.
Hingga Reygen mendapati kesadarannya kembali, Ia mulai membuka matanya perlahan ketika mendengar suara dentingan dari botol-botol kosong yang sedang Bi Ipah bereskan.
"Den Reygen, permisi ya Den, si mbok mau beresin ini dulu."
Bi Ipah sambil memegang beberapa botol minuman dikedua tangannya.
Reygen hanya memejamkan matanya lebih lama seraya memberi isyarat mengiyakan dan sedikit mengeluarkan getaran dari tenggorokannya sampai menimbulkan bunyi deheman.
"Hm.."
"Oia, Den, kalau mau sarapan Bibi udah masak telor mata sapi kesukaan Aden di meja makan. Bibi mau beresin ini dulu ya."
Bi Ipah mengangkat kedua tangannya yang penuh dengan botol-botol kosong.
Reygen bangkit dan menghampiri kedua temannya yang masih terbaring pulas dengan sedikit suara dengkuran.
"Woi, bangun, woi, Lo mau pada sarapan gak?"
Reygen berdiri dekat kedua tubuh temannya yang masih tergeletak dilantai yang beralaskan karpet mahal yang melapisi marmer lantai rumahnya, Ia menggoyang-goyangkan tubuh Remon dan Ronald secara bergantian dengan kaki kanan Reygen.
Remon pun mulai mengucek kedua matanya dengan tangan, samar-samar ia melihat pria tampan milik temannya yang bernama Reygen sedang berdiri didekat tubuhnya sambil menatap kebawah kearah Remon.
"Ck, ahh ... gak punya tangan apa Lo bangunin Gue pake kaki!"
Remon berdecak kesal saat mengetahui kaki Reygen yang menggoyang-goyangkan tubuhnya. Ia pun bangkit untuk duduk disebelah Ronald yang masih mendengkur.
Kini Reygen beralih pada Ronald dan melakukan hal yang sama seperti apa yang ia lakukan pada Remon.
Ronald pun bangun dan mengerjapkan kedua matanya yang masih terasa sepat dan perih.
"Elu, mau pada sarapan gak?"
Reygen membalikkan tubuhnya dan berjalan menuju ruang makan yang tak jauh dari ruangan tengah dimana saat ini mereka berada.
Dengan malas Remon dan Ronald mengikuti Reygen ke ruang makan dengan meja makan berukuran cukup besar dengan sepuluh kursi yang mengelilingi meja makan itu.
Reygen dan teman-temannya segera menduduki kursinya masing-masing yang tengah berada dipinggir meja makan, Bi Ipah segera menuangkan air putih kedalam gelas-gelas kaca yang berkilauan bak berlian.
Mereka mulai menyantap makanan yang telah Bi Ipah masak dan telah tersedia diatas meja makan.
"Permisi, Den, Bibi mau kebelakang dulu."
Bi Ipah segera undur diri dan mengerjakan pekerjaan lainnya yang ada di dapur.
"Rey, Lo belum jawab pertanyaan Gue, gimana kalo malam ini kita undang para gadis buat nemenin malam kita?"
Remon mengangkat kedua alisnya beberapa kali pada Reygen yang sedang menyantap sarapan paginya, ia juga sedang memegangi sendok dan garpu pada masing-masing kedua tangannya.
"Terserah kalian."
Reygen hanya menjawab singkat sambil tetap menyuapkan makanan pada mulutnya.
"Yes! gitu dong."
Reymon dan Ronald terlihat sangat senang, mereka pun segera menyantap sarapan paginya sampai ludes tak bersisa.
"Tapi jangan di rumah gue, karena gue gak mau rumah gue diinjek para cewek dungu yang gue bayar buat seneng-seneng."
Tatapan sinis dari Reygen membuat kedua temannya bergidik ngeri.
"Iya, iya, Kita ke Club Night aja."
Remon melengos dan menatap piringnya yang sudah kosong sambil sesekali matanya melirik takut ke arah Reygen.
Sesaat kemudian setelah Reygen menghabiskan sarapannya ia langsung meninggalkan Remon dan Ronald menuju kamar tidurnya. Ia segera memasuki kamar mandi yang ada didalam kamar utama miliknya.
Melepaskan semua busana yang ia kenakan dan memasuki sebuah bak mandi yang telah terisi air hangat.
Berendam di dalam air hangat mungkin bisa membuatnya lebih santai dan melupakan peristiwa masa lalu kakaknya yang selalu membayangi dirinya sampai ia mengutuk semua wanita di dunia ini dan bertekad untuk tidak jatuh cinta pada gadis manapun.
Jangan lupa VOTE, LIKE, DAN KOMEN, ya...
Love you all 😘😘😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 96 Episodes
Comments
Diana Resnawati
mampir thor
2024-07-29
0
Ryan Jacob
semangat Thor
2024-03-11
0
Oh Dewi
Mampir ah...
Sekalian rekomen buat yang kesusahan nyari novel yang seru dan bagus, mending coba baca yang judulnya Caraku Menemukanmu
2023-08-26
0