Malam telah menjemput senja, sinarnya telah lenyap diselimuti kegelapan. Tiga anak muda sedang asik berpesta dengan minuman dan tembakau juga beberapa lintingan daun kering terlarang yang bisa membuat mereka melayang.
Ketika Reygen sedang asik menenggak minuman dalam botol yang ia genggam, tiba-tiba poselnya berbunyi. Ia tampak masih mengabaikan ponselnya yang berdering hingga dering ponselnya berhenti setelah ia menghabiskan minuman dalam botol.
Asap tembakau yang hampir memenuhi udara sekitar mereka bertiga begitu terasa menyesakkan meskipun berada diruangan terbuka yaitu halaman belakang rumah Reygen ditempat favoritnya pada sebuah gazebo.
Mereka asik berpesta minuman dan tembakau, juga ditemani musik yang menggema melalui speaker yang sengaja mereka sediakan untuk pesta saat ini.
Berpuluh-puluh botol minuman beralkohol berserakan dirumput dan lantai kayu gazebo, puntung filter berserakan dimana-mana yang sudah tidak muat ditampung oleh asbak yang berukuran 10cm.
Dengan setengah mabuk dari gazebo, mata sayu Reygen samar-samar melihat seorang wanita seksi yang datang mendekat padanya, ternyata Michelle telah datang atas undangan Remon.
Michelle disambut oleh mereka berdua Remon dan Ronald, sedangkan Reygen hanya sekilas melihat Michelle lalu beralih untuk menatap ponselnya yang menandakan sebuah pesan singkat masuk kedalam aplikasi hijau miliknya.
Evelyn : HBD sayang... Maaf Momy gak bisa terbang ke Indonesia karena masih banyak kerjaan.
Sebuah pesan dari sang Ibu kepada anaknya.
Reygen yang merasa tak pernah diperhatikan oleh kedua orang tuanya semakin meradang, ia berpikir mungkin orang tuanya memang tidak benar-benar sayang padanya karena selama ini yang mengurus Reygen dan Reddick adalah Bi Ipah yang sudah kurang lebih 30 tahun bekerja pada keluarga Reygen.
Matanya memejam seolah sedang merasakan sakit yang luar biasa, napasnya terengah-engah karena menahan emosi yang siap meledak kapan saja.
Ronald dan Remon melihat Reygen dengan perasaan takut, karena terlihat pancaran energi kemarahan yang luar biasa dari wajah Reygen.
Michelle pun tampak ragu-ragu ketika Ronald dan Remon menyuruhnya mendekati Reygen, namun begitu tidak disangka oleh kedua temannya ternyata Reygen menarik tangan Michelle dengan kasar kedalam pangkuannya.
Remon dan Ronald pun segera membubuhkan serbuk kedalam minuman Reygen, disaat Reygen gelap mata sedang memainkan Michelle yang kini sudah ada dipangkuannya.
Reygen segera menenggak habis minuman yang telah bercampur serbuk dari temannya.
Beberapa menit kemudian, Ia mulai merasa kepanasan dan gelisah. Sentuhannya pada Michelle semakin liar.
"Aarrghhhh..."
Dengan tubuh yang mulai dibasahi keringat dan pandangan yang sedikit kabur, Reygen berteriak karena merasa sangat tidak nyaman dengan tubuhnya.
Ia menarik kasar pergelangan tangan Michelle dan membawanya masuk kedalam rumah menuju kamar tidurnya dengan berjalan sempoyongan, Michelle hanya mengikuti langkah Reygen sambil tersenyum kemenangan, betapa senang hatinya saat Reygen terlihat begitu tidak karuan dan membawanya masuk kedalam rumahnya meski dengan setengah kesadaran Reygen, tapi membuat Michelle senang bisa berada sangat dekat dengan Reygen yang sangat ia cintai. Ia berharap malam ini bisa meninggalkan kesan indah untuk Reygen padanya.
"Kena kau Reygen."
Ungkapan kemenangan dari Michelle dalam hatinya.
Remon dan Ronald tersenyum licik, mereka beradu telapak tangan karena berhasil membuat Reygen hilang kendali.
Telah lama Michelle menyukai Reygen namun selalu mendapat penolakan dari pria tampan itu dan saat Remon menghubunginya mengenai rencana Remon ini, Ia langsung menyetujuinya meski tanpa bayaran.
Memasuki kamar tidur Reygen yang bernuansa Eropa klasik itu dengan brutal Reygen melucuti setiap helai kain yang menempel pada tubuh Michelle, seperti manusia yang kesurupan. Reygen dengan mata sayu dan merah segera menerkam Michelle membuat dada wanita seksi itu berdegup kecang.
"Aku sudah lama menantikan saat seperti ini sayang...."
Michelle bergumam namun tak dipedulikan oleh Reygen yang seperti sedang kesetanan.
Malam pun kian larut, seperti larutnya kesedihan pada diri Reygen, Sesungguhnya ia hanya ingin kasih sayang dari kedua orang tuanya yang sedari kecil tak pernah ia rasakan. Ia hanya merasa sangat kesepian dan berusaha melampiaskan semua rasa yang terpendamnya selama ini.
Remon dan Ronald saling berbincang setengah mabuk masih digazebo halaman belakang rumah Reygen, dengan mulut yang masih mengepulkan asap dari hisapan tembakau yang berfilter.
"Nald, menurut Lo si Michelle udah diapain? "
Dengan nada yang setengah mabuk dan mata sayu Remon bertanya pada Ronald.
"Hahaha...menurut Lo? "
Ronald hanya balik bertanya yang jawabannya telah mereka pikirkan dengan imaginasi masing-masing.
Bi Ipah yang sedang memperhatikan mereka dari jarak yang cukup jauh hanya bisa mengelus dada dengan wajah sedih yang tergambar jelas, bagaimana tidak sedih karena Reygen telah ia rawat sedari kecil dan kasih sayang Bi Ipah sudah seperti kasih sayang seorang Ibu pada anak majikannya itu.
Sewaktu kecil Reygen dan Reddick tak jarang merajuk dan bersikap manja padanya, karena kedua orang tua mereka tak memiliki banyak waktu bahkan mungkin hampir tidak memiliki waktu untuk kedua putranya, sehingga keseharian mereka hanya bersama Bi Ipah, meskipun ada Asisten Rumah tangga yang lainnya tapi Reddick dan Reygen lebih dekat kepada Bi Ipah, namun semenjak kepergian Reddick untuk selamanya Reygen menjadi jarang sekali untuk berbicara bahkan sikap dinginnya membuat Bi Ipah canggung pada Reygen.
Semasa sekolah Reygen dan Reddick, Bi Ipah yang menyiapkan makan dan perlengkapan sekolah untuk Reddick dan Reygen, sedangkan urusan bersih-bersih rumah di kerjakan oleh Bi Idah yang usianya masih terbilang muda.
Kematangan usia Bi Ipah yang telah memiliki cucu membuatnya telaten dalam merawat Reddick dan Reygen sewaktu kecil.
"Sayang..."
Michelle yang baru saja terbangun dari lelap tidurnya setelah pertarungan sengit dengan Reygen langsung menyapa pria tampan yang sedang duduk menyandarkan punggungnya pada headboard tempat tidurnya, dengan kedua tangan menjadi tumpuan tengkorak belakang kepalanya, tatapannya hanya tertuju pada langit-langit kamarnya yang terukir apik dengan pahatan yang menghiasi atap kamarnya.
Michelle yang berada disamping Reygen langsung menjulurkan tangannya memeluk perut sixpack Reygen berharap dimanja olehnya.
Namun Reygen menepis tangan Michelle dengan mata yang memicing.
"Pergilah, aku tak mau melihatmu lagi! "
Reygen masih diam dengan wajah dinginnya seperti akan membekukan darah Michelle dengan seketika.
"Kau ini kenapa sayang? semalam kan kita ha--"
Belum selesai Michelle berbicara, Reygen segera turun dari ranjang dan berkata sambil membelakangi Michelle.
"Cukup, itu sebuah kesalahan. Pergilah sebelum aku hilang kendali dan berbuat kasar padamu,"
"Kalau kau mau berbuat kasar seperti semalam padaku, aku akan terima dengan senang hati sayang!"
Nada Michelle malah semakin menggoda, namun tak membuat Reygen bergetar sedikitpun, Ia membalikkan tubuhnya menghadap Michelle dan mencengkeram dagu wanita cantik itu.
" Jangan sampai kau menyesal, cepat pergilah. Aku tak mau melihatmu."
Tatapan tajam dari sorot mata Reygen seolah menusuk pupil mata Michelle, membuatnya merinding dan menahan napas melihat wajah tampan yang mengerikan dihadapannya.
Reygen melepaskan cengkeraman tangannya pada dagu Michelle dengan kasar sehingga membuat wajahnya pucat pasi seperti tak teraliri darah, dengan perasaan hancur tercabik Michelle merasa sangat dicampakkan dan segera mengambil pakaiannya yang tercecer dilantai dan langsung mengenakannya dengan terburu-buru.
Reygen segera melangkah menuju kamar mandi dan berendam dengan air hangat untuk melepaskan sisa keringat yang menempel pada tubuhnya agar lebih rileks.
Michelle yang berjalan keluar sempat menoleh ketempat tidur semalam yang mungkin takkan bisa ia lupakan seumur hidup. Hatinya dongkol karena mendapat penolakan yang kasar dari Reygen, tubuh seksi dan kecantikannya tak membuat Reygen takluk padanya membuat ia semakin geram.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 96 Episodes
Comments
Adreena
sahabat lucknut... Michelle pantas di buang karena murahan...menjatuhkan harga diri wanita sj...tdk berkelas
2021-07-31
2
Qiky🧣
ya ampun. aku malu sebagai cewek,liat Michelle begitu
2021-06-20
2
Siti Fatimah
gak cocok
2021-06-19
3