Bab 4 : Pesan singkat pemicu amarah

Malam telah menjemput senja, sinarnya telah lenyap diselimuti kegelapan. Tiga anak muda sedang asik berpesta dengan minuman dan tembakau juga beberapa lintingan daun kering terlarang yang bisa membuat mereka melayang.

Ketika Reygen sedang asik menenggak minuman dalam botol yang ia genggam, tiba-tiba poselnya berbunyi. Ia tampak masih mengabaikan ponselnya yang berdering hingga dering ponselnya berhenti setelah ia menghabiskan minuman dalam botol.

Asap tembakau yang hampir memenuhi udara sekitar mereka bertiga begitu terasa menyesakkan meskipun berada diruangan terbuka yaitu halaman belakang rumah Reygen ditempat favoritnya pada sebuah gazebo.

Mereka asik berpesta minuman dan tembakau, juga ditemani musik yang menggema melalui speaker yang sengaja mereka sediakan untuk pesta saat ini.

Berpuluh-puluh botol minuman beralkohol berserakan dirumput dan lantai kayu gazebo, puntung filter berserakan dimana-mana yang sudah tidak muat ditampung oleh asbak yang berukuran 10cm.

Dengan setengah mabuk dari gazebo, mata sayu Reygen samar-samar melihat seorang wanita seksi yang datang mendekat padanya, ternyata Michelle telah datang atas undangan Remon.

Michelle disambut oleh mereka berdua Remon dan Ronald, sedangkan Reygen hanya sekilas melihat Michelle lalu beralih untuk menatap ponselnya yang menandakan sebuah pesan singkat masuk kedalam aplikasi hijau miliknya.

Evelyn : HBD sayang... Maaf Momy gak bisa terbang ke Indonesia karena masih banyak kerjaan.

Sebuah pesan dari sang Ibu kepada anaknya.

Reygen yang merasa tak pernah diperhatikan oleh kedua orang tuanya semakin meradang, ia berpikir mungkin orang tuanya memang tidak benar-benar sayang padanya karena selama ini yang mengurus Reygen dan Reddick adalah Bi Ipah yang sudah kurang lebih 30 tahun bekerja pada keluarga Reygen.

Matanya memejam seolah sedang merasakan sakit yang luar biasa, napasnya terengah-engah karena menahan emosi yang siap meledak kapan saja.

Ronald dan Remon melihat Reygen dengan perasaan takut, karena terlihat pancaran energi kemarahan yang luar biasa dari wajah Reygen.

Michelle pun tampak ragu-ragu ketika Ronald dan Remon menyuruhnya mendekati Reygen, namun begitu tidak disangka oleh kedua temannya ternyata Reygen menarik tangan Michelle dengan kasar kedalam pangkuannya.

Remon dan Ronald pun segera membubuhkan serbuk kedalam minuman Reygen, disaat Reygen gelap mata sedang memainkan Michelle yang kini sudah ada dipangkuannya.

Reygen segera menenggak habis minuman yang telah bercampur serbuk dari temannya.

Beberapa menit kemudian, Ia mulai merasa kepanasan dan gelisah. Sentuhannya pada Michelle semakin liar.

"Aarrghhhh..."

Dengan tubuh yang mulai dibasahi keringat dan pandangan yang sedikit kabur, Reygen berteriak karena merasa sangat tidak nyaman dengan tubuhnya.

Ia menarik kasar pergelangan tangan Michelle dan membawanya masuk kedalam rumah menuju kamar tidurnya dengan berjalan sempoyongan, Michelle hanya mengikuti langkah Reygen sambil tersenyum kemenangan, betapa senang hatinya saat Reygen terlihat begitu tidak karuan dan membawanya masuk kedalam rumahnya meski dengan setengah kesadaran Reygen, tapi membuat Michelle senang bisa berada sangat dekat dengan Reygen yang sangat ia cintai. Ia berharap malam ini bisa meninggalkan kesan indah untuk Reygen padanya.

"Kena kau Reygen."

Ungkapan kemenangan dari Michelle dalam hatinya.

Remon dan Ronald tersenyum licik, mereka beradu telapak tangan karena berhasil membuat Reygen hilang kendali.

Telah lama Michelle menyukai Reygen namun selalu mendapat penolakan dari pria tampan itu dan saat Remon menghubunginya mengenai rencana Remon ini, Ia langsung menyetujuinya meski tanpa bayaran.

Memasuki kamar tidur Reygen yang bernuansa Eropa klasik itu dengan brutal Reygen melucuti setiap helai kain yang menempel pada tubuh Michelle, seperti manusia yang kesurupan. Reygen dengan mata sayu dan merah segera menerkam Michelle membuat dada wanita seksi itu berdegup kecang.

"Aku sudah lama menantikan saat seperti ini sayang...."

Michelle bergumam namun tak dipedulikan oleh Reygen yang seperti sedang kesetanan.

Malam pun kian larut, seperti larutnya kesedihan pada diri Reygen, Sesungguhnya ia hanya ingin kasih sayang dari kedua orang tuanya yang sedari kecil tak pernah ia rasakan. Ia hanya merasa sangat kesepian dan berusaha melampiaskan semua rasa yang terpendamnya selama ini.

Remon dan Ronald saling berbincang setengah mabuk masih digazebo halaman belakang rumah Reygen, dengan mulut yang masih mengepulkan asap dari hisapan tembakau yang berfilter.

"Nald, menurut Lo si Michelle udah diapain? "

Dengan nada yang setengah mabuk dan mata sayu Remon bertanya pada Ronald.

"Hahaha...menurut Lo? "

Ronald hanya balik bertanya yang jawabannya telah mereka pikirkan dengan imaginasi masing-masing.

Bi Ipah yang sedang memperhatikan mereka dari jarak yang cukup jauh hanya bisa mengelus dada dengan wajah sedih yang tergambar jelas, bagaimana tidak sedih karena Reygen telah ia rawat sedari kecil dan kasih sayang Bi Ipah sudah seperti kasih sayang seorang Ibu pada anak majikannya itu.

Sewaktu kecil Reygen dan Reddick tak jarang merajuk dan bersikap manja padanya, karena kedua orang tua mereka tak memiliki banyak waktu bahkan mungkin hampir tidak memiliki waktu untuk kedua putranya, sehingga keseharian mereka hanya bersama Bi Ipah, meskipun ada Asisten Rumah tangga yang lainnya tapi Reddick dan Reygen lebih dekat kepada Bi Ipah, namun semenjak kepergian Reddick untuk selamanya Reygen menjadi jarang sekali untuk berbicara bahkan sikap dinginnya membuat Bi Ipah canggung pada Reygen.

Semasa sekolah Reygen dan Reddick, Bi Ipah yang menyiapkan makan dan perlengkapan sekolah untuk Reddick dan Reygen, sedangkan urusan bersih-bersih rumah di kerjakan oleh Bi Idah yang usianya masih terbilang muda.

Kematangan usia Bi Ipah yang telah memiliki cucu membuatnya telaten dalam merawat Reddick dan Reygen sewaktu kecil.

"Sayang..."

Michelle yang baru saja terbangun dari lelap tidurnya setelah pertarungan sengit dengan Reygen langsung menyapa pria tampan yang sedang duduk menyandarkan punggungnya pada headboard tempat tidurnya, dengan kedua tangan menjadi tumpuan tengkorak belakang kepalanya, tatapannya hanya tertuju pada langit-langit kamarnya yang terukir apik dengan pahatan yang menghiasi atap kamarnya.

Michelle yang berada disamping Reygen langsung menjulurkan tangannya memeluk perut sixpack Reygen berharap dimanja olehnya.

Namun Reygen menepis tangan Michelle dengan mata yang memicing.

"Pergilah, aku tak mau melihatmu lagi! "

Reygen masih diam dengan wajah dinginnya seperti akan membekukan darah Michelle dengan seketika.

"Kau ini kenapa sayang? semalam kan kita ha--"

Belum selesai Michelle berbicara, Reygen segera turun dari ranjang dan berkata sambil membelakangi Michelle.

"Cukup, itu sebuah kesalahan. Pergilah sebelum aku hilang kendali dan berbuat kasar padamu,"

"Kalau kau mau berbuat kasar seperti semalam padaku, aku akan terima dengan senang hati sayang!"

Nada Michelle malah semakin menggoda, namun tak membuat Reygen bergetar sedikitpun, Ia membalikkan tubuhnya menghadap Michelle dan mencengkeram dagu wanita cantik itu.

" Jangan sampai kau menyesal, cepat pergilah. Aku tak mau melihatmu."

Tatapan tajam dari sorot mata Reygen seolah menusuk pupil mata Michelle, membuatnya merinding dan menahan napas melihat wajah tampan yang mengerikan dihadapannya.

Reygen melepaskan cengkeraman tangannya pada dagu Michelle dengan kasar sehingga membuat wajahnya pucat pasi seperti tak teraliri darah, dengan perasaan hancur tercabik Michelle merasa sangat dicampakkan dan segera mengambil pakaiannya yang tercecer dilantai dan langsung mengenakannya dengan terburu-buru.

Reygen segera melangkah menuju kamar mandi dan berendam dengan air hangat untuk melepaskan sisa keringat yang menempel pada tubuhnya agar lebih rileks.

Michelle yang berjalan keluar sempat menoleh ketempat tidur semalam yang mungkin takkan bisa ia lupakan seumur hidup. Hatinya dongkol karena mendapat penolakan yang kasar dari Reygen, tubuh seksi dan kecantikannya tak membuat Reygen takluk padanya membuat ia semakin geram.

Terpopuler

Comments

Adreena

Adreena

sahabat lucknut... Michelle pantas di buang karena murahan...menjatuhkan harga diri wanita sj...tdk berkelas

2021-07-31

2

Qiky🧣

Qiky🧣

ya ampun. aku malu sebagai cewek,liat Michelle begitu

2021-06-20

2

Siti Fatimah

Siti Fatimah

gak cocok

2021-06-19

3

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 : Keseharian Badboy
2 Bab 2 : Kehidupan malam
3 Bab 3 : Rencana penjebakan
4 Bab 4 : Pesan singkat pemicu amarah
5 Bab 5 : Kepulangan Evelyn
6 Bab 6 : love at the first sight
7 Bab 7 : Keinginan Hati
8 Bab 8 : Kesepakatan
9 Bab 9 : Mengantar pulang
10 Bab 10 : Penggusuran Panti
11 Bab 11 : Amarah Ayas
12 Bab 12 : Kemarahan Ayas
13 Bab 13 : Cakra
14 Bab 14 : Meluruskan salah faham
15 Bab 15 : Ayas yang polos
16 Bab 16 : Syarat diatas Syarat
17 Bab 17 : Hari Pertama Kerja
18 Bab 18 : Hari pertama di rumah Reygen
19 Bab 19 : Asma
20 Bab 20 : Masa Lalu
21 Bab 21 : Perasaan yang gila
22 Bab 22 : Orang jahat
23 Bab 23 : Mie instan
24 Bab 24 : Jatuh Cinta
25 Bab 25 : Jatuh Cinta 2
26 Bab 26 : Perasaan yang Segera Terungkap
27 Bab 27 : Ponsel Baru
28 Bab 28 : Kecelakaan
29 Bab 29 : Serius Vs Bercanda
30 Bab 30 : Obrolan yang Serius
31 Bab 31 : Gara-gara Malu
32 Bab 32 : Pernikahan
33 Bab 33 : Sentuhan Pertama
34 Bab 34 : Hanya di dalam Kamar
35 Bab 35 : Jatuh Membawa Berkah
36 Bab 36 : Wanita dimasa Lalu
37 Baba 37 : Ciuman Pertama
38 Bab 38 : Kejutan
39 Bab 39 : Cukup Menghangatkan
40 Bab 40 : Sholat Pengantin
41 Bab 41 : Sudah 10 kali tapi tidak capek
42 Bab 42 : Gagal Lagi
43 Bab 43 : Si Tampan Pengganggu
44 Bab 44 : Vans
45 bonus
46 Bab 45 : Bulan Madu
47 Bab 46 : Aku akan Pelan-Pelan
48 sakit
49 Bab 48 : Restu
50 Bab 49 : Panti
51 Bab 50 : Sahabat
52 Bab 51 : Hujan
53 Bab 52 : Teh Aneh
54 Bab 53 : Tongkol Balado
55 Bab 54 : Ronald
56 Bab 55 : Perselisihan
57 Bab 56 : Cakra
58 Bab 57 : Gugur
59 Bab 58 : Sahabat
60 Bab 59 : Rumah Baru
61 Bab 60 : Ketenangan yang Terusik
62 Bab 61 : Siasat Evelyn
63 Bab 62 : Naik Perkara
64 Bab 63 : Gejala
65 Bab 64 : Kabar Gembira
66 Bab 65 : Panggilan Pertama
67 Bab 66 : tekad
68 Bab 67 : 1/3 malam
69 Bab 68 : sarapan
70 Bab 69 : menemui Cakra
71 Visual
72 Bab 70 : Pengakuan Cakra
73 Bab 71 : kabar gembira
74 Bab 72 : Pasar
75 Bab 73 : Bucin
76 Bab 74 : semakin aneh
77 Bab 75 : Perhatian
78 Bab 76 : Sidang
79 Bab 77 : Reddick
80 Bab 78 : Makam
81 Bab 79 : Titah Rouge
82 Bab 80 : Ronald
83 Bab 81 : Ayas
84 Bab 82 : Jessy
85 Bab 83 : Makan
86 Bab 84 : Alergi
87 Bab 85 : Menggemaskan
88 Bab 86 : lingerie
89 Bab 87 : Jiwa Penolong
90 Bab 88 : Ultah yang Terlupakan
91 Bab 89 : Dinner
92 Bab 90 : Cemburu
93 Bab 91 : Mencairkan suasana
94 Bab 92 : Kantor
95 End
96 pengumuman
Episodes

Updated 96 Episodes

1
Bab 1 : Keseharian Badboy
2
Bab 2 : Kehidupan malam
3
Bab 3 : Rencana penjebakan
4
Bab 4 : Pesan singkat pemicu amarah
5
Bab 5 : Kepulangan Evelyn
6
Bab 6 : love at the first sight
7
Bab 7 : Keinginan Hati
8
Bab 8 : Kesepakatan
9
Bab 9 : Mengantar pulang
10
Bab 10 : Penggusuran Panti
11
Bab 11 : Amarah Ayas
12
Bab 12 : Kemarahan Ayas
13
Bab 13 : Cakra
14
Bab 14 : Meluruskan salah faham
15
Bab 15 : Ayas yang polos
16
Bab 16 : Syarat diatas Syarat
17
Bab 17 : Hari Pertama Kerja
18
Bab 18 : Hari pertama di rumah Reygen
19
Bab 19 : Asma
20
Bab 20 : Masa Lalu
21
Bab 21 : Perasaan yang gila
22
Bab 22 : Orang jahat
23
Bab 23 : Mie instan
24
Bab 24 : Jatuh Cinta
25
Bab 25 : Jatuh Cinta 2
26
Bab 26 : Perasaan yang Segera Terungkap
27
Bab 27 : Ponsel Baru
28
Bab 28 : Kecelakaan
29
Bab 29 : Serius Vs Bercanda
30
Bab 30 : Obrolan yang Serius
31
Bab 31 : Gara-gara Malu
32
Bab 32 : Pernikahan
33
Bab 33 : Sentuhan Pertama
34
Bab 34 : Hanya di dalam Kamar
35
Bab 35 : Jatuh Membawa Berkah
36
Bab 36 : Wanita dimasa Lalu
37
Baba 37 : Ciuman Pertama
38
Bab 38 : Kejutan
39
Bab 39 : Cukup Menghangatkan
40
Bab 40 : Sholat Pengantin
41
Bab 41 : Sudah 10 kali tapi tidak capek
42
Bab 42 : Gagal Lagi
43
Bab 43 : Si Tampan Pengganggu
44
Bab 44 : Vans
45
bonus
46
Bab 45 : Bulan Madu
47
Bab 46 : Aku akan Pelan-Pelan
48
sakit
49
Bab 48 : Restu
50
Bab 49 : Panti
51
Bab 50 : Sahabat
52
Bab 51 : Hujan
53
Bab 52 : Teh Aneh
54
Bab 53 : Tongkol Balado
55
Bab 54 : Ronald
56
Bab 55 : Perselisihan
57
Bab 56 : Cakra
58
Bab 57 : Gugur
59
Bab 58 : Sahabat
60
Bab 59 : Rumah Baru
61
Bab 60 : Ketenangan yang Terusik
62
Bab 61 : Siasat Evelyn
63
Bab 62 : Naik Perkara
64
Bab 63 : Gejala
65
Bab 64 : Kabar Gembira
66
Bab 65 : Panggilan Pertama
67
Bab 66 : tekad
68
Bab 67 : 1/3 malam
69
Bab 68 : sarapan
70
Bab 69 : menemui Cakra
71
Visual
72
Bab 70 : Pengakuan Cakra
73
Bab 71 : kabar gembira
74
Bab 72 : Pasar
75
Bab 73 : Bucin
76
Bab 74 : semakin aneh
77
Bab 75 : Perhatian
78
Bab 76 : Sidang
79
Bab 77 : Reddick
80
Bab 78 : Makam
81
Bab 79 : Titah Rouge
82
Bab 80 : Ronald
83
Bab 81 : Ayas
84
Bab 82 : Jessy
85
Bab 83 : Makan
86
Bab 84 : Alergi
87
Bab 85 : Menggemaskan
88
Bab 86 : lingerie
89
Bab 87 : Jiwa Penolong
90
Bab 88 : Ultah yang Terlupakan
91
Bab 89 : Dinner
92
Bab 90 : Cemburu
93
Bab 91 : Mencairkan suasana
94
Bab 92 : Kantor
95
End
96
pengumuman

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!