Pertemuan 1

Sesampainya Pak Jarwo di kamar jenazah kedua orang tua Arya dan saudaraya Arya yaitu kakak kandung Arya, terlihat di tengah jenazah Arya terbaring tak bergerak di atas jenazah sang ibu dan tangan yang memegang jenazah sang ayah. Sontak hati Pak Dawuh sakit, air mata yang sudah dia bendung sejak awal ahirnya tumpah.

"Arya ayo nak pasti kamu kuat,ada pak de disini akan menjagamu dengan jiwa raga pakde" ucap pakde sembari mengangkat tubuh Arya yang pingsan kemudian membawanya ke kamar.

Hari sudah berganti, kedua orang tua dan saudara Arya sudah di makamkan tetapi Arya yang pindah belum juga siuman, Pakde dan Eyang pun cemas mereka sejak malam hingga pagi hanya mondar-mandir di depan pintu kamar Arya sesekali mengecek keadaan Arya.

"Pie Yo le, Arya kok durung Tangi, aku kawatir le opo arep nyeluk dokter wae" yang artinya ( gimana ya le, Arya kok belum siuman juga, aku kok kuwatir le apa mau manggil dokter saja ). Dengan nada panik eyang mengusulkan pendapat nya tersebut kepada Pakde Jarwo.

"Baiklah mbok kita pangil dokter saja" ucap pakde dengan nada lemah, dengan langkah kaki kecil pak de segera mengambil jaket dan bersiap pergi keluar.

"Eyang...pak de...Arya tidak apa - apa tidak usah khawatir" ucap lirih Arya sambil membuka matanya pelan - pelan.

Sontak pak de dan eyang berbalik dan berlari memeluk Arya yang masih lemah berbaring di tempat tidunya.

"Le...Kowe tangi le, alhamdulilah ya Allah Gusti" suara gembira Eyang. Artinya ( nak kamu bangun nak, alhamdulillah ya allah).

Hari terus berjalan Pagi itu Arya yang sendirian duduk di teras rumah dengan melamun dengan. Menikmati kursi goyang dan pepohonan bambu depan rumah yang sejuk dengan semilir angin yang berhembus.

Tiba- tiba datang seorang perempuan dengan gaun putih panjang duduk di sebelah kursi goyang Arya dan bertanya.

"Kowe lapo he le?" yang artinya ( Kamu kenapa le ) tanya suara misterius yang tiba- tiba muncul entah dari mana.

"Kie mbak hidup kok begini amat,apa salahku dulu ya mbak" tanpa sadar arya menjawab pertanyaan perempuan tadi dengan biasa dan tenang.

"Lah kowe sak Iki arep pie Lee, jaluk mu opo" jawab wanita tadi dengan suara yang agak serak seperti sedang menahan sakit yang teramat.

"Aku ora njaluk opo - opo mbak, siji sek arep tak lakoni pengen bales dendam marang mahluk sek bakal nyilakani manungso, sek koyo mahluk sek nyilakani wong tuoku marang sedulur sijiku bakal e tak basmi tanpa turah siji- sijio" yang artinya ( Saya tidak meminta apa - apa mbak, satu yang ingin saya lakukan, mau membalas dengan dengan mahluk yang mencelakai manusia, seperti mahluk yang mencelakai kedua orang tuaku dan saudara satu - satunya, akan ku basmi tanpa tersisa satupun ). Suara Arya dengan nada sangat keras dan amarah yang membara - mbara.

" Hi...hi...hi...hi...hi..." suara tawa perempuan disamping Arya yang meleking dan menakutkan yang membuat Arya tersadar bahwa yang sedang mengobrol dengannya bukanlah manusia, melainkan kunti.

"Aaaaaaaaaa...eyangggg" teriakan Arya yang sangat ketakutan setelah menoleh dan melihat mbak Kunti.

Arya yang saat itu masih terbilang di bawah umur masih kecil, hanya bisa berlari seperti halnya anak kecil lainya. Tanpa sadar arya sudah berlari dan berada di dalam pemakaman belanda yang tidak jauh dari kampung Arya.

"Heh....heh...husss..husss..." suara nafas Arya yang terputus putus karena berlari.

"Lohh aku di mana ini kok malah kemakam?" Arya yang saat itu sudah tersadar kaget dan takut,bulu kuduknya berdiri leher belakangnya juga terasa berat.

Tak selang berapa lama langit yang tadi begitu cerah kini tiba- tiba mendung dan suram seperti mengisyaratkan sesuatu yang tidak bagus.

"Blyat...blyat...bes..." suara dan bayangan hitam dengan gerakan yang sangat cepat.

Saat itu perasaaan Arya sudah tidak enak badan yang tadinya enteng sekarang menjadi sangat berat seakan - akan ada yang menekan dari atas,dan dada Arya yang semakin keras berdetak,tak lama setelah itu datang sesosok mahluk dari belakang semak - semak dan pohon beringin yang sangat besar.

"Wahaha...mangsa lezat" terdengar suara yang sangat menakutkan dari kejauhan.

"Si...si..siapa di sana" suara Arya yang terputus putus karena ketakutan.

"Wahaha ...tidak penting bocah karena sebentar lagi kamu akan jadi makananku!" suara yang besar dan menggelegar tadi semakin dekat dengan Arya.

"A...a...aku ora Wedi tunjukno rupomu" ya artinya ( aku tidak takut tunjukan wujudmu).

suara Arya masih terputus- tetapi memberanikan diri karen tekatnya telah bulan untuk membasmi mahluk yang mencelakai manusia.

"Wahaha baiklah bocah" jawab mahluk dengan, suara menggelegar itu tetapi masih menyembunyikan wujudnya.

"Kemari aku tantang kau tunjukan wujudmu dan siapa dirimu" suara Arya keras dan semakin berani.

Tiba - tiba mahluk bersar dengan suara menggelegar tersebut menunjukan dirinya tepat di depan Arya, mahluk itu bertubuh sangat besar berbulu panjang hitam lekam dengan mata yang besar merah menyala, dengan gigi dan taring yang sangat panjang, mahluk tersebut bernama Gendruwo.

" haaaaaaaaa" suara jeritan Arya yang kaget karena kemunculan tiba- tiba Mahluk tersebut sontak membuat Arya terjatuh kebelakang.

Tanpa basi - basi mahkluh gendruwo tersebut langsung menyerang siap menerkam Arya, tiba - tiba dari samping terlihat seklebat bayangan wanita cantik dengan gaun seperti Noni Belanda membabat kepala gendruwo yang siap menerkam arya. seketika itu kepala gendruwo yang besar dan menyeramkan terjatuh di samping Arya yang masih tertidur di tanah karena terjatuh. tanpa di sadari sedari tadi ada satu mahluk yang memantau Arya di kejauhan di atas pepohonan.

"Hey bocah apa kamu tidak apa - apa" pertanyaan wanita dengan gaun Noni Belanda itu dengan nada sadis.

"Aaaa apa ya iya aku tidak apa - apa te...terimakasih" jawab Arya sembari berdiri dan masih dengan pikiran kosong dan kaget.

"Hey bocah apa kamu tersesat? kenapa kamu sampai disini? mau ku antar pulang kerumah nenek peotmu itu?" celetus gadis Noni dengan nada ketus.

"Apa kamu tau dengan neneku?" tanya Arya dengan polosnya dengan wajah sedikit sumringah.

"Yah aku tau dengan nenek peotmu, bahkan aku kenal sekali" jawabnya sedikit acuh sembari mengangkat bahu dan mengayun ayunkan kakinya.

Ya memang sang Noni masih bertengger di atas pohon sedari tadi.

"Baiklah terimakasih telah membantuku, perkenalkan namaku Arya" ucap Arya sambil menyodorkan tangannya.

"Aku Arum" dengan cepat gadis Noni yang bertengger di atas pohon meluncur kebawah menyambut jabat tangan Arya.

"Mari kuantar, pegang...........

Bersambung............

Terpopuler

Comments

Wahyu Hartati

Wahyu Hartati

lanjut + semangat thor

2022-03-01

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!