"Jadi begini Bu Sri cerita dari pak satpam kampung kita, tadi malam pas dia jaga sambil keliling, melihat Pak Dawuh duduk di teras rumah, karena penasaran kok tumben pak Dawuh malam - malam di luar, akhirnya Pak Satpam menyapa, eh ternyata oh ternyata Pak Dawuh menjawabnya sambil meringis dan memutar kepalanya 9,99 derajat, coba Bu Sri apa itu bukan setan/dedemit" jawab Bu Tejo dengan muka serius.
"Masak sih bu" jawab Bu Sri sembari mengelus - elus tangan yang dilipatnya di depan.
Setelah ibu - ibu gosip sudah memilah - Milah sayuran dan membayar, mang sayur gosip pun pergi melanjutkan perjalananya, sedangkan Bu Sri ibu Arya berjalan masuk kerumah dengan melamun memikirkan pembicaraan Bu Tejo tadi.
"Dukkk!" suara kepala Bu Sri dan pintu yang saling bertubrukan alias kejedot.
"Aduh duh, Loh kok sudah sampai dalam aja to ini padahal kayaknya tadi baru masuk ke halaman" celoteh Bu Sri lirih sembari mengeluarkan sayur belanjaan tadi yang dia beli di mang sayur gosip.
"Loh kok ayah sudah bangun sih katanya libur kerja, kok sudah rapi" ucap Bu Sri di dalam hati, melihat keluar jendela dekat dapur di sana ayah Arya Pak Dawuh sudah berpakaian rapi lengkap dengan jas, dan koper seta sepatu fantovel yang hitam bersinar bak permata hitam.
"Ayah....ayah, loh katanya libur kok sudah bangun dan rapi" tanpa berfikir lama Bu Sri memangil suaminya tercinta tersebut.
Namun Pak Dawuh hanya menengok dan tersenyum tidak menjawab satu katapun, dia kembali berjalan.
"Loh...loh...loh, kenapa ayah hanya diam dan senyum ya, apakah aku membuat kesalahan, tidak seperti biasanya" ucap Bu Sri dalam hati sembari berfikir padahal tadi malam masih minta jatah, kejadian ini mengusik hati Bu Sri.
#masudnya jatah kerokan dan pijit ya man teman#
Tiba - tiba tangan besar dan kekar melingkar di pinggang Bu Sri yang ramping, ya Bu Sri memang wanita yang memiliki paras cantik dan body ideal walau pun sudah melahirkan dua hati tercinta, tangan besar dan kekar di penuhi sedikit rambut halus khas seorang pria itu membuyarkan lamunan Bu Sri tentang cerita dedemit Pak Dawuh tadi pagi.
"Ahhhhhhhh setan!" teriak Bu Sri sekuat tenaga.
"Loh loh buk ibuk kenapa buk ini yah kok setan buk" Pak Dawuh yang tadi memeluk Bu Sri di bekang, yang tangannya kekar sedikit berbulu halus itu loh.
"Se setan ada setan" suara Bu Sri gemetar dan tangan menutup muka sembari menangis meneteskan air mata.
Pak Dawuh yang melihat Bu Sri pun langsung berlaku dan mendekati Bu Sri.
"Buk ibuk sayang ini ayah buk, suami ibuk ayah anak - anak kita, Arya dan Ganu" suara Pak Dawuh dengan nada yang lirih dan penuh kasih sayang sembari mencoba menyentu dan mengelus lembut rambut Bu Sri.
"'Ayah ...ayah ini ayah kan, beneran ayah kan, ini Pak Dawuh kan" berbagai pertanyaan yang di lontarkan Bu Sri kepada suami didepannya yang dia peluk dengan sangat erat.
"Iya sayang ini, ayah ada apa sih sini coba pelan - pelan cerita sama Ayah" ajak pak Dawuh, menarik sang istri yang sedari tadi duduk di pojokan dan beralaskan lantai, ke arah kursi yang ada di di dapur.
"Ibuk ibuk kenapa sih buk,kok seperti ini tidak seperti biasanya" tanya Pak Dawuh pelan, dengan nada yang halus. Yah Pak Dawuh memang seorang suami dan laki - laki yang sabar, halus dan poin plusnya dia tampan dan putih bak artis Korea bayangin ada Lee Min-ho.
"Ibuk kaget yah, ibuk sangat kaget" jawab Bu Sri dengan suara gemetar masih ketakutan.
"Kaget kenapa Buk, apa yang membuat ibuk kaget, toh biasanya ayah kalau sedang libur memang suka meluk ibuk dari belakang kan, Mumpung anak - anak belum bangun" jawab Pak Dawuh dengan nada sedikit bercanda untuk mencairkan suasana agar Bu Sri sedikit lebih tenang.
"Ibuk kaget karena tadi ibuk melihat bapak pergi kerja dengan pakaian sudah rapi, tapi kok sekarang ayah di rumah dan baru bangun tidur meluk ibuk di belakang pula" jawab Bu Sri dengan wajah yang masih bingung dan takut.
"Ah ibuk mungkin hanya kepikiran sesuatu saja , mungkin ibuk habis mendengar cerita dari ibu- ibu. Terus kepikiran sampai rumah melamun tambah kangen ayah jadi kebayang ayah yang ganteng kayak artis Korea ini kan bu? " jawab Pak Dawuh bercanda sambi memijat kaki Bu Sri dan mencolek dagu Bu sri, kemudian mendekat semakin dekat dan dekat lagi hampir sampai ke bibir Bu Sri yang mungil dan merah merona tetapi dengan sigap Bu Sri menutup mulut pak Dawuh yang siap menerkam bibir manisnya.
"Apa sih yah ibuk serius ini" jawab Bu Sri dengan tangan masih menutup mulut Pak Dawuh.
"Apa sih buk ayah juga serius ini" jawab ayah Arya sembari mengambil tangan Bu Sri yang masih di mulutnya dicium tangan Bu Sri menirukan nada Bu Sri.
"Ah ayah, selalu begitu kalau di ajak serius tidak bisa" Bu Sri marah memalingkan wajahnya dan tangan di silangkan di depan badannya.
"Aduh aduh iya iya maaf sayang kali ini serius jangan marah ya" rayu Pak Dawuh dengan memegang muka Bu Sri dan mengecup kening Bu Sri.
"Bener ya yah" suara Bu Sri lirih.
"iya sayang janji, mungkin ibuk tadi hanya kepikiran sesuatu saja buk, terus melamun seolah olah melihat bapak" jawab Pak Dawuh dengan nada lemah lembut.
"Iya mungkin ayah benar, aku hanya kepikiran cerita Bu Tejo tadi" ucap Bu Sri dalam hati,berusaha menenangkan diri.
"Ya sudah Bu sana terusin masaknya, nanti anak- anak keburu bangun, ayah mau mandi dulu" perintah Pak Dawuh sembari berdiri dari bangku mereka duduk.
"Iya yah" kawab Bu Sri yang ikut bangun dari kursi.
"Eh buk ada yang kelupaan" Pak Dawuh berbalik berbisik di telinga Bu Sri.
"Apa sih yah geli" ucap Bu Sri sambil mengusap kupingnya.
"Mau mandi bareng nggak" canda Pak Dawuh, sambil senyum-senyum dan mengedipkan mata genitnya.
".......... " Bu Sri hanya Diam seribu bahasa sambil mencubit perut Pak Dawuh sembari tersipu malu.
Pak Dawuh pun berlari menuju kamar mandi, dari pojok pintu terlihat wajah mungil yang sedang bangun tidur dan mengusap usap mata kecilnya yang lucu. Dia ialah Arya anak bungsu Pak damar dan Bu sri.
"Eh Arya sayang sudah bangun ya nak?" tanya Bu Sri yang menghampiri Arya dan segera menggendongnya.
"Sudah buk tadi Arya Bagun tapi kok bang Ganu nggak ada ya buk" celoteh Arya yang masih mengusap - usap mata kecilnya.
"Ah masak sih ibu tadi lihat kalian berdua masih tidur bersama" jawab Bu Sri dengan lembut, dan berfikir mungkin Arya masih mengantuk kurang memperhatikan Abannya.
"Masak sih buk" jawab Arya kecil ,sembari turun dari gendongan ibunya dan menuju kamar lagi mengecek kakaknya karena penasaran.
"Iya ya mungkin aku salah lihat" kata Arya dalam hati sambil berjalan menuju kamarnya tetapi sebelum sampai kamarnya Arya malah melihat abangnya Ganu sedang berada di kamar tamu sebelum kamar Arya dan Ganu tidur.
"Loh kakak kok di sini ini, kakak kan tidur di kamar bareng aku kan" tanya Arya sambil menghampiri kakaknya Ganu.
Sedangkan Ganu hanya diam dan asik entak apa yang sedang dilakukan sambil membelakangi Arya, ya Arya tadi memang hanya melihat belakang kakaknya.
"Bab... abang...bang kenapa diam saja" tanya Arya sekali lagi.
"Abang... bang" Arya masih mencoba bertanya kepada kakaknya, tapi kali ini kakaknya merespon.
"Ya Arya " jawab Ganu sambil menoleh meringis sambil memakan sebuah telur ayam kampung.
"Loh bang abang makan telur kakak kan kakak nggak suka telur, kakak bau telur ajah muntah kakak sekarang sudah suka" tanya polos Arya.
"Apa mau...ayo sini" jawab Ganu sambil menyodorkan telur ayam kampung utuh dan mentah.
"Wooek, jijik Abang makan telur mentah dengan kulitnya!" Arya bertanya kepada Ganu sangat kaget.
"Iya sini...Abang kasih sini" Ganu mendekati Arya dengan muka penuh telur mentah dan kulit telur di wajah sembari menyodorkan telur.
"Tidak ..... tidak mau " teriak Arya sambil berlari menyusul ibunya .
"ibu... ibu, bang Ganu makan telur mentah di kar tamu ayo...ayo kasih kak Ganu buk" Arya memangil ibunya sambil menarik - narik baju ibunya menyeret ke kamar tamu tempat Ganu tadi berada .
"Masak sih Ar kan Abangmu paling anti sama telur apalagi mentah" Bu Sri heran tapi juga penasaran, berjalan sambil mengikuti Arya.
Sampai di kamar tamu tidak ada kejadian apa - apa dan kamar tamu pun masih terkunci.
Arya yang masih heran dan penasaran mendekati pintu berusaha membuka.
"Bener buk tadi bang Ganu di sini makan telur mentah, Arya nggak bohong buk" ungkap Arya masih teguh dengan apa yang dia katakan tadi.
"Iya iya ibuk percaya sayang, udah yuk cari Abangmu coba di kamar" jawab Bu Sri sambil mengelus kepala Arya dan menuntunnya ke kamarnya.
"Mmmm...mungkin Arya masih kecil dan ini imajinasinya" di dalam hati Bu Sri.
"Loh kok Abang masih di kamar si buk tadi dia makan telur di kamar keluarga, nawarin Arya juga, tapi Arya nggak mau" celoteh Arya setiba di kamar mereka.
"Bang .... bang Ganu bangun nak sudah siang" Bu Sri membangunkan Ganu yang masih tidur pulas dengan menyeret selimut yang di pakai Ganu.
"Emmmkh..iya buk, Ganu bangun" Ganu yang masih mengantuk menggeliat seperti halnya cacing keluar dari tanah.
"Bang bang Ganu tadi makan telur kan di kamar tamu" sahut Arya dengan muka serius
"Hah makan telur, apa sih buk Mas'ud Arya Ganu kan baru bangun tidur" Ganu kaget dan masih mencerna apa yang di katakan adiknya.
"Iya nggak papa Ganu, mungkin itu cuma imajinasi adikmu saja, dia bilang kamu makan telur mentah di kamar tamu" jawab ibu sambil melipat selimut, kemudian merapika, tempat tidur dan kamar mereka.
"Hah, makan telur loh buk apa sih ini, kan Ganu tidak suka telur" Ganu yang masih pusing dan penasaran masih mencari informasi dari ibunya.
"Ya sudah...sudah jangan dinoikitkan, itukan cuma imajinasi adikmu saja, ayo kita keluar cuci muka dan mandi kemudian sarapan ibuk sudah masak banyak" ajak ibuk sambil mendorong Arya dan Ganu keluar.
Di ruang makan ayah dan ibu sudah menunggu mereka sarapan. Dua buah hati mereka akhirnya sudah rapi dan siap untuk sarapan.
"Eh anak - anak ayah, sini sayang sarapan bersama" Ayah memangil kedua tanganya dengan menlambaikan satu tangan isyarat menyuruh datang.
Danu dan Arya kemudian duduk di kursi Masing - masing menyantap makanan mereka dengan lahapnya. Selesai makan mereka langsung bermain keluar selayaknya anak - anak seusia mereka dan lupa dengan kejadian pagi tadi yang mereka alami.
Di meja makan masih ada ayah dan ibu.
"Buk kenapa sih masih melamun" tanya pak damar yang melihat istrinya dari tadi melamun bahkan mencuci piring dan membereskan dapur pun melamun.
"Ah bapak nggak apa - apa pak" Bu Sri menjawab pertanyaan pak Damar yang memecahka lamunannya.
"Ibuk masih kepikiran masalah tadi pagi ya" tanya pak damar sambil memeluk Bu Sri di belakang yang seng mencuci piring.
"Iya pak perasaan ibu.........
Bersambung..........
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 23 Episodes
Comments