"Iya pak perasaan ibuk kok nggak enak ya,masih terus kepikiran masalah tadi pagi juga sama cerita si Arya" Bu Sri meletakan cucian piring, kemudian menoleh sembari melepaskan pelukan Pak Dawuh.
"Sudah lah bu kalau soal Arya kan dia masih kecil, anak kecil itu imajinasinya luas bu" jawab Pak Dawuh sembari duduk di kursi saat dia makan.
Tapi tetap saja perasaan Bu Sri campur aduk tidak tenang.
Malam pun tiba di sinilah semua awal kejadian terjadi dengan jelas.
"Bu anak - anak sudah tidur?" tanya Pak Dawuh sambil makan cemilan criping singkong di depan tv.
"Sudah pak Ganu dan Arya selesai belajar langsung tidur" jawab Bu Sri sambil ikut nyemil singkong di depan tv .
"Pak kok ibuk merasa aneh ya, ahir - Ahir ini seperti banyak sekali kejadian di luar nalar" celoteh Bu Sri sambil mengamati sekitar ruangan karena dari tadi dia merasa ada sesuatu yang mengawasinya.
"Ah ibuk aneh - aneh saja,banyak peristiwa gimana kan cuma dua kali, ibuk sama Arya itu pun belum mesti benar" sahut Pak Dawuh sembari rebahan berhantam kaki Bu Sri yang kecil tapi nyaman.
"Tapi yah, kejadian pak satpam yang katanya melihat bapak malam - malam malam di depan rumah terus di samperin malah bapak meringis sambil menggok tp kepalanya doang, kan itu di rumah kita pak!" ucap Bu Sri dengan nada agak keras dan sedikit kesal karena Pak dawuh terlihat cuek dengan kejadian yang terjadi.
"Sudahlah Bu kok ibuk jadi parno begini sih, tenang saja Bu semua akan baik- baik saja" jawab pak dawuh dengan lembut sembari memeluk Bu Sri dan mencium kening Bu Sri.
Di lain tempat, tepatnya kamar tempat Arya dan Ganu tidur. Arya terbangun karena mendengar sesuatu seperti benda jatuh tetapi terus menerus.
"Duk...jedhuk ...Duk....Duk" suara benda jatuh.
"Emmmhhh..suara apa itu" suara Arya lirih sambi mengusap- usap matanya yang masih satu karena mengantuk.
Arya yang terbangun karena mendengar suara, bangun dari tempat tidur dan menyusuri lorong ruangan mencari sumber suara di tengah - tengah penelusuranya tepatnya di kamar tamu arya mendapati sebuah telur yang menggelinding.
"Loh kok ada telur dari mana ya kok kamar tamu juga terbuka, apa ibu lupa mengunci pintu dan menjatuhkan telur di sini?" ucap Arya sambil mendekati kamar dan mengambil telur di depannya.
"Bruk...glodiak.. Duk!" suara dari dalam kamar tamu.
"loh suara apa ya di sana apa ibu di dalam, tapi kok lampunya mati" celoteh Arya lirih sembari berjalan masuk di kamar yang gelap dengan berhati- hati.
"Glodiak...dug..dug..dug!" Arya menoleh kepadanya kemari mencari sumber suara yang seperti puluhan telur rebus jatuh.
Dari kejauhan dan gelapnya kamar serta sunyi ya malah Arya melihat ibunya sedang duduk bersimpuh di lantai dan membelakangi Arya.
"Buk ibuk kok disini malam malam,lampunya tidak di hidupkan lagi" kata Arya kepada ibunya tapi Bu Sri hanya diam.
Arya yang penasaran dengan apa yang sedang dilakukan ibunya, mendekati sang ibu .
"Ibu lagi apa sih Arya panggil kok diam saja" ucap Arya sembari melihat ibunya.
"Ahhhhhhhh!" suara teriakan Arya yang sangat ketakutan, karena melihat ibunya memakan tangannya sendiri sembari memakan telur mentah yang ada banyak di depannya.
"Ayah ayah, ibu jadi hantu ayah" teriakan Arya sekuat tenaga sambil berlati menuju kamar kedua orang tuanya.
Tapi hal yang tidak di inginkan terjadi, Arya yang tadinya berlari keluar malah hanya memutar di kamar tamu saja.
"Kenapa ini, aku tidak bisa keluar dari kamar, tolong ayah, ibuk, abang...tolong Arya" teriakan Arya di dalam kamar,sambil menangis dan tumbang di lantai.
"Hahaha jangan menangis anak manis, ini makan telur rebus saja" tiba - tiba terdengar suara gemuruh dan besar di dalam kamar yang tadinya hanya ada Arya saja.
"Hiks hiks haaaaa ...haaaaa...ayah tolong Arya" tangis Arya yang sangat ketakutan dan menangis histeris mendengar suar tersebut.
"Tak usah menangis, Arya kenapa kamu takut bukankah kamu yang memanggilku kemari" suara mahluk yang belum menamakan wujudnya tersebut.
"A...a...aku ti...ti..dak.. meman...memangilmu" jawab Arya dengan suara terputus putus dan nada yang kadang tidak keluar karena saking ketakutan.
"Hahaha kau lah yang memanggilku...Arya...kau hahaha, lihat aku lihat aku di sini di pojok pondasi omah arah wetan tengah dedege srengenge, Yang artinya rumah arah timur di tengah berdirinya matahari, apakah kau ingat arya" suara yang besar dan gemuruh itu menjawab pertanyaan Arya sambil menampakan wujudnya yang besar berjenggot bermuka seperti mosnter, berwarna hijau abu abu, dengan mulut lebar gigi runcing serta lidah yang panjang dengan air liur yang terus mengalir keluar. Mahluk itu menempel di pojok pondasi.
Ya ruang yang di taruh sesaji oleh Arya dan kawan - kawan adalah kamar tamu ini.
"Tidak...tidak...aku tidak memanggilmu, aku memangil penjaga rumah agar anti maling" jawab Arya dengan polosnya.
"Iya betul itu aku...PURWO...sang penjaga rumah dari maling...hahahahaha"suara Purwo masih dengan nada yang sangat besar dan menakutkan.
"Bukan....bukan kamu aku tidak memanggilmu...hiks...hikss...hikss.....haaaa...haaa...ha" suara Arya disela- sela tangisannya.Ya dari tadi Arya masih menangis dan masih diposisi sama tumbang di lantai dengan kaki yang lemas seperti mati rasa.
"Hahaha...arya..arya...terimakasih sudah memanggilku...tatapi terimakasihku sudah aku bayar dengan menjaga rumahmu dari maling, juga itu keinginanmu dari awal tapi, kau belum membalas jasaku....kau harussss membalasnya.....harusss.....hahahaha" jawab Purwo sang mahluk menakutkan sembari terutama gemuruh dan mengeluarka air liurnya yang menjijikan.
Tiba- tiba dari ruangan lain terdengar suara jeritan Ganu sang kakak, disusun oleh sang ibu, dan terakhir sang ayah dengan memangil suara Arya.
"Arya .....lari nakkkk lari...hubungi enyangmu...lari nak!" teriakan ayah yang semakin lama semakin menghilang.
Diruanga lain arya dengan pikiran yang kosong di buyarkan dengan teriakan ayahnya, kemudian Arya sadar dan berlari keluar karena mahluk Purwo tidak ada di ruangan yang sama, sepeti halnya tadi entah di kemana tapi bukan itu yang Arya pikirkan.
"Lari...lari....aku harus lari ..harus selamat agar bisa menyelamatkan keluargaku" saat itu yang ada dipikiran Arya, sambil berlari menuju telepon rumah, tanpa pikir panjang Arya menelfon sang Eyang...waktu itu menunjukan pukul 12.00 malam.
"Ayo...yang...eyang..angkat telepon Arya" suara lirih Arya yang tidak tenang sembari menoleh kesana kenari dan gugup.
"Kriiiingggg... kriiiingggg...kriiiinnng" suara telefon di rumah enyang berbunyi dengan keras. Pada saat itu eyang Arya baru saja mau istirahat, tetapi dengan suara telepon yang berbunyi terus menerus memutuska untuk mengangkat telefon.
"Halo siapa ini?" jawab eyang sambil memegang gagang telepon rumah dan diletakan di kupingnya.
"E...e...yang..i...i..ini ...Arya to...tolong Arya...yang..aaaaaaaaaa" jawab Arya dengan nada ketakutan sambil berteriak.
"Arya kamu kenapa? Arya ayo ngomong kamu kenapa Arya?" sepontan Enyang menjawab dengan suara yang keras.
"Haloo....Arya....halooo..tut...tut.....tut" suara nenek yang masih keras memanggil Arya tetapi hanya nada suara telepon dari Arya yang sudah terputus.
Di saat itu hati eyang tidak tenang dan segara dia menuju ruang pribadinya dan bersemedi. Ya Eyang Arya adalah seorang paranormal yang cukup terkenal, dia bernama Enyang Nimas. Dia mempunyai 2 anak yaitu Pak Jarwo kakak dari Ayahnya Arya Pak Dawuh kemudian Pak Dawuh sendiri, tetapi yang meneruskan keparanormalan hanya sang kakak Pak Jarwo sedangkan Pak dawuh dia tidak mau karena menurut Pak Dawuh keparanormalan keluar dari keinginan dan hari nurani Pak Dawuh padahal sang ibu Eyang Nimas sering kali membujuk Pak Dawuh dia tidak meminta meneruskan hanya akan mengajarkan sedikit ilmu agar melindungi Pak Dawuh dan keluarganya dari hal- hal yang tidak di inginkan tetapi Pak Dawuh tetap menolak. Kemudian dituangkan itu sang eyang membuka mata batin memijat keadaan rumah Arya dia melihat rumah Arya di penuhi dengan selaput gaib dan dia sudah menduga ada yang tidak beres di rumah Arya Tanpa berfikir lama dia menghubungi Pak Jarwo untuk mengantar kerumah Pak Dawuh tanpa menjawab Pak Jarwo pun langsung bergegas mengeluarkan mobil karena Pak Jarwo sendiri sudah tau karena Pak Jarwo juga mempunyai ilmu kebatinan yang diturunkan sang ibu dan pergi menjemput sang ibu, dikarenakan Pak Jarwo dan Eyang Nimas tinggal di tempat berbeda. Tetapi hanya beberapa langkah saja dari rumah masing masing.
"Ayo mbok" kata Pak Jarwo di dalam mobil yang sudah siap dengan muka serius.
"Ayo le" jawab eyang yang dari tadi sudah siap di depan rumah.
Kembali lagi di rumah Arya.
"E...e..yang ..i...i..ini ...Arya to...tolong Arya...yang..aaaaaaaaaa...." suara Arya meminta tolong kepada sang nenek tetapi tidak di sangka sulur panjang seperti tentakel gurita yang menjijikan penuh dengan lendir menarik kaki Arya dengan keras.
"Aaaaa........aduh...bawa Arya saja ..tapi lepaskan keluarga Arya mereka tidak tau apa-apa" pinta Arya dengab penuh harap.
"Haha lepaskan tidak akan" suara Purwo yang menyahut dengan nada yang garang dan menakutkan.
"Tidak ....tidak...aku tidak salah apa apa kenapa kau menggangguku mahluk jelek bau" teriakan Arya di dalam sulur tentakel yang membungkus dirinya
"Hahaha...ya kamu tidak salah anak kecil,tapi ini imbalanku atas jasaku menjaga rumahmu..kau harus menumbalkan seluruh keluargamu dan juga dirimu" jawab Purwo sang mahluk.
"A..amppun....am...ti..lep...pas" suara Arya yang semakin menghilang karena lilitan tentakel yang semakin kencang dan semakin rapat.
"Haha tenang anak kecil, aku tidak akan memakanmu dulu karena aku sudah kenyang memakan 3 keluargamu" suara Purwo yang menggelegak sambil tertawa.
Arya yang berada dalam tentakel hanya bisa menangis dan menyesali perbuatannya, lama - kelamaan dia pun tidak sadarkan diri. Karena kelelahan Serta kaget dengan kejadian yang di lewati.
"Tin...tin...tin...tin" suara klakson mobil di luar rumah arya.
"Mbok kita masuk saja, tidak ada yang bakal menjawab" kata Pak Jarwo sembari menoleh ke simboknya.
"Ya baiklah" jawab eyang yang sudah tau dan sudah mengerti dengan keadaan dan yang pak Jarwo maksud.
Ya dengan melihat rumah Arya Pak Jarwo dan Eyang Nimas sudah mengetahui keadaan dan sudah mengetahui bahwa anak bereserta keluarganya telah tiada karena ulah mahluk.Tetapi dengan berat hati dia masuk kedalam rumah tersebut berharap masih ada sisa keluarganya yang masih bisa dia selamatkan.
"Mbok sek legowo mbok, dewe pancen telat mbok mugo - mugo Gusti iseh Maringi keselametan" ucap Pakde Jarwo dalam bahasa Jawa sembari mengelus pundak simboknya. Yang artinya (Mbok yang sabar mbok kita memang telat mbok semoga tuhan masih memberi kesalelamatan ).
"Iyo le...semoga masih ada yang tersisa" jawab simbok dengan nada lirih sembari menguatkan bawahanya.
"Woe...dedemit kurang ajar keluarlah...muncul hadapi aku" suara Eyang Nimas yang lantang mengisi seluruh ruangan rumah Arya.
"Hahaha...siapa ini yang berani memanggilku.dengan nada tinggi" suara Purwo sembari menampakan dirinya.
"O...o...jadi kamu Purwo yang mengusik keluargaku?" suara enyang dengan nada penuh amarah.
"Haha jadi kamu baru muncul Eyang Nimas...ya ini aku Purwo...Purwo yang pernah kamu singkirkan dan yang pernah kamu usik yang tuanya kamu bunuh" jawab Jarwo dengan nada mengejek.
Singkat cerita dahulu Eyang Arya, diminta oleh seorang pejabat daerah untuk membersihkan pendopo yang sudah antik karena sering terjadi hal- hal yang tidak di inginkan. Tanpa di sadari eyang sudah menyinggung mahlu tersebut dan membuat tuanya terbunuh ini awal mula terjadinya dendam mahluk Purwo.
Dahulu yang menghasut Arya jugalah Purwo.
"Hah..kurang ajar akan kuhabisi kau! kemari kumusnahkan kau mahluk menjijikan, sun manta aji...ajiku" kekesalan dan amarah Pakde Jarwo di barengi suara lirih Pakde Jarwo yang membaca mantra.
"Aaaaaaaaa cukup......aaaaaaaaa............
Bersambung........
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 23 Episodes
Comments
Bintang mehong
Semangat💪sama2 pemula 😁🤙
2021-04-15
2
Queen
hai thor aku mampir lagi
2021-04-15
2
sugik
semangat semangat semangat, lanjut kan 🥺🥺🥺🥺🥺🥺.
saranku tolong kapital nya di perhatikan!!!
2021-04-11
5