Satu bulan berlalu setelah pernikahannya dengan Willi, tak ada yang berkunjung ke mansionnya sekalipun orang salah alamat. Persediaan minyak tanah dan lilin bahkan beras juga menipis, hari sudah memasuki petang.
Tiga minggu yang lalu Jim mendatanginya untuk meminta tanda tangan, tetapi Sofia bersikukuh tak mau bercerai. Jim pulang tanpa hasil. Laporan yang di sampaikan pada memancing kemarahan Willi.
Sofia memasak di dapur, tepatnya hanya merebus sayur sayuran. Dinginnya udara malam membuat Sofia berdiam di dekat kompor menghangatkan tubuh.
Suara mobil mendekat, derunya terdengar sampai ke dalam mansion, Sofia terlihat gembira. Berlari ke depan untuk melihat siapa yang datang. Tanpa disadari dia lupa mematikan kompor.
Ternyata William datang, tubuh dengan tinggi menjulang, wajahnya yang tampan dengan pundaknya yang bidang. Jim mengikuti dari belakang.
"Kamu tunggu di luar saja, aku tidak lama hanya meminta tanda tangan."
"Baik tuan."
Jack melangkahkan kakinya dengan gontai, Jim hanya menghawatirkan tuannya sore tadi bertemu relasi di sebuah bar. William adalah peminum yang hebat, susah membuat william untuk mabuk, berapa botol minuman yang di teguknya tak membuatnya mabuk. Tetapi tidak dengan sekarang. Willi sengaja mencari minuman yang benar benar memabukkan tujuannya saat menemui Sofia rasa bencinya tak akan hilang.
"William kamu datang? Aku menunggumu. Apa kamu sudah makan?"
Pertanyaan di sampaikan kepada William dengan menunduk. Tentu saja seandainya William sudah makan ataupun belum tak ada artinya, karena di mansion ini minim sekali bahan masakan.
William hanya menampakkan wajah kesalnya, sekali lagi dia mendorong Sofia.
Sofia meringis kesakitan, rambut hitamnya yang panjang di tariknya oleh William ke dalam kamar. Sofia menangis keras, kedua tangannya menahan tangan Willi agar tak menyakitinya.
Jim yang mendengar terikan berniat melihat ke dalam, ternyata tuannya menyiksa Sofia, tetapi apa daya Jim hanyalah seorang pengawal.
William membanting tubuh Sofia ke atas ranjang, merobek semua baju yang di kenakan Sofia. Mata William menggelap.
Kata kata kasar selalu keluar dari mulut Willi. Sofia ketakutan kedua tangannya menutupi dadanya dan tubuh sensitiv lainnya.
"William tolong jangan begini, aku istrimu. Jangan kasar padaku. hu hu hu."
"Sudah aku bilang tanda tangan, kenapa kamu tak mendengarkan aku ha? Kalau kamu tidak mau menandatanganinya maka jangan harap kamu bisa meninggalkan mansion ini."
Kemudian dengan ganas William memperkosanya. Tanpa pemanasan dan tanpa aba aba membuat sofia kesakitan, tubuh Sofia penuh luka lebam dan gigitan berwarna biru kemerahan. Sofia tergolek di lantai, menangis meratapi nasipnya. Cukup lama Sofia terdiam, belum lagi perutnya terasa lapar.
Sementara itu Jim yang duduk di teras mansion mencium bau hangus, dengan sigap Jim berlari ke dapur mematikan kompor. Jim terkesiap melihat sayuran yang di rebus sebagian telah gosong.
Langkah kaki terseok seok memasuki pintu dapur.
"Nona, maaf tadi saya yang mematikan kompor."
Tak ada sahutan dari mulut Sofia. Sofia berjalan mendekati panci gosong itu, memilah sayur yang masih layak di makan.
Sofia mengambil sepiring nasi dan sayur, dia duduk di kursi makan. Tanpa menghiraukan Jim yang melihatnya dengan tatapan terheran, Sofia memasukkan sayur dan nasi itu ke dalam mulutnya. Jim yang melihatnya sangat bergidik. Melihat wajah Sofia tanpa ekspresi. Tetapi tiba tiba Sofia mengeluarkan suara.
"Jim.."
"Ya nona."
"Bisakah aku meminta sesuatu?"
"Ya nona."
"Tolong kirimi aku beras, lilin dan minyak tanah."
"Itu saja nona? "
"Apakah boleh yang lain? Tentu tidak kan? Kamu pasti menjawab tuan muda tak mengijinkannya. Ya kan?"
Kenapa nona tak menandatangini saja? Karena kalau nona menandatangini berkas perceraian itu, membuat nona lebih mudah lepas dari kekejaman ini.
Ucapan Sofia dengan datar. Jim meninggalkan dapur dengan perasaan bersalah.
Memang tuannya sangat keterlaluan, apa lagi perlakuan tuannya terhadap Roni ayah Sofia. Sangat tidak manusiawi. Roni pengusaha kaya walaupun perusahaannya tak sebesar milik William, di hancurkan dalam hitungan satu hari. Bukan kehidupan Roni saja yang di hancurkan, bahkan kehidupan Sofia juga di hancurkan.
Jim meninggalkan mansion, rupanya tuannya tertidur dan mungkin esok hari baru berangkat ke kantor.
Sofia berjalan ke kamarnya, membuka pintu pelan pelan, dia takut suara langkah kakinya akan membangunkan William.
Sofia tak berani memasuki kamar. Dia tertidur di atas karpet ruang televisi, dulunya adalah ruang keluarga dengan tv yang berukuran besar, tetapi sekarang tak ada lagi listrik di rumah itu, tentunya barang itu hanya menjadi rongsokan. Sofia tidur tanpa selimut, di mansion yang besar itu hanya ada selimut satu saja. Dan sekarang di pakai untuk menyelimuti William. Malam begitu dingin, Sofia menggigil. Mulutnya memanggil sebuah nama Willi, willi, willi.
William yang terganggu tidurnya mencari dari mana asal suara itu. Betapa kesal hati William, melihat siapa yang mengganggu tidurnya, William melihat segelas air minum yang berada di atas meja. Dia mengambilnya, disiramnya air minum itu ke wajah Sofia.
Sofia seketika terbangun, dia tampak terkejut. William yang sudah tak mabuk lagi tak kalah terkejutnya melihat tubuh Sofia yang semakin kurus, rambutnya juga lusuh. Semalam William tak memperhatikannya. Sekujur tubuhnya membiru bekas gigitan. William juga merasa tak percaya bagaimana bisa dia melakukan hal itu, sudah satu bulan setelah pernikahannya dengan Sofia. William sama sekali tak menyentuh Elsa, tak di pungkiri di dalam hati William masih mencintai Elsa. Hanya saja hasrat dan fikirannya terfokus pada Sofia.
Sofia begitu ketakutan, gemetar karena demam bercampur terkejut.
"William kenapa kamu tega sekali?"
"Enak sekali kamu tiduran."
"William aku sakit, badanku demam dari semalam."
"Alasan, pergi dari hadapanku, mataku sakit melihat kamu." William mengucapkan sembari tangannya mengibaskan tangan Sofia yang memegang ujung baju William.
Sofia berjalan tertatih tatih neninggalkan William menuju kamar mandi untuk sekedar membasuh tubuhnya yang kotor tersiram air minuman. Sofia menangis sejadi jadinya di kamar mandi. Badannya yang demam di guyurnya dengan air dingin hingga menggigil. Setelah di rasa cukup, Sofia keluar menuju kamar mengganti bajunya dan membungkus dirinya dengan jaket tebal.
William kembali ke kamar mendapati Sofia masih terduduk di depan kaca emosinya kembali naik.
"Kalau kamu belum menandatangani surat cerai itu, selamanya aku akan menyiksamu. Belum sempat Sofia menjawab suara mobil terdengar memasuki halaman mansion.
William keluar mansion di dapatinya Jim menenteng kantong plastik hitam dan sebuah jurigen minyak tanah.
"Apa yang kau bawa?"
"Nona Sofia meminta pada saya untuk membelikan lilin dan beras juga minyak tanah."
"Hanya itu? Awas kalau sampai kamu membelikan yang lain."
"Tidak tuan muda, anda bisa memeriksa kembali kantong plastik ini."
"Tidak usah, taruh saja di situ biar dia mengembalikan sendiri."
"Baik."
Jim meletakkan kantong plastik berwarna hitam, mereka bersama meninggalkan mansion ini.
Hai Pembaca yang budiman, apa novelnya sudah cukup kejam? Ini hanya sebuah novel dunia halu , jangan baper ya.
😘😘😘😘😗
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 148 Episodes
Comments
May Tanty
bertahan lah Sofia sampai kau merenggang nyawa...bawa cinta mu ke alam kubur...eneg DECH sama Sofia...
2021-11-13
0
Sulati Cus
masih aja bertahan dg suami g bermoral esmosi ak
2021-09-15
0
Fifit Holida
pengen marah tapi alur ceritanya udah begini...
jadi mewek terus q thor sumpah...😢😢😢😢😢😭😭😭😭😭😭
2021-08-12
0