Selamat hari kamis untuk abang berkumis tipis. Dapat salam dari gadis manis berlesung pipi.
Happy reading ♥️
_____________________
"Hey bocah apa yang kau lihat." Terdengar suara menginterupsi kegiatan Deena tepat dihadapannya. Tatapannya terputus dengan sang adik, terganti dengan setelan jas berwarna Navy.
Gadis itu mendengus kesal. "Apaan sih om, buat kaget aja tau ga, lagian ngapain coba om disini." Cicit gadis itu dengan wajah sewot.
"Harusnya kau itu menyalamiku seperti mereka." Sindir pria dihadapannya sambil menunjuk kedua mahasiswa penerima beasiswa dengan dagunya.
Sebelum Hanska mengulurkan tangan agar Deena menyalaminya, Gadis itu sudah lebih dulu menyambar tangan Hanska dan mencium punggung tangan pria itu dengan bibir mungilnya.
Mata Hanska membulat sepersekian detik, ada desiran aneh mengaliri jantungnya. Tak seperti mahasiswi yang lain, mereka hanya menjabat tangannya sambil menunduk sedikit, sedangkan Deena langsung mencium tangannya. Hal yang aneh bagi Hanska.
"Silahkan pak menyerahkan penghargaannya." Ucap pria disamping Hanska sambil menyerahkan Piagam dan plakat diterima oleh Hanska lalu menyerahkannya kepada Deena. "Lumayan.. agak lemot." Ucap pria itu sambil berlalu.
Deena me melototkan matanya kesal kearah Hanska yang sudah menuruni podium.
Deena dan mahasiswa lainnya juga sudah turun kembali ketempat masing-masing. Sambil berjalan gadis itu memberinya isyarat dua jari menunjuk mata dan menyodorkan jarinya kearah Hanska seperti Deena akan mencolok matanya.
Seolah berkata. Awas kau om tua, aku mengawasimu!
Pria itu acuh duduk dengan tenang.
"Kok cemberut gitu yang dapet penghargaan." Ejek Aleta mencubit gemas pipi Deena.
Deena meng-aduh ria. "Tuh kan jumpa lagi sama si om om patung itu." Kesal Deena menghentakkan kakinya.
Aleta menatap bingung. "Om patung?" Beo nya mengulangi perkataan Deena. "Siapa?"
"Al nih aku dapet kesempatan magang di perusahaan terbesar." Elak Deena mencoba mengalihkan pertanyaan Aleta.
Aleta tersenyum lebar. "Asyikk bandar." Girang Aleta sedikit berbisik sebab acara masih berlangsung.
Deena sedang memikirkan mulai dari mana rencana pembalasannya.
"Deena! Ikut papa pulang." Geraman tertahan sangat jelas terdengar dari ucapan Bakara kepada putrinya. Sementara dari arah belakangnya terdengar suara kekehan.
Plakk.
Suara tamparan terdengar jelas memenuhi ruangan tengah rumah Bakara. "Kemana saja kamu beberapa hari ini?! Pengawas asrama bilang 3 hari kamu tak ada di asrama sementara di rumah juga tak ada!" Murka Bakara termakan omongan Larasati.
Adiknya itu memfitnah Deena dengan mengatakan Deena tidak pulang selama tiga hari, lalu kembali dengan diantar oleh seorang pria dewasa berkepala botak perut buncit seumuran Bakara.
Tentu saja yang terakhir itu bohong, Deena memang tiga hari izin berkemah, dan memang benar Ia di antar ke asrama oleh pria dewasa namun baik Hanska atau pun Arga, mereka tak setua ayahnya apalagi kepala botak dan perut buncit. Benar-benar kebohongan yang bodoh, dan dengan bodohnya sang ayah percaya tanpa bukti kongkrit.
"Dasar jal*ng! kau bahkan diantar pulang oleh pria tua! membuat malu saja." Bentak Bakara meluapkan emosinya.
"Tenanglah sayang pikirkan kesehatanmu, Deena masih remaja, dia masih belum mengerti caranya menjaga diri dari dunia luar." Bujuk Ratih mengusap punggung tegap suaminya. Terdengar seperti membela, namun kenyataannya menjatuhkan.
Deena memegang pipi kanannya. "Apa maksud papa? Papa nuduh aku?" Bela Deena tak terima dirinya difitnah.
Bakara berdecih. "Sama saja kau dengan ibumu, sama-sama murahan." Tanpa sadar Pria itu berucap. "Papaaa!! Jangan sebut mama murahan, wanita disamping papalah yang murahan, Dia pelakor!" Tetiak Deena.
Plakk. Plakk
"Sini kamu dasar anak tak tahu diri." Bentak Bakara menjambak rambut Deena dan menyeret anak gadisnya dari lantai satu ke lantai dasar. "Sakit pa sakit.." Ringis Deena berusaha melepas kepalan tangan Bakara dari rambutnya.
Brakk.
Klikk.
"Diam disitu, renungi perbuatanmu selama seminggu. kau tak boleh kemanapun." Ucap Bakara sambil mengunci pintu besi mirip seperti kandang hewan. Larasati dan ibunya tersenyum puas.
Seperti itulah perkiraan dalam benaknya Larasati.
Namun pada kenyataannya.
"Dasar jal*ng! kau bahkan diantar pulang oleh pria tua! membuat malu saja". Bentak Batara meluapkan emosinya. Ratih sudah akan memulai jurus meninggikan untuk menjatuhkan Deena, Namun dengan cepat gadis itu menyela.
"hahah, lucu sekali papa." Kekeh anak bungsunya sambil berdiri memegang pipi kanan yang berdenyut akibat tamparan sang ayah.
Deena bersumpah akan membalasnya berkali lipat. "Aku perlu bukti, mana buktinya aku pulang diantar seorag pria tua?" Balas Deena tegas namun tenang. Bakara terdiam mengerutkan alis.
"Tak ada? kalau begitu aku balik ke kamar." Ucap Deena berlalu menaiki tangga dengan hati puas membuat Larasati dongkol.
Sebelum Deena memasuki kamar, Ia sempat mendengar teriakan sang ayah. "Kuusir kau jika membuatku malu Deena." Ancam Bakara.
"Haa.. Pria kepala botak dan perut buncit katanya hahah. Andai saja si om patung itu mendengar, tak bisa kubayangkan wajahnya." Kekeh Deena menggelengkan kepalanya tak habis pikir.
Ia menatap langit-langit kamar. Pandangannya menjadi buram akibat air mata sudah menumpuk bersiap untuk turun. "Ma.. apa sih yang membuat papa sekejam itu sama Dee? Dee salah apa ma?" Terdengar lirih ucapannya.
Deena mencubit kedua pipi berisinya seolah hal itu bisa menahan air matanya. Merasa gerah Ia bangkit dari ranjang menuju kamar mandi.
Disini lain
Dalam ruangan yang didominasi warna coklat gelap bercampur emas itu, Hanska duduk di kursi kebesaran miliknya sambil menyipitkan mata menelusuri pikiran yang menerawang jauh. Ia kembali mengingat hal yang membuatnya penasaran beberapa hari belakangan semenjak pertemuannya dengan gadis tengil bernama Deena.
Meski samar, saat Hanska melemparkan Deena untuk masuk kedalam mobilnya dihari pertama mereka bertemu, Ia yakin betul ada sesuatu di tengkuk gadis itu.
Drrtt. Drtt. Drrttt. Terdengar panggilan masuk.
Ibu Negara ♥️ Is Calling.
Pria itu mengerutkan hidungnya sambil menggeser tombol hijau. "Cintaku.. mama sudah menitipkan makan siangmu, jangan lupa dimakan ya nak." Terdengar suara khas dan lembut menyapa gendang telinganya. Rihlah Alzavier. Sang mama tercinta.
"Honey jangan memanggil pria lain dengan sebutan cinta, aku tak suka itu! kau hanya milikku!" Terdengar suara protes dari kejauhan, meski samar bagi telinga orang pada umumnya namun tidak bagi telinga terlatih milik Hanska.
Pria itu memutarkan mata malas. Pasti ayah.
Regantara Alzavier, Nama yang membuat banyak orang segan walau hanya memberi hormat, namun sangat bucin kepada sang istri, teramat posesif hingga anak sendiri Ia cemburui.
"Hey ayah, ingat umur." Heran Hanska melihat kelakuan sang ayah yang sudah hampir 60 tahun itu masih terus menganggapnya seperti saingan cinta.
"Setidaknya saat umurku seusiamu, anakku sudah besar." Ejek balik sang ayah tak mau kalah. Hanska kicep tak bisa mengelak.
"Lihat dirimu sudah berjalan 34 tahun, nanti jika kau terlalu lama menikah, saat umurmu sudah seperi ayah, anakmu baru masuk paud. Hahah." Terdengar tawa jahat dari seberang sana. Perkataan Telak itu membuat Hanska tak berkutik. Hanska membuang napas.
"Mama dengar giokmu ditemukan oleh anak gadis? Siapa Dia? bawa kemari kenalkan pada mama." Tanya Rihlah teringat tujuan awalnya menelpon sang anak.
"Hemm, ah gimana nanti aja, Hans sedang ada meeting. Bye. love you." Ucap Hanska beruntun langsung mematikan panggilannya tanpa mendengar jawaban dari sang mama.
Bisa kacau jika sang ayah sampai mengejeknya lagi.
-
-
-
-
-
-
-
-
To Be Continue >>>>
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 91 Episodes
Comments
sqSEVILLA.HA
cerita nya bagus aq suka 🥰🥰
2021-11-30
1