Tak kenal maka tak sayang. perkenalkan aku Ritsmi, bisa disapa Rhea ataupun yang baik". Suka sekali menggangu ketenangan orang, gampang baper, dan paling suka tertawa. Dear readers, mari berteman, aku suka menabung banyak teman. Salam kenal dariku.
Happy reading ♥️
__________________________
Episode sebelumya
"Hey turunkan aku brengs*k, om mau menculikku? aku tak punya apapun selain.. hmpp hmppp." Pria itu membekap bibir mungil Deena dengan tangannya, berisik sekali, pikirnya.
-
Deena menatap kesamping. "Om suruh mereka anterin aku pliss, asal jangan disini om." Pinta Deena sekali lagi menggoyang-goyangkan lengan pria itu berharap mendapat perhatian.
Lanjut
"Permintaan nona akan kami proses, ini kartu nama saya jika anda butuh bantuan dilain waktu." Ucap Arga sembari memberikan kartu tanda pengenalnya. Deena mengangguk langsung berlalu memasuki gedung universitas.
Sesampainya di asrama, Deena membaringkan tubuh lelahnya keatas ranjang. Bagi para pembaca tentu hal yang dialami Deena seharian ini hanyalah segelintir saja. namun yang Deena rasakan diingatannya tidak seperti itu.
Ingatan bertahun-tahun yang Ia miliki dikehidupan lampau membuat semua masalah seolah terjadi dalam sehari.
Deena mengetukkan jarinya, hari sudah malam, namun Aleta belum juga kembali, mungkin sahabatnya itu tengah menginap dikediaman Dirga si pacar posesifnya. Entahlah, Deena akan menanyakannya nanti.
Sudah lewat beberapa hari semenjak kepulangannya dari rumah sakit hingga bertemu Hanska. Deena terbangun pagi sekali. Dengan posisi terlentang Ia menatap langit-langit kamar dengan tatapan kosong.
"Deena..!" Teriak gadis berambut merah kecoklatan itu membuat gadis yang masih setia menyelami kekosongan pikirannya tersentak kaget.
Dipeluknya tubuh mungil Deena. "Lo kok gabilang sih balik ke asrama? tau gitu gue ga perlu repot nginep di rumah Dirga." Rajuk Aleta memanyunkan bibirnya tanda tak terima.
Deena yang ingin mengomeli sahabatnya itu, urung dilakukannya melihat mode manja Aleta. "Sorry, beberapa hari lagi kan penyambutan maba." Jawab gadis itu mengelak.
Ia bangun berjalan kekamar mandi.
"Lo mau kemana lagi? tuh kaki udah sembuh bener kan?" Tanya Aleta persis emak-emak tukang ngomel.
Deena menoleh. "Mau jenguk mama." Jawabnya berlalu tanpa sempat melihat Aleta mengangguk.
Setelah Deena selesai, gadis itu langsung menuju ketempat yang sudah sangat lama dirinya tak menginjakkan kaki disana.
"Stoop disini pak." Ucapnya menepuk-nepuk sandaran supir demi mendapat perhatian. Sang supir langsung memberhentikan mobilnya menoleh kearah Deena.
"Neng penduduk sini?" Tanya si supir ragu melirik sekitar, terlihat pria baya didepannya was-was menatap kearah Deena.
Gadis itu melepaskan kaca mata hitam yang bertengger dihidung kecilnya. Sambil mengerutkan pelipis. "Hadeh, ini lagi si bapaknya mah, saya manusia paak! masa iye siang bolong gini setan muncul, takut jadi item dianya paak." Jelas Deena gemas sambil memberikan uang kertas berwarna biru.
Si supir menggaruk kepalanya yang tak gatal, menyengir kearah Deena. "Heheh sorry ya mbaknya, saya parno melulu abis nonton film horor." Kekeh pria itu.
Tak ingin berlama-lama, Deena segera turun menyusuri jalanan komplek yang terlihat sepi senyap namun terasa asri. Semilir angin berhembus menerpa surai berkilaunya.
"Ma.. Dee kembali, lagi." Ucap gadis itu berjongkok mengusap nisan dihadapannya seolah Ia sedang mengusap wajah sendu milik sang ibu.
"Mama gimana kabarnya? Dee.. Dee kangen banget ma sama mama, mama juga kangen kan sama Dee?" Tanya Deena dengan suara parau, siap-siap bulir yang sedari tadi ditahannya tumpah ruah.
"Ma.. kali ini Dee kembali untuk membalas semua perbuatan mereka ke mama, mama.. mama tenang aja, pokoknya Dee bakal jaga diri.. hikss" Walau tau Ia tak akan mendapatkan tanggapan, namun gadis itu terus berbicara seolah sang mama mendengar kata-katanya dan menyetujui rencananya.
Gadis itu menangis. "Mama tau ga hati Dee hancur banget saat tau papa membawa wanita simpanan dan seorang anak kerumah?"
"Yang lebih parahnya, peninggalan mama yang buat Dee ngerasa mama ada didekat Dee, malah diambil untuk dijadiin hadiah buat simpanannya ma.. hikks, Dee ga rela.." Jelas gadis itu sesenggukan.
Walau pipinya sudah basah dengan air mata, Deena tetap melanjutkan perkataannya. Tiba-tiba wajah menyebalkan Hanska muncul dikepalanya. Gadis itu berdecak sebal. "Maaf ma, Dee bukan kesal dengan mama kok hiks.. Dee itu cuma kesel sama om-om yang Dee jumpai di rumah sakit kemarin." Jawab Deena seolah sang ibu melihat kegundahannya. Gadis itu berhenti menangis, mengusap pipi.
"Orangnya kasar banget, udah gitu suka seenaknya sama Dee ma, Dee kan gemes pengen ngejambak tuh janggut si om tua. Walaupun ga ada sih janggutnya." Adu Deena sambil memanyunkan bibir kedepan.
Gadis itu mengetuk-ngetukkan jari telunjuknya. "Tapi ganteng banget ma, matanya itu loh Dee suka." Tambah gadis itu dengan lesu.
Deena melihat jam yang melingkar di tangan kirinya. Satu jam lagi acara penyambutan mahasiswa/i baru akan dilangsungkan sekaligus serah terima beasiswa untuk 3 orang dengan IPK tertinggi se-Universitas. Tentu saja Deena salah satunya.
Dengan adanya beasiswa itu, mereka secara langsung mendapatkan izin magang dari perusahaan terbesar pertama di negaranya, jika predikat dengan IPK tertinggi masih mereka sandang hingga lulus, secara resmi perusahaan akan mengontrak mereka.
Dengan bodohnya, dulu Deena menolak secara cuma-cuma kesempatan emas itu akibat bujukan Joan yang menghasutnya dengan mengatakan.
Kamu fokus kuliah aja sayang, buat apa aku sebagai suamimu kelak jika kamu memilih bekerja? masa kamu anggurin aku sih, ntar kalau kita udah nikah tugas kamu itu cuma ngurus aku sama ngurus anak doang.
Deena bergidik ngeri mengingat perkataan manis Joan, siapa yang tak terbuai jika sudah begitu.
Ah lupakan!!
Gadis itu menatap batu nisan Thalia. "Mama do'akan Dee yah ma.. Dee bakal sering kesini buat jenguk mama." Ucapnya mencium batu nisan milik ibunya lalu melangkah kakinya menuju kampus tercinta.
Teramat fokus bercerita kepada almarhumah Thalia. Deena bahkan sampai tak sadar jika sedari tadi aktifitasnya disaksikan langsung oleh pria berjas hitam lengkap dengan dasi merah menghiasi. pria itu menatapnya dengan tatapan yang sulit di artikan, terlihat jelas seringaian licik dibibirnya.
"Apakah perlu kita menawarkan tumpangan tuan?" Tanya Arga dari balik spion mobil membenarkan kacamatanya.
Pria yang di sebut tuan, olehnya hanya menatap gadis itu sambil memikirkan sebuah rencana. "Tak perlu, aku akan memberinya kejutan." Jawab Hanska dengan smirk.
Arga mengangguk, melajukan mobil keluar dari area pemakaman sebelum Deena menyadari keberadaan mereka.
Deena menaiki taksi yang dipesan melalui aplikasi online berwarna hijau itu menuju universitas tempatnya menggantungkan masa depan.
"Untung lo ga telat Dee." Ucap Aleta lega. Setelah melihat Deena muncul dari pintu masuk. Sedari tadi sahabatnya itu menunggu kedatangan Deena yang sebentar lagi namanya akan dipanggil.
Sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal, Deena terkekeh. "Keasikan ngobrol." Cengirnya. Terlihat sang sahabat memutar bola mata malas.
"Deena Prameswari Bakara, dengan IPK tertinggi pertama silahkan naik ke atas podium." Mendengar namanya dipanggil, Deena segera melangkah menuju podium.
Terdengar riuh tepuk tangan.
Dari posisinya berdiri, Deena melihat jelas seorang gadis dengan rambut dikucir tinggi, duduk sejajar dengan arah pandangnya tengah menatap Deena penuh kebencian. Tepat dikursi ketiga gadis itu duduk, barisan yang dikhususkan hanya bagi para petinggi.
Kenapa Larasati adiknya yang terpaut setahun dapat duduk disitu? Tentu saja identitas Bakara sebagai salah satu penanam modal yang membuatnya berhak. Walaupun hanya pemodal kecil, namun itu membuktikan Ia memiliki posisi yang cukup kuat.
-
-
-
-
-
-
-
-
To Be Continue >>>>
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 91 Episodes
Comments
who reach
aku masih bingung dengan yg terjadi ma deena
2021-11-22
0
Lia liana
ttp semangat thor
2021-11-20
1
Rhe Amanda
pantengin truss jangan kasih kendor..
2021-08-17
1