Tiada kata seindah komentar kalian readers, ku harap kalian menikmatinya..
Happy reading ♥️
____________________________
"Deena.. Deena.." Suara beberapa orang yang memanggilnya semakin mendekat, itu berarti Joan ada di sana. Sebentar lagi mereka akan bertemu, Kembali.
Deena segera memasukkan giok itu kedalam baju. Mencoba bangkit dari posisinya duduk.
"Awhh.. sakit banget." Ringis Deena memegang kaki kirinya saat hendak berdiri menjauh dari bibir sungai. "Hampir lupa sangkin bahagianya." Ucapnya bermonolog menepuk jidat.
Deena menghembuskan napas, Ia belum pernah sebagaia ini.
"Deena.." Panggil mereka lagi.
"Aku disini." Dengan suara khas Deena memanggil mereka.
"Deena..!" Pekik seorang gadis berambut merah kecoklatan sarat akan kekhawatiran. Dia Aleta Nameera sering disapa Al oleh Deena, teman seorganisasi Deena beda jurusan. satu-satunya sahabat yang Deena punya, walau fakultas mereka berjauhan itu tak jadi masalah saat mereka satu asrama.
Aleta mengambil jurusan hukum, sementara Deena mengambil jurusan Arsitek.
"Deena kamu gapapa?" Tanya Joan.
Beberapa orang berjalan mendekat ke sumber teriakan Aleta termasuk Joan, lelaki itu langsung berjongkok mengangkat wajah teduh milik Deena. Mata mereka bertemu, saling menatap, Deena buru-buru mengalihkan wajahnya dari lelaki itu.
Entah kenapa dulu Ia bodoh sekali sampai tertipu dengan perhatian kecil dari Joan.
"Gapapa kok." Jawab Deena seadanya.
Joan mengernyit, namun Ia tepis jauh rasa penasarannya itu beralih menatap tubuh basah Deena.
"Jauh banget kamu bisa sampe sini? aku kira kamu kenapa-kenapa Deena." Ucap Joan lagi.
"Lo kenapa sii Dee? ada yang sakit ga?" Tanya Aleta memutar bahu Deena kiri kanan memastikan temannya itu baik-baik saja.
"Perlu di gendong?" Tanya Bagas Mahendra anggota lainnya. Deena tersenyum.
"Kakiku terkilir heheh." Jawab Deena mengabaikan rasa khawatir dari Joan.
"Ayo balik ketenda, ntar cari rumah sakit terdekat bawa Deena obati lukanya." Usul sang Ketua di angguki oleh yang lain.
Joan sudah memposisikan dirinya untuk mengangkat Deena, namun urung dilakukan saat suara Deena kembali menginterupsi, membuat yang lainnya saling pandang heran termasuk Aleta sahabatnya.
"Al, kak Dirga, tolong bantu aku jalan dong." Pinta Deena berusaha menggapai tangan Aleta disebelah Joan yang diam terpaku.
Selama hampir dua tahun mereka dekat, baru ini kali pertama Joan melihat Deena mengabaikannya. Tapi semua itu ditepis oleh Joan, mana mungkin Deena si bodoh itu mengabaikannya. pikirnya.
"Dok, tolong periksa temen saya." Ucap Dirga meletakan Deena di bankar rumah sakit. Setelah insiden Deena ditemukan dalam hutan, kegiatan kemah yang memang sudah mencapai puncak, langsung mempercepat penutupan agar langsung kembali ke kota.
Beberapa orang anggota ikut mengantar Deena kerumah sakit termasuk Joan, Aleta dan Dirgantara Al sang Ketua organisasi yang memiliki wajah rupawan, salah satu most wanted di Universitas Angkasa.
Setelah Deena selesai diperiksa luka dalam, anggota yang lain pamit undur diri terlebih dahulu. Tinggallah mereka ber-4 menghiasi ruangan, Dirga memilih tinggal lebih lama dikarenakan masih ada satu orang lagi yang harus diperhatikan.
Sementara Joan berdiri disamping Deena sambil memperhatikan gadis di hadapannya dengan perasaan mengganjal.
"Dee, cerita ke gue kenapa bisa sampe kaya gini sih lo?" Tanya Aleta menghalau kesunyian.
Deena mengalihkan perhatiannya menatap Aleta sambil tersenyum. "Cuma kepeleset aja yaelah pas nyeberang sungai, habis itu aku lupa karena pingsan heheh, sorry." Jawab Deena menyengir.
"Awas ya lo buat gue cemas lagi." Ucap Aleta dengan nada merajuk. Deena mencubit pipi bulat gadis berambut merah gelap itu gemas.
"Bawel." Jawabnya terkikik.
Dirga berjalan mendekat dengan tangan dimasukkan ke saku celananya. "Ale, ayo balik, gue laper." Ajak lelaki itu berlalu sebelum dapat Aleta tolak.
"Udah gih susul sana, ntar singa ngamuk." Goda Deena melihat sahabatnya cemberut. "Aku gapapa, ntar kalo perlu kan bisa nelfon." Tambah Deena melihat tatapan cemas Aleta, setelah Aleta pergi Deena menghembuskan napas.
Deena lupa jika masih ada satu orang lagi yang sejak tadi diabaikannya masih berdiri disamping bankar.
"Udah gimana keadaan kamu?" Tanya Joan akhirnya. Deena tersadar, dulu disaat seperti ini Joan akan menyatakan cintanya dan Deena akan mengangguk menjawab dengan antusias.
"Lumayan." Jawab Deena seadanya. Ia benar-benar muak dengan sikap Joan, jika lelaki itu pada akhirnya dengan tega membunuh Deena, kenapa Ia harus pura-pura perhatian seperti ini.
"Deena aku sudah lama jatuh cinta denganmu, kamu mau jadi pacar aku?" Tanya Joan mengutarakan perasaannya sambil menggenggam tangan Deena.
Deena tak langsung menjawab, ada jeda panjang menghiasi, walau tangan mereka tertaut, namun gadis itu masih menunggu saat-saat untuk mengelak.
Belum sempat Deena menjawab, keheningan mereka terusik dengan nada dering dari ponsel Joan. "Aku izin ke toilet bentar ya Deena." Sebelum gadis itu menjawab, Joan sudah menghilang dibalik tirai biru yang menjadi pembatas bankar lain.
Persis dugaannya, untung Deena tak langsung menjawab. Gadis itu bangkit dengan tertatih menyeret kaki kirinya yang diperban akibat terkilir. Ia harus cepat pergi dari hadapan Joan. Yang pertama harus Deena lakukan adalah mengembalikan langsung liontin giok kuno itu ke pemiliknya, dengan begitu Deena akan meminta imbalan besar. Tak peduli Ia akan dianggap cewek matre asalkan bisa bebas dari keluarga Bakara.
"Arga, lacak keberadaan si tua bangka Demon itu hidup atau mati." Titah seorang pria mengenakan jas navy dengan langkah lebar menapaki koridor rumah sakit. "Baik tuan."
Brukk.
"A..Awwh.. aduh sakit banget." Ringisan keluar dari bibirnya, Deena jatuh tersungkur sehabis menabrak dada bidang seseorang yang tiba-tiba muncul dari belokan, kakinya yang sakit membuat Deena tak bisa menahan bobot tubuhnya yang terhuyung kebelakang.
Siap melayangkan protes melihat sepatu pantofel mengkilap dihadapannya, Deena mendongak mata amber keemasan miliknya beradu tepat kearah mata setajam elang berwarna hitam legam milik seorang pria yang saat ini berdiri dihadapannya.
Dengan susah payah Ia bangkit berdiri sambil menggerutu. "Kalo jalan tuh pake mata dong om, sakit tau badanku!" Bentak gadis itu menatap tajam kearah pria dihadapannya, sedangkan yang bersangkutan mengerutkan alis mendengar panggilan om disela kalimat gadis itu.
Deena menatap beberapa orang yang berdiri dibelakang pria tersebut. Matanya membelalak melihat pria itu, baru saja Ia memikirkan untuk menemui si pemilik liontin.
"Tuan Arga Dika Dwipayana?!" Pekik Deena menunjuk kearah belakang pria dihadapannya.
Arga maju dengan sopan meletakkan tangan di dada kirinya tanda memberi hormat. "Anda mengenali saya nona?" Tanya pria itu melirik sedikit kearah tuannya.
Dengan senyum khas ditambah wajah berbinar Deena, gadis itu mengangguk mantab. Siapa saja yang melihat senyuman maut Deena, Ia akan kepincut. Tentu saja, gadis itu memiliki wajah teduh yang menggemaskan dengan hidung mancung dan bibir mungil, oh jangan lupakan mata amber miliknya.
"Aku tahu dimana letak barang yang tuan cari." Ucap Deena membuat Arga menaikkan alisnya. "Liontin itu.." Belum sempat Deena menyelesaikan bicaranya, pria yang tadi bertabrakan dengannya menggendong tubuh Deena ala bridal style, membawanya keluar rumah sakit.
-
-
-
-
-
-
-
-
To Be Continue >>>>
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 91 Episodes
Comments
epifania rendo
seru
2023-03-31
0
Roroazzahra
. .
2022-10-16
0
@⒋ⷨ͢⚤L♡Marieaty♡
baru ketemu langsung angkat aza🤭
2022-01-26
0