Hari sudah pagi. Almira yang akan berangkat ke sekolah pun sudah siap. Sebelum berangkat ia sarapan terlebih dahulu dan berpamitan dengan ayahnya.
"Ayah, Almira berangkat ya." Pamit Almira sambil mencium punggung tangan ayahnya.
"Iya, nak. Hati-hati."
Almira berangkat seorang diri karena sedari kecil ia memang sudah diajarkan oleh kedua orang tuanya untuk mandiri. Ia berjalan sedikit jauh dari rumah menuju ke halte bis. Almira cukup beruntung bisa sekolah di sekolah elit itu karena ayahnya. Ya, ayahnya bekerja keras untuk anaknya. Jadi, Almira tidak mau menyia-nyiakan apa yang sudah ayahnya lakukan untuknya.
Almira sudah berada di dalam bis. Karena keadaan bus saat itu masih sepi, ia bisa duduk di salah satu kursi disitu. Fokus melihat jalanan yang sudah ramai karena dipadati kendaraan orang bekerja dan sekolah di pagi hari. Tiba-tiba ada seseorang yang menepuk pundaknya dari belakang.
"Danisa." Almira yang menyadari ternyata sahabatnya yang menepuk pundaknya itu.
"Haha..., iya ini aku. Kamu sekarang menjadi sombong." Ucapnya dengan sedikit kesal.
"Sombong? Kenapa kamu bisa bilang seperti itu?" Almira bingung karena ia tidak melakukan apa-apa sebelumnya.
"Iya, tadi kamu tidak menyapaku. Hanya berlalu saja jalan lalu duduk."
"Memangnya kamu sudah berada di sini sebelum aku?"
"Iya." Danisa jawab singkat.
"Oh, maaf. Aku memang tidak melihatmu sedari tadi. Hehe... " Almira tersenyum dan tertawa kecil
"Iya." Danisa masih biasa saja karena kesal.
"Kenapa kamu marah? Kalau begitu nanti saat sudah sampai aku hajar kamu ya."
"Eh, jangan-jangan. Aku bercanda, aku biasa saja dan tidak marah. Oke." Ucapnya sambil menyatukan jari telunjuk dan ibu jari.
Mereka akhirnya berangkat bersama menuju sekolah dan saat bus itu berhenti tepat di pemberhentian bus yang tidak jauh dari sekolah, mereka turun. Mereka berjalan bersama memasuki gerbang sekolah ada beberapa yang diantar dan juga menggunakan mobil pribadi. Almira tersenyum melihat itu semua karena hal itu membuat Almira menjadi tegar dan semangat memperbaiki kehidupannya di masa depan.
Tin!, Tin!, Tin!.
Suara klakson mobil yang cukup keras sampai memenuhi isi telinga mereka. Almira dan Danisa menoleh ke belakang dan ada mobil yang sedang berhenti tepat di belakang mereka.
Almira yang merasa tidak asing dengan mobil itu, ia lebih memilih tidak menghiraukan orang yang ada di dalam mobil itu dan ia menarik tangan Danisa yang sepertinya masih merasa emosi, dia hendak ingin menghampiri orang itu namun Almira tahan.
"Tunggu, Almira aku mau buat perhitungan sama dia."
"Sudahlah, kita masuk saja. Itu mobil Alga."
"Oh yang punya sekolah. Almira nanti bantuin aku kerjain Alga, ya. Aku mau balas perbuatannya."
"Iya, sudah kalau begitu. Kita masuk saja."
Mereka masuk ke dalam kelas, beruntungnya kelas mereka sama Alga, Almira dan Danisa. Di kelas Danisa tidak memberitahu rencana apapun kepada Almira karena seperti biasa saat di kelas Almira sudah sibuk dengan bukunya sendiri.
"Almira." Panggil orang yang duduk di depannya. Karena masih belum bel masuk jadi, masih ada waktu bebas.
"Hemm." Jawab Almira karena lagi fokus membaca bukunya untuk mengingat materinya lagi sebelum ujian.
"Kamu sudah berani ya, Almira. Kamu mengacuhkan aku seperti ini."
"Alga." Almira yang baru sadar suara itu langsung menoleh ke arahnya.
"Iya, ini aku. Apa?! Kamu mau aku buat sengsara." Ucapnya lagi sambil mengalihkan pandangannya.
"Bisa tidak jangan buat ribut pagi-pagi. Aku sedang belajar." Almira tidak peduli dengan Alga.
"Sudah kubilang kamu belum pantas berada di sini, kamu masih bocah." Ucap Alga ketus.
Almira diam tidak menjawab.
"Hei, kamu bisu ya, tidak bisa menjawab." Ucap Alga yang sudah merasa kesal.
Almira masih diam tidak peduli.
"Wah, kamu mulai berani ya denganku. Almira jawab tidak?!"
Almira diam saja.
"Sudahlah, mungkin dia sedang tidak ingin diganggu. Alga, kamu suka ya dengan Almira?" ucap orang yang tiba-tiba duduk di sebelah Almira.
"Bukan urusanmu." Jawab Alga dingin.
"Haha..., tapi kamu terlihat sangat mencari perhatiannya, Alga." Orang itu menertawakan alga.
"Jangan menertawakanku, kalau kau suka dengan Almira. Ambil saja, aku tidak mau dengan bocah." Jawab Alga sambil merubah posisi duduknya menghadap depan.
"Haha..., Almira. Tenang saja selagi ada aku, Alga tidak mungkin mengambilmu dariku." Ucap orang itu yang ingin membuat Alga kesal.
"Devan!" Alga dengan tegas tanpa menoleh kebelakang karena ia bisa mendengar perkataan tadi dengan jelas di telinganya.
Devan tertawa dan berlalu pergi menuju kursinya sendiri. Almira walaupun merasa terganggu ia tetap untuk tidak menghiraukannya saja. Karena ia sedang tidak ingin ribut dengan siapa-siapa dan mempersiapkan untuk ujian nanti.
Kring!, Kring!,
Bel sekolah berbunyi, semua siswa sudah mulai memasuki kelas masing-masing. Para guru juga sudah mulai memasuki kelas. Ujian pun akan segera dimulai.
Saat ujian dimulai biasanya guru akan berkeliling di kelas untuk mengecek siswa yang tidak membawa kartu ujian. Alga yang tidak membawa kartu ujian merasa gelisah dan ia tidak bisa berkonsentrasi ujiannya.
"Almira." Panggil Alga yang memanggil Almira dengan suara kecil. Karena Almira berada di belakangnya tepat.
"Hei, bisakah kau diam." Ucap seseorang yang duduk di sebelah Alga merasa terganggu.
"Diam kau!" Sahut Alga tegas namun dengan suara kecil. Seseorang itu akhirnya diam pura-pura tidak mendengar.
"Almira." Panggil Alga lagi.
"Hemm." Jawab Almira karena ia sedang fokus untuk ujian.
"Apa kamu membawa kartu ujianmu?" Tanya Alga serius.
"Iya." Jawabnya singkat.
"Bolehkah aku meminjam punyamu?" Tanya Alga yang sebenarnya ia tidak ingin meminjam punya Almira karena tidak mau membuat dirinya harus memohon kepada orang lain. Apalagi dengan orang lain selain Almira.
"Tidak."
"Oh tuhan, kamu ingin mati. Cepat berikan, aku tidak membawanya."
"Itu urusanmu. Lagipula nama kita berbeda."
"Cepatlah berikan saja." Paksa Alga.
"Tidak."
Danisa yang duduk di barisan tengah barisan ketiga tentu saja melihat Alga yang sedang berbicara dengan Almira walaupun hanya dengan sedikit menoleh ke arah Almira. Danisa yang masih merasa kesal dengan Alga dan malu karena saat masuk sekolah tadi, memiliki ide yang muncul di benaknya.
"Pak guru." Danisa memanggil gurunya. Alga yang menyadari itu merubah posisinya kembali semula.
"Iya, ada apa Danisa?" Tanya guru itu sambil melihatnya dari meja guru di depan kelas.
"Saya melihat ada yang sedang menyontek pak." Ucap Danisa yang membuat satu kelas bergidik ngeri karena takut ketahuan kalau diantara mereka ada yang melakukannya.
"Siapa?!" Tanya guru itu dengan tegas langsung berdiri dengan gagahnya sambil membawa penggaris panjang.
"Alga, pak." Jawab Danisa seperti orang tidak berdosa. Alga yang mendengar itu merasa geram dan juga gelisah karena Danisa dan juga kartu ujiannya yang tidak ia bawa. Almira yang melihat itu hanya menahan tawanya karena ia tahu bahwa Danisa yang sedang mengerjai Alga.
"Haha..., tidak mungkin Danisa. Alga itu siswa cerdas tidak mungkin menyontek." Jawab guru itu dengan tenang dan tertawa karena tidak percaya dengan yang Danisa ucapkan.
"Saya serius pak, tadi saya lihat dia berbicara dengan Almira." Alga tambah semakin kesal ia sudah mulai mengepalkan kedua tangannya dibawah meja, ia juga melupakan rasa gelisahnya. Almira yang namanya disebut ikut menjadi menciut nyalinya walaupun dirinya tidak salah sama sekali.
"Alga dan Almira itu siswa cerdas mungkin mereka berbicara hal lain."
"Tidak pak, coba pak guru cek terlebih dahulu."
Pak guru itu yang juga merasa penasaran, akhirnya mengikuti perkataan Danisa. Ia berjalan ke arah meja Alga. Alga yang sedang kesal kembali menciut ia mencoba memikirkan alasan apa yang akan ia katakan nanti.
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments
sandi
emang perlu dkerjain dikit ne si freon!! eh banyk jg gpp de...
2021-07-14
1
Neneng Siti
haha gegara sifat nya alga jadi di kerjain
2021-06-01
1