Pukul sembilan pagi, semua karyawan sudah berjajar rapi di dalam aula. Selain perkenalan dengan CEO baru, juga akan ada sedikit tambahan peraturan sekaligus sambutan-sambutan dari CEO baru mereka nanti. Karina merasa mual dan berlari ke toilet. Sementara yang lain menuju aula dirinya berlari ke toilet untuk memuntahkan sesuatu karena merasa mual.
"Ah, pasti karena belum sarapan, lambungku kumat." bisik Karina menatap dirinya ke dalam cermin toilet.
Dia membenahi tampilannya yang terlihat pucat. Mengoleskan sedikit bedak dan lipglos tipis pada bibirnya agar tak terlihat pucat. Karina tak mau merepotkan orang lain karena keadaannya.
Dia langsung berlari kecil ke aula bersamaan dengan CEO baru mereka yang juga sedang menyampaikan sambutan.
"Kau..." tunjuk seorang pria yang menjadi CEO baru itu pada Karina yang secara diam-diam masuk barisan yang ternyata diketahui oleh CEO baru mereka.
Semua yang ada di aula beralih menatap Karina dengan raut wajah penasaran. Ya, bos baru mereka ini tidak akan menoleransi keterlambatan apalagi hal itu pasti akan mengganggu pekerjaannya. Karina yang merasa ditunjuk menunjuk pada dirinya sendiri.
"Saya?" tanya Karina polos sambil menuding dirinya dengan jarinya.
"Ya, kau..."
"Maaf pak, saya dari..."
"Saya tak mau alasan apapun. Keluar dari ruangan ini!" titah CEO baru itu. Karina terdiam belum beranjak.
"Tapi pak..."
"KELUAR!" teriaknya.
Dengan langkah lunglai Karina keluar dari aula, sebelum tanpa sengaja dia bersitatap dengan Indra yang kebetulan berdiri agak ke belakang dengan tatapan kasihan dan sedih pada Karina.
"Kalian dengar semua. Tak ada toleransi apapun. Kesalahan sekecil apapun pasti akan ada sanksinya, tanpa alasan. Kecuali kalian pingsan atau mati." tegas CEO baru itu. Semua karyawan langsung menunduk ketakutan.
"Saya sudah mengatakan aturan tambahan itu. Jika kalian melanggar sekali saja kalian akan mendapatkan sanksi. Jika kalian tak mengindahkan aturan saya. Silahkan coba apa sanksi yang akan kalian dapatkan!" tegasnya lagi.
Hingga akhirnya setelah hampir satu jam berdiri di aula. Semuanya pun kembali ke ruangan divisi masing-masing. Begitu juga Karina.
"Berikan data karyawan yang terlambat tadi! Dan juga suruh karyawan itu ke ruangan saya!" titah pria arogan itu memasuki ruangannya.
"Baik pak." jawab pria bagian HRD itu, meninggalkan CEO barunya yang terlihat datar dan dingin, meskipun tampan tapi dia terlihat tak tersentuh.
"Anda membutuhkan sesuatu tuan?" tanya asistennya Rian yang sejak tadi hanya mengikuti kemanapun langkah tuannya itu.
Tok tok tok
"Masuk!" seru pria itu belum sempat menjawab pertanyaan Rian asistennya.
"Maaf pak, ini data yang anda minta dari HRD. Dan karyawan itu sedang kemari." jelas sekretarisnya.
Pria itu hanya mengangguk menerima berkas laporan data karyawan dan melihatnya dengan seksama.
"Buatkan aku kopi!" ucapnya tanpa memalingkan matanya dari berkas itu. Dahinya tampak mengernyit seolah mengingat sesuatu saat melihat data dan foto karyawan itu.
Tok tok tok
"Masuk!" titah pria muda itu tanpa mengalihkan pandangannya dari berkas laporan.
Sebelum mengetuk pintu, Karina tampak gugup di depan pintu ruang CEO. Sekretarisnya tadi bilang dia langsung saja karena sudah ditunggu.
"Apakah aku akan dipecat? Tak bisakah dia mempertimbangkan kinerjaku selama bertahun-tahun ini tanpa memandang kesalahan yang kubuat tadi?" bisik Karina gugup dan sedikit sedih.
"Bapak memanggil saya?" tanya Karina memberanikan diri, pasalnya dia sudah berdiri di situ sekitar lima belas menit namun pimpinan barunya ini enggan mengajaknya bicara.
Pria itu mendongak menatap wajah yang tak asing baginya itu. Pria itu pernah melihat wajah itu tapi entah dimana. Pria itu terdiam menggali ingatannya kembali tentang sosok di depannya ini. Pria itu masih belum yakin tentang apa yang diyakininya. Ya, wanita yang dengan beraninya meninggalkannya begitu saja di dalam kamarnya tanpa pamit setelah malam panas menggairahkan keduanya.
Terutama pria itu, itu adalah pengalaman pertama pria muda itu. Dan dirinya tak menyangka jika wanita itu adalah karyawan di perusahaannya. Pria itu berdiri sambil memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celananya. Menatap Karina intens yang terlihat tak gugup sedikitpun malah tampak terlihat menantang.
Pria itu duduk di mejanya di depan Karina berdiri dengan sombongnya. Meneliti dan menelusuri seluruh tubuh Karina dari ujung kaki sampai ujung rambut. Meski awalnya Karina tidak gugup lama-kelamaan karena ditatap seperti itu oleh pria atasannya ini dia terlihat gugup.
"Maaf atas kesalahan saya tadi pak. Saya tadi ..."
"Apa kau seorang ja*lang?"
Plakk
Satu tamparan mendarat di pipi kanan pria yang baru beberapa jam lalu memperkenalkan diri sebagai CEO baru perusahaan tempatnya bekerja. Ucapan terakhir pria itu membuatnya benar-benar terluka dan sakit di dadanya. Baru kali ini dia dipandang rendah oleh seorang pria, meski dia atasannya sendiri. Karina sudah tak peduli jika setelah ini dirinya dipecat.
Pria itu nampak memegangi pipinya yang memerah karena tamparan Karina, semakin memerah dengan bekas tamparan itu. Pukulannya sangat kuat. batin pria itu memegangi pipinya dan kembali menatap Karina dengan wajah datar dan dingin.
"Saya akan resign sekarang juga." tegas Karina hendak meninggalkan ruangan itu namun pria itu menarik tangannya kuat hingga Karina membentur pada dada bidang pria atasannya itu.
Kini wajah mereka berdekatan tinggal beberapa centi saja, pria itu dapat mencium bibir Karina.
"Lepaskan saya tuan!" teriak Karina mencoba melepaskan cekalan tangan pria itu.
Namun bukannya terlepas malah tangan pria satunya menarik, mendekap pinggang Karina memangkas jarak mereka. Hingga menempel hanya berjarak pakaiannya saja.
"Kau sangat cantik." bisik pria itu membelai pipi Karina.
Hembusan nafas dari pria itu membuat Karina merinding, seketika dia kembali mengingat kejadian malam itu yang sudah berusaha dikuburnya dalam-dalam. Entah kenapa Karina menjadi bergairah merasakan hembusan nafas pria atasannya itu yang bibirnya entah dari kapan mulai menelusuri pipi, rahang dan kini beralih ke leher Karina.
Tanpa sadar Karina memejamkan mata seolah menikmati kecupan itu. Namun bayang-bayang putrinya melintas membuat Karina berontak minta dilepaskan namun pegangan tangan pria itu sangat kuat.
"Tolong, lepaskan saya tuan!" desak Karina lirih masih meronta.
Pria itu tampak menikmati gerakannya, tak menghiraukan ronta an Karina yang malah terdengar seperti suara desahan.
"Aku... menginginkanmu lagi." Karina tersentak dengan ucapan pria itu, hingga ingatan malam itu kembali lagi yang berusaha mengingat wajah pria yang tidur dengannya malam itu.
Seketika Karina melotot tanpa sadar saat bayangan pria malam itu adalah lelaki didepannya ini. Pria yang ternyata adalah atasannya kini. Karina tampak membuang muka mengalihkan pandangannya tanpa berani menatap pria itu.
"Sudah mengingatnya?" bisik pria itu di dekat telinganya yang semakin mengingatkan kembali malam panas itu.
"I...itu... Lupakan semua itu!" tegas Karina masih membuang muka ke arah lain. Pria itu menarik dagu Karina hingga menatapnya.
"Lupakan! Setelah kau merayuku dan meninggalkanku malam itu kau bilang lupakan? Hahaha..." tawa menggelegar di dalam ruangan itu membuat Karina merinding ketakutan.
"Sa... saat itu a... aku sedang mabuk...aku tak ingat apapun." jawab Karina gugup masih saling menatap karena dagu Karina dicengkeram kuat oleh pria itu.
"Ah, kalau begitu bagaimana kalau sekarang kita mengingatnya lagi. Kau tak mabuk kan sekarang?" goda pria itu tersenyum miring. Karina meneguk ludahnya kasar menatap pria itu ngeri.
"Maaf... maafkan aku. Tolong anggap itu sebagai kesalahan semalam." bisik Karina lirih tapi masih bisa didengar pria itu.
"Apa kau bilang? Maaf... maaf katamu. Sayang sekali tapi aku menginginkanmu lagi." bisiknya lagi di dekat telinga Karina yang sudah memerah karena hembusan nafas pria itu, dan entah kenapa respon tubuhnya juga menginginkan pria itu meski Karina menahannya dengan susah payah.
"Tuan..." Rian masuk tanpa mengetuk pintu karena sudah biasa dia begitu dengan nampan membawa kopi pesanan tuannya, langsung membalikkan tubuhnya membelakangi kelakuan dua orang yang ada di ruangan itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 224 Episodes
Comments
fifid dwi ariani
trus semangat
2022-10-16
0
sandi
karina cuma mo kasih sayang ya... 😭😭😭😭😭
2021-06-18
0
Masiah Firman
lanjut
2021-06-15
1