"Mbak..." Karina tersentak saat punggungnya ditepuk seseorang saat dirinya tengah melamun.
"Ah, kamu Bel." jawab karina sambil melanjutkan makan siangnya yang tertunda karena melamun.
"Mbak kenapa? Ada masalah ya? Aku bisa jaga rahasia kok." ucap Bella menatap Karina dengan tatapan puppy eyes nya. Karina hanya tertawa melihat tingkah juniornya itu.
"Cuman capek aja." jawab Karina singkat tanpa niat untuk mengatakan yang sebenarnya. Dia terus saja makan meski tak berselera.
"Aku tahu mbak ada yang dipikirkan. Tapi aku gak papa kok kalau mbak belum siap cerita." jawab Bella tersenyum manis menunjukkan deretan gigi putihnya.
"Makasih ya." jawab Karina terharu dengan juniornya ini yang selalu peka dengan keadaan dirinya.
"Jangan sungkan mbak, mbak sudah seperti mbak aku sendiri." ucap Bella tersenyum lucu.
"Oh, kamu memang adik mbak yang paling baik deh." ucap Karina lebay memeluk tubuh Bella yang dibalas pelukan balik.
"Eh apa ini, mau ikut pelukan juga dong." sela Theo teman satu timnya ikut memeluk mereka ala teletubbies.
"Ya... ya..." seru Bella tak suka menuding telunjuknya pada Theo, saat mereka sudah melepaskan pelukannya.
Karina hanya tertawa melihat tingkah keduanya yang bagaikan kucing dan tikus itu. Itulah yang membuat Karina bersemangat bekerja karena teman-temannya mampu membuatnya melupakan masalahnya.
"A... aku kan juga mau..." jawab Theo manja berlagak kecentilan yang membuat Bella jengah dan mengejar Theo yang melarikan diri.
Sedang Indra yang datang bersama Theo tadi ikut tertawa melihat kedua juniornya itu yang tampak akrab.
"Pak Indra..." sapa Karina menundukkan kepalanya memberi hormat.
"Ah, jangan terlalu formal. Ini kan jam istirahat. Lagipula panggil aku seperti dulu lebih nyaman. Aku tak setua itu kau panggil pak." ucap Indra protes, dia adalah kepala bagian yang baru diangkat beberapa waktu lalu menggantikan kepala bagian yang lama karena ketahuan korupsi.
"Ah, tetap saja anda adalah atasan saya sekarang." jawab Karina menunduk sopan.
"Ah, kau benar-benar ya... sungguh keras kepala." ucap Indra tersenyum manis.
"Sepertinya jam makan siang telah habis, saya..."
"Ayo kita sama-sama kembali!" ajak Indra menarik pergelangan tangan Karina.
"Pak tunggu! Pak..." seru Karina yang tak digubris oleh Indra yang terus saja menggandeng tangan Karina untuk menuju lift kembali ke ruangan mereka.
Saat di dalam lift Karina langsung menarik tangannya dari genggaman tangan Indra.
"Maaf, refleks." ucap Indra tersenyum simpul meski sebenarnya dia sengaja.
Karina hanya terdiam, karena pegangan tangan Indra padanya. Karina menjadi teringat kembali malam panasnya dengan seseorang yang tidak dikenalnya malam itu. Yang menjadi rahasianya yang akan disimpannya mungkin sampai dia tiada.
***
Seminggu setelah kejadian malam itu. Karina datang terlambat pagi itu. Dia bangun kesiangan. Untungnya putrinya menginap di rumah temannya karena ada tugas kelompok sehingga dia tak perlu menyiapkan untuk putrinya.
Karina tergesa-gesa menggunakan mobilnya, namun naas saat di lampu merah yang sudah menjadi hijau mobil Karina menyalip mobil mewah yang hendak melaju dan naasnya mobilnya menyenggol bemper mobil mewah itu.
"Ah, sial. Mana aku sudah telat lagi." umpat Karina melirik jam tangannya.
Masih lima belas menit jam masuk kantor. Inginnya dia melarikan diri dari kejadian itu namun hati nuraninya melarangnya. Karina memarkirkan mobilnya agak jauh di depan mobil itu berhenti. Karina segera turun dari mobil menghampirinya.
"Maafkan saya, maaf tuan... saya terburu-buru karena sudah terlambat..." ucap Karina membungkukkan tubuhnya meminta maaf.
Pemilik mobil itu keluar dari mengamati mobilnya yang tampak sedikit tergores.
"Maafkan saya tuan, saya akan menggantinya. Tapi tidak sekarang, saya sudah terlambat. Ini kartu nama saya. Hubungi saya dan saya akan mengganti kerusakannya. Maaf." belum sempat pemilik mobil itu bicara setelah menerima kartu nama itu. Karina sudah pergi meninggalkan pria paruh baya itu.
"Ada apa pak Maman?" tanya pria muda yang duduk di belakang kemudi mobil itu.
"Ah itu tadi, ada seorang perempuan yang menyerempet mobil anda tuan. Dia minta maaf sambil menyerahkan kartu nama ini dan langsung pergi." jelas pak Maman sopir paruh baya itu yang mungkin dia adalah pekerja sopir pribadi tuannya yang duduk di belakang.
Pria itu nampak menerima kartu nama dari sopir pribadinya.
"Apa parah?" tanya pria itu.
"Tidak tuan, hanya lecet. Perempuan itu sepertinya merasa sangat bersalah."
"Kita berangkat pak. Langsung ke kantor!" titah pria itu melemparkan kartu nama itu di kursi sebelahnya dengan cuek tampak tak menghiraukan sama sekali.
Dia memang tidak terlalu mau berurusan dengan hal-hal yang tidak penting. Selama kerugiannya tidak parah, dia akan mengusahakan sendiri tanpa meminta ganti rugi pada siapapun. Rian sang asisten pribadi yang duduk di sisi sopir melirik sang tuan mudanya yang terlihat aneh-aneh belakangan ini.
Tampak menghela nafas panjang dan berat. Saat ditanya selalu diam tak menjawab. Dan sekarang tuannya sedang meneruskan pekerjaannya tanpa menghiraukan kartu nama orang yang melecetkan mobil mewahnya.
**
Karina berlarian di lorong kantor tergesa-gesa untuk segera absen, karena waktu tinggal sepuluh menit lagi. Apalagi dia harus naik lift yang tidak sebentar itu.
Ruang kerjanya ada di lantai lima. Sapaan para teman-teman kerjanya tak dihiraukan karena dia sungguh benar-benar sudah terlambat. Dan baru kali ini setelah empat tahun bekerja di perusahaan itu Karina terlambat.
Ting
Pintu lift terbuka, Karina berlarian karena sudah tak mendapati rekan tim staf keuangannya sudah di tempatnya.
Krek
"Sudah saya absenkan, anda tak perlu khawatir terlambat." bisik seseorang di dekat telinganya yang seketika membuatnya merinding dan bayangan malam yang hampir saja dilupakannya terlintas benaknya lagi.
Spontan Karina menjauhkan badannya dari seseorang yang membisikinya.
"Ah, maaf mengangetkanmu." jawab pria itu tersenyum lucu melihat reaksi berlebihan Karina.
"Ah, iya pak. Terima kasih. Maaf saya bangun kesiangan." jawab Karina menunduk merasa bersalah.
"Tak apa. Kau satu-satunya bawahan yang disiplin. Karena baru sekali kesalahan, aku bisa memakluminya." jelas Indra tersenyum manis.
"Terima kasih pak."
"Ini semua gak gratis Lo." goda Indra tersenyum lucu pada Karina.
"Ah, bagaimana aku membayarnya, berapa saya harus membayarnya?" tanya Karina menatap Indra yang tertawa.
"Nanti traktir aku makan siang, ok?"
"Ah... "
"Aku tunggu! Lanjut kerja, jam sembilan kita akan menyambut CEO baru kita. Semua harus bersiap di aula menerima sambutannya." jelas Indra berlalu pergi masuk ke dalam ruangannya.
Karina mengusap tengkuknya yang tiba-tiba dingin dan merinding. Dia tak habis pikir dengan perlakuan Indra padanya. Apalagi setelah dia naik jabatan menjadi kepala bagian keuangan yang baru. Dia tak lupakan kalau aku sudah punya suami dan anak? batin Karina seketika hatinya mencelos mengingat keadaan rumah tangganya.
"Ayo, kerja yang bener Karin, demi putrimu!" semangat Karina sambil mengepalkan tangannya memberi semangat padanya. Dia pun langsung menuju kubikel tempatnya bekerja.
TBC
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 224 Episodes
Comments
fifid dwi ariani
trus ceria
2022-10-16
0
Ecka Dehasen
💪💪
2021-09-10
0
Neny Putri Julirinni
ku suka karakter nya karin gak lemah
2021-06-17
0