"Sejak kapan?" tanya Karina menatap suaminya lekat. Keanu menatap Karina lekat, ragu untuk mengatakannya.
"Sejak kapan hubungan kalian dimulai?" tanya Karina lagi mencoba menguatkan hatinya meski air mata terus mengalir.
"Setahun yang lalu kami saling mengenal." jawab Keanu membuat hati Karina mencelos.
"Lalu, aku? Bagaimana denganku mas? Bagaimana dengan pernikahan kita?" tanya Karina terus menatap Keanu lekat tanpa berpaling sedikitpun.
Keanu membuang pandangannya ke arah lain menghindari tatapan istrinya yang begitu memujanya.
"Maaf..." lirih Keanu menundukkan kepalanya semakin merasa bersalah.
"Apa maksudmu dengan maaf mas? Jelaskan mas, apa maksudnya?" tuntut Karina mulai emosi.
"Kukira aku dulu mencintaimu tapi sejak bertemu dengannya lagi setahun yang lalu, aku mulai menyadari... kalau perasaanku padamu hanya sebatas tanggung jawab karena menghormati perjodohan orang tua kita." jelas Keanu menusuk perasaan terdalamnya.
"Jadi maksud mas, mas hanya menganggapku hanya sebagai rasa tanggung jawab kepada istri?" tanya Karina terdengar getir.
"Maaf." Keanu menundukkan kepalanya kembali semakin merasa bersalah. Karina terdiam begitu juga Keanu.
"Ceraikan aku mas! Ceraikan aku dulu baru kemudian kau menikahlah dengannya!"lirih Karina namun masih terdengar oleh Keanu.
"Itu tidak mungkin. Aku sudah berjanji pada orang tua kita untuk tidak akan pernah bercerai denganmu." sangkal Keanu menatap Karina tajam.
"Aku yang akan menggugat cerai kamu mas." jawab Karina menatap Keanu tak kalah tajam.
Keanu menatap Karina nyalang, dia terlihat emosi mendengar ucapan Karina.
"Kalau kau menggugat cerai aku, Anin akan kubawa. Dan tak akan kuizinkan kau menemuinya sampai kapanpun." ancam Keanu menatap tajam.
"Tapi aku tak sudi dimadu mas, aku tak mau hidup dengan istrimu yang lain." seru Karina.
"Terserah, aku sudah katakan dengan atau tanpa persetujuanmu aku tetap akan menikahinya. Toh, kami tidak akan tinggal disini bersama." Keanu pergi meninggalkan rumah itu tanpa basa-basi apapun lagi.
Karina hanya bisa terduduk di lantai terlihat putus asa.
"Kau kejam mas, kau kejam. Seburuk itukah aku sampai kau ingin mencari istri lain." bisik Karina lirih.
Tangisan terdengar di kamar itu. Membuat siapapun yang mendengarnya pasti akan merasakan kasihan karena terdengar menyayat hati.
Bayangan di luar pintu kamar Karina terdapat seseorang yang melihat kejadian itu sejak saat papanya datang. Suara teriakan membuat tidur siangnya terganggu meski memang sudah waktunya dirinya bangun. Ingin dia mendekati sang mama yang sudah tak berdaya karena rasa sakit yang diberikan oleh sang papa.
Gadis kecil itu seolah teringat ucapan teman-teman sekelasnya yang mengatakan kalau ayah temannya itu jarang pulang ke rumah karena kedua orang tuanya bercerai.
Awalnya gadis kecil itu tak paham apa yang dibicarakan teman-temannya namun sekarang dia mengerti apa maksud dari perceraian yang teman-temannya ucapkan. Mungkin gadis itu terlihat masih kecil.
Tapi karena kesehariannya yang jarang bersama dengan orang tuanya membuat gadis itu harus dewasa karena terlalu mandiri untuk mengerjakan apapun sendirian. Bahkan jika bi Ani terlalu lama menjemputnya sekolah, dia dengan selamat sampai ke rumahnya.
***
Hari Senin, hari pertama Karina mulai masuk kerja kembali setelah libur akhir pekan. Begitu juga putrinya, kini dia sudah bersiap-siap untuk berangkat sekolah tanpa dibantu oleh mamanya.
"Kau sudah siap sayang?" tanya Karina lembut sambil mengusap rambut putrinya lembut.
"Iya ma."
"Makan yang banyak ya sayang, mama buatkan nasi goreng kesukaanmu, nasi goreng seafood... tara..." ucap Karina menyodorkan satu piring nasi goreng di meja dengan udang goreng di atasnya.
Karina ikut duduk di kursi depan meja berhadapan dengan putrinya dan ikut menyantap sarapannya.
"Terima kasih mama." ucap Anin tersenyum senang menunjukkan deretan gigi putihnya.
"Sama-sama sayang." jawab Karina.
Mereka pun mulai sarapan tanpa ada suara hanya dentingan sendok dan piring.
"Ayo, biar mama antar sekalian sayang!" tawar Karina.
Dia memakai mobilnya lagi. Pekan lalu dia tak membawa mobilnya karena dia akan tahu ada acara makan-makan merayakan kepala bagiannya yang baru.
Mobil meluncur meninggalkan pekarangan rumahnya. Rumah mungil dua lantai yang dibeli suaminya itu menjadi tempat tinggal mereka setelah pernikahan, namun kini sekarang hanya tinggal dirinya bersama putrinya saja.
"Sekolah yang pintar ya sayang, jangan nakal!" titah Karina saat putrinya hendak turun dari mobil.
"Baik ma." jawab Anin sambil menyalami sang mama tak lupa mencium punggung tangan mamanya dan mengecup pipinya sekilas.
"Bye mama." Anin melambaikan tangannya begitu selesai menutup pintu dan pergi meninggalkan sekolah putrinya setelah melihat putrinya masuk ke sekolah dengan aman.
Karina melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang, waktu masih menunjukkan pukul tujuh pagi. Masih ada satu jam dirinya untuk perjalanan ke kantor.
**
"Selamat pagi mbak Karin?" sapa seorang wanita yang bekerja di bagian resepsionis.
"Pagi..." Karina balas menyapa.
Karina mencoba menghela nafas panjang, membuangnya perlahan. Mencoba melupakan segala masalah yang sedang menghimpitnya. Dia berusaha untuk tegar dengan keputusan suaminya. Diduakan oleh suaminya. Dan entah apakah suaminya akan tetap menafkahi mereka Karina tak tahu dan tak menuntutnya.
Dia hanya ingin berusaha bekerja keras demi masa depan dirinya dan putrinya tanpa suaminya meski mereka belum bercerai. Karina akan menganggap dirinya sebagai istri dengan seorang anak yang ditinggalkan suaminya. Karina juga berusaha untuk mengubur perasaannya pada suaminya yang telah menikah lagi itu.
"Pagi mbak Karin... kemarin gimana pulang? Selamat?" tanya Bella rekan kerjanya sesama bagian keuangan.
"Pagi mbak Karin..." sapa Theo juniornya juga di bagian yang sama.
"Pagi..." balas Karina melambai pada Theo yang langsung menuju ke kubikel tempatnya bekerja.
"Aku baik-baik saja Bel." jawab Karina duduk di kursinya mulai bekerja.
"Aku khawatir Lo mbak, kukira mbak nyasar kemana setelah dari toilet. Bahkan mas Indra sampai nyamperin mbak ke toilet tapi sudah gak ada." jelas Bella menyebut senior mereka yang telah menjadi ketua tim keuangan dibawah kepala bagian keuangan.
Seketika ingatan Karina terlintas kejadian malam lalu, saat dirinya bangun-bangun sudah ada pria dewasa dengan tubuh kekar tertelungkup di sisinya tidur dengan keadaan sama-sama telanjang. Seketika itu pula wajah Karina berubah merah mengingat keintiman mereka.
"Sial..." umpat Karina melambai-lambai di atas kepalanya menghilangkan pikiran mesumnya.
"Ada apa mbak?" tanya Bella penasaran melihat Karina sedikit aneh.
"Eh, gak ada kok, ayo kerja!" Karina langsung membuka laptopnya memulai pekerjaannya. Bella juga kembali menatap laptopnya sambil mengedikkan kedua bahunya acuh.
TBC
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 224 Episodes
Comments
fifid dwi ariani
trus bahagia
2022-10-16
0
MiNIeL
kasian sma ank nya😢
org tua yg punya masalah tp ank yg menanggung akibatnya
2021-06-15
1