5. Sindiran yang Berulang

Kaki Nadia mendadak terasa berat melangkah, begitu melihat AUDY R8 Grey terparkir di pinggir jalan depan rumah Angga, saat ia tiba bersama Tristan untuk menghadiri acara aqiqahan anak kedua Angga.

Ia menyesali usahanya untuk membantu Mithalia bertemu Bimasena, membuatnya seperti orang bodoh ketika berbicara dengan Bimasena. Ia yakin, Bimasena pasti menertawakannya.

Ingin berbalik arah, ia harus bilang apa pada Tristan. Akhirnya dengan langkah yang berat, ia pun mengekor Tristan masuk ke rumah Angga. Angga dan istrinya menyapa mereka berdua ketika masuk ke dalam ruang tamu.

Seperti kata Angga pada WA group, malam adalah khusus acara untuk teman angkatan SMA nya. Wajah-wajah yang nampak di rumah Angga hampir semua ia kenal, membentuk kelompok-kelompok. Ada yang duduk di sofa mengobrol, ada yang bermain catur, ada pula yang berdiri di dekat meja makan, makan juga sambil mengobrol.

Nadia mengedarkan pandangan mencari-cari dimana gerangan Bimasena di ruangan itu. Karena ia akan menghindari untuk berdekatan dengan Bimasena. Namun ia tidak bisa menemukan sosok yang dicarinya.

Setelah memastikan kelompok yang duduk di sofa aman dari Bimasena, ia pun bergabung di tempat itu bersama Mithalia, Reyna, dan Glen. Sementara Tristan bergabung dengan kelompok yang bermain catur.

"Kok telat sih?" tanya Mithalia yang kelihatannya berdandan maksimal malam ini, teknik burung betina menarik perhatian burung jantan.

"Tristan, lama baru pulang dari kantor," jawab Nadia sambil duduk di sofa panjang yang kosong.

Saat ia duduk di sofa, ia baru memperhatikan di sampingnya tergeletak sebuah sling bag pria dari sebuah brand yang tidak bisa sembarang orang memilikinya.

Punya siapa?

Baru saja ia hendak bertanya siapa yang meletakkan sling bag di sofa, tahu-tahu sebuah tangan meraih benda itu, dan duduk di sampingnya.

Pemilik sling bag tersebut.

Orang yang ia hindari untuk tidak bertemu, sekarang sudah duduk di sampingnya. Mengulum senyum padanya. Senyum yang membuat jantung Nadia rontok seketika. Yang disebabkan oleh senyum yang terlalu memikat dilihatnya, bercampur rasa malu yang belum hilang karena gelagapan di saluran telepon.

"Hai Nadia!" sapa Bimasena.

"Hai!" balas Nadia dengan irama jantung yang tidak terkendali. Ia hanya mengulangi sepenggal kata Bimasena tanpa ada ucapan tambahan lain. Tidak tahu harus menambahkan kalimat apa.

Namun ternyata tidak ada basa-basi lain yang diberikan Bimasena kepadanya. Setelah itu Bimasena asyik berbincang dengan Glen.

Bagaimana rasanya duduk di samping Bimasena?

Yang jelas Nadia tidak perlu berbunga-bunga, karena ia dan Bimasena suatu yang imposibble (tidak mungkin). Oleh karena itu ia tidak perlu berlama-lama duduk di sofa (di samping Bimasena), agar jantungnya tetap pada posisinya saat ia pulang ke rumah nanti. Sebab ia deg-degan, bukan main.

Nadia menahan senyum, melihat tabiat dua temannya Mithalia dan Reyna di depannya mendadak berubah. Dua gadis yang bersaing mendapat perhatian Bimasena. Mereka yang sebelumnya bawel jadi lebih kalem dan rada-rada pemalu.

Belum lagi mata Mithalia dan Reyna yang tidak berhenti memandangi Bimasena dengan tatapan kagum. Membuat ia juga mencuri-curi pandang, ke Pria di samping kanannya, yang sedang asyik ngobrol dengan Glen perihal Propinsi Jambi, daerah asal Glen.

Melihat punggungnya saja sudah membuatnya kagum. Sambil membayangkan bila....... oh tidak, itu tidak boleh....bahkan sekedar membayangkannya pun terlarang.

"Kalau lu suka wisata alam, ada air terjun Sigerincing, air terjun Arai Indah, atau lu bisa hiking di Gunung Kerinci. Emang kapan lu mau ke Jambi?" Glen menjelaskan kampung halamannya pada Bimasena, membuat Nadia teralih dari membayangkan punggung Bimasena.

"Dalam waktu dekat," jawab Bimasena.

"Ajak-ajak dong kalau mau wisata ke Jambi," Reyna tiba-tiba saja nimbrung.

Bimasena tersenyum ke arah Reyna, "Reyna, saya akan ke sana, not for traveling, but for work (bukan untuk berwisata, tetapi untuk bekerja).

Membuat Mithalia tersenyum senang atas penolakan yang didapat Reyna dari Bimasena. Reyna merengus.

"Kamu pindah kerja ke Jambi?" lanjut Glen.

"Nggak, sekali-kali nanti saya kesana."

"Emang kamu kerja di perusahaan minyak apa? Bimoli? Sunco? Filma? Pasti kamu punya posisi penting deh," tanya Reyna kembali. Berusaha mendapat info sebanyak-banyaknya dari Bimasena. Namun cara yang sangat buruk dan kasar. Kembali membuat Mithalia yang mendadak kalem di atas angin.

"Nggak ada satupun yang kamu sebut tempat saya bekerja Reyna, saya cuma karyawan biasa kok, nggak punya posisi penting. Masih muda begini bagaimana bisa dapat posisi."

Penilaian awal Nadia, ternyata Bimasena sosok yang kurang terbuka. Sampai detik ini masih menyembunyikan perusahaan tempatnya bekerja juga alamat rumahnya.

"Nama perusahaannya?" lagi-lagi Reyna tidak sabar.

Bimasena mendesah dengan todongan pertanyaan dari Nadia, namun akhirnya mengalah.

"FreddCo Energy Reyna," akhirnya Bimasena menjawab juga atas desakan Reyna.

"Wouw...!!!" kata yang keluar bersamaan dari mulut Mithalia, Reyna dan Glen. Nadia cukup dalam hati, ia tidak ingin terlalu menampakkan kekagumannya pada Bimasena.

"Produsen minyak dan gas terbesar tuh di Indonesia tuh, hebat kamu Bima bisa kerja di Perusahaan Asing itu," gumam Glen geleng-geleng kepala. Namun nampaknya Bimasena tidak terpengaruh dengan pujian itu.

Melihat Bimasena bisa menjadi hiburan untuk cuci mata. Tapi itu berlaku bagi Wanita single seperti Mithalia dan Reyna. Namun bagi dirinya, Bimasena adalah racun. Terus melihat pesona Bimasena bisa membuat Tristan terasa hambar baginya.

Oleh karena itu ia harus cepat-cepat pindah dari samping Bimasena. Meskipun hati ingin berlama-lama duduk di sampingnya, seperti sepasang.......... oh tidak, tidak boleh, meskipun sekedar membayangkannya.

Begitu melihat kursi kosong di samping Tristan, segera ia pindah ke sana. Sebelum ia mabuk pesona Bimasena seperti Mithalia dan Reyna yang tanpa sadar matanya melotot memperhatikan Bimasena. Lebih baik ia mendampingi suaminya bermain catur.

Dari pada terus memperhatikan Pria yang jarang bicara tapi otaknya seperti terus berpikir itu. Sepertinya ia mempunyai beban yang berat, mungkin di kantor, karena ia belum mempunyai rumah tangga.

Sekarang ia duduk di samping Tristan. Menonton suaminya bermain catur melawan Alfredo. Alfredo memang jagonya olahraga, namun catur adalah olahraga otak. Tentu saja pemenangnya adalah yang otaknya lebih terasah, Tristan.

Tristan tertawa senang melihat kekalahan Alfredo.

"Ayo, siapa lagi nih yang berani melawan? tiga lawan sudah tumbang semua," tantang Tristan dengan bangganya.

Alfredo berdiri dari kursinya, berjalan menuju meja makan. Mungkin catur begitu menguras energinya sehingga ia butuh tambahan kalori.

Tanpa ia sangka penantang baru Tristan adalah orang yang justru membuatnya pindah duduk di samping Tristan. Sekarang pria itu sudah duduk di depannya, segaris dengan Tristan.

Ia harus menjaga dirinya agar nampak biasa-biasa saja, tidak terpengaruh dengan kedatangan Bimasena. Lagian mengapa juga ia harus terpengaruh.

Kali ini rupanya Tristan mendapat lawan yang sepadan. Keduanya tampak sama-sama berpikir merencanakan langkah selanjutnya agar tidak meninggalkan celah yang menguntungkan bagi lawan serta melihat-lihat posisi bagus untuk menyerang.

Bimasena bermain sangat tenang. Tidak seperti Tristan yang sering mendesis, atau bergumam tidak jelas.

"Sial!," ucap Tristan, saat melakukan blunder sehingga satu bidaknya menjadi korban blockade yang dilakukan Bimasena.

Bimasena tersenyum kecil dan bersandar pada kursi sambil menunggu Tristan mengambil langkahnya.

Entah mungkin hanya Nadia yang saja yang terlalu kegeeran, tapi ia merasa, Bimasena selalu menatapnya tanpa senyum. Atau karena mungkin kebetulan ia duduk di samping Tristan. Mau tidak mau matanya dengan mata Bimasena sering bertemu. Membuat tubuhnya kembali bereaksi, menjadi panas dingin.

"Kenapa belum menikah Bro?" pertanyaan tiba-tiba terlempar dari mulut Tristan. Entah karena penasaran dengan status single Bimasena atau sengaja ingin mengacaukan konsentrasi Bimasena.

Bimasena tertawa ringan namun tetap fokus pada papan catur, "Belum ketemu yang cocok untuk menjadi istri Bro."

"Calon udah punya?"

"Belum."

"Karena belum punya calon, kalau nyari calon istri jangan cuman lihat kecantikannya saja Bro. Tapi lihat kualitasnya. Cari wanita yang cerdas. Karena ibu yang cerdas akan menghasilkan anak yang cerdas. Berdasarkan penelitian, Ibu menurunkan gen kecerdasan yang lebih banyak karena memiliki dua kromoson X daripada Ayah yang hanya memiliki satu kromoson Y," seperti itu Tristan menjelaskan pada Bimasena.

Nadia merasa ucapan Tristan itu menyindirnya. Bahwa Tristan sudah salah dalam memilih istri. Terlebih lagi dengan kening mengkerut, mata Bimasena menatap ia dan Tristan secara bergantian.

Tentu saja Bimasena cukup tahu, zaman sekolah dulu Nadia memiliki kecantikan di atas rata-rata, tetapi tidak masuk dalam kategori cerdas.

Tatapan Bimasena semakin mengerdilkan hati Nadia atas ucapannya Tristan. Ia bisa menerima sindiran Tristan, tetapi jangan di depan orang. Apalagi pada Bimasena.

Tristan melanjutkan lagi, "Dalam menjalin hubungan jangka panjang, pesona fisik wanita tidaklah terlalu penting, yang menyenangkan itu adalah pasangan yang bisa diajak membicarakan topik-topik berbobot dan berkelas. Seiring berjalannya waktu, kecantikan akan memudar, disinilah wanita cerdas lebih unggul dan terkesan lebih seksi. Berdasarkan penelitian lagi, pria yang memiliki istri yang cerdas, umurnya lebih panjang."

Tristan dan Bimasena sama-sama tergelak setelah Tristan mengucapkan kalimat umur lebih panjang. Namun Bimasena buru-buru menghentikan tawanya mungkin karena melihat perubahan air muka dari Nadia.

Nasehat Tristan memang sangat benar untuk Bimasena. Namun sengaja atau tidak sengaja sudah melukai hati Nadia, istrinya. Karena bukan sekali ini saja diucapkannya dan terus terngiang.

Sebelum-sebelumnya Nadia hanya bisa menelan ludah setiap sindiran yang sama dari Tristan. Namun sekarang lidah Tristan menjadi pedang paling tajam yang menggores hatinya.

Membuatnya tertawa getir dengan bibir bergetar. Tristan yang tidak acuh dan tetap fokus pada papan caturnya, sementara Bimasena yang terus menatapnya dengan pandangan khawatir, membuat matanya memanas. Namun ia berusaha membendung agar air mata tidak tumpah, untuk tidak memperlihatkan kelemahan dirinya.

"Setiap pria memiliki selera yang berbeda Bro, di kantor saya, boleh dikata hampir semua karyawan nya cerdas, berkualitas, dan dari universitas unggulan karena recruitment karyawan yang sangat ketat. Namun tidak ada yang membuat saya berminat. Kecenderungan saya melihat wanita pada kedewasaan emosional dan baik hati. Terdengar klise mungkin. Tapi wanita cerdas yang saya temui, belum bisa memikat hati. Pria itu makhluk visual, jadi tidak bisa dipungkiri, di mata pria kecantikan fisik itu masih penting." Entah ucapan Bimasena itu datang dari hati, atau hanya sekedar menghibur hati Nadia, namun malah membuatnya semakin sakit hati pada Tristan.

"Lu kerja di mana?" tanya Tristan, begitu Bimasena mengatakan di kantornya dipenuhi wanita cerdas.

"FreddCo Energy," jawab Bimasena singkat.

Tristan terbelalak, "you are great!(hebat kamu)."

"Permisi, saya ke toilet dulu." Nadia tak mampu lagi membendung air matanya. Ia menuju toilet dengan setengah berlari.

********

Nadia menyeka air matanya, merapikan kembali dirinya dan berjalan keluar dari toilet melewati ruang tengah, ruang tamu, teras dan keluar melalui pintu pagar rumah Angga. Ia berencana untuk pulang tanpa menunggu Tristan, juga tanpa sepengetahuan teman-temannya.

Ia sudah tidak betah berada di rumah itu karena sakit hati pada Tristan dan malu pada Bimasena.

Ia bersandar pada dinding pagar rumah Angga, menunggu taxi online yang sudah ia pesan.

Belum juga taxi itu datang, seseorang sudah ikut berdiri di sampingnya.

Bimasena.

Entah darimana pria itu muncul. Tiba-tiba saja sudah berada di sampingnya dan ikut bersandar pada tembok pagar.

Setelah beberapa saat saling diam, akhirnya Bimasena bertutur,

"Bagaimana cara kita menjalani kehidupan, itu tergantung seperti apa kita memandang kehidupan. Jangan biarkan pikiran negatif bahkan pandangan orang lain mengendalikan dirimu, meskipun dari orang dekatmu sendiri."

"Setiap manusia pasti memiliki kekurangan dan kelebihannya masing-masing. Jangan hilangkan kepercayaan diri yang pernah kamu miliki."

"Jalani hidup dengan caramu, dengan apa yang kamu miliki. Tidak perlu menjadi orang lain. Masa depan itu cerah bagi orang yang selalu memandang hidup dari sisi yang terang."

"Kalau kamu merasa tidak dihargai, maka hargai dirimu sendiri."

"Jangan berkecil hati."

"Jangan pulang sendiri, sudah larut malam, pulanglah dengan Tristan suamimu. Akan lebih aman."

Nadia tidak tahu harus menjawab apa, namun air matanya kembali menganak sungai.

Saat taxi online datang, Bimasena malah meminta sopir taxi itu pergi, dengan memberi uang tip sebelumnya.

"Masuklah ke dalam, tidak baik seorang perempuan berdiri di luar, malam-malam begini."

Nadia menggeleng, "Aku tunggu Tristan di sini."

"Kalau kamu mau tinggal di sini, aku juga harus tetap di sini menjaga kamu. Tidak baik kan kita berduaan di tempat gelap ini. Apa kata orang nanti. Masuklah Nadia."

Mungkin aman bila Nadia ditemani Bimasena di tempat itu, namun tidak aman bagi jantungnya. Sehingga ia tidak membantah lagi dan segera masuk ke dalam.

Jantungnya kembali tidak terkendali sejak Bimasena berdiri di sampingnya.

Terpopuler

Comments

Wina Destania

Wina Destania

Tristan cerdas tapi tidak berakhlak

2024-09-08

1

𝓙𝓾𝓶 𝓜𝓮𝓰𝓾𝓶𝓲

𝓙𝓾𝓶 𝓜𝓮𝓰𝓾𝓶𝓲

Kerennya ka Ina 🤗

2024-07-03

0

MaLovA

MaLovA

blum bisa move on dari novel ini, baca lagi yg ke 2 kali❤

2024-01-03

8

lihat semua
Episodes
1 1. Tristan Atmaja (Rev)
2 2. Bimasena
3 3. Hanya iya dan iya
4 4. FreddCo Energy
5 5. Sindiran yang Berulang
6 6. Pelanggan Ngotot
7 7. Saat Ia Datang
8 8. Hakimah
9 9. Jatuh Cinta atau Sekedar Kagum?
10 10. Mana Lututmu?
11 11. Menyenangkan Tetapi Menyiksa
12 12. Dalam Masalah
13 13. Beri Aku Satu Kata
14 14. Kamu Menghibur Jiwaku
15 15. Pengenalan Medan Operasi
16 16. Jangan Ganggu Aku Lagi
17 17. Ujian Terdahsyat
18 18. Siapa Lagi Yang Akan Membahagiakannya?
19 19. Kau Jadikan Wanita Yang Berharga
20 20. Aku Pemujamu
21 21. Sang Penggoda
22 22. Biarlah Hati Melebarkan Sayapnya
23 Survey
24 23. Terbukalah Padaku
25 24. Bertahan dengan Puing yang Terserak
26 25. Selalu Memikirkanmu
27 26. Kamu Jangan Mati
28 27. Reunion Part 1 / 3
29 28. Reunion Part 2 / 3
30 29. Reunion Part 3/3
31 30. Kala Memberimu Dosa
32 31. Menyesatkan Diri Ke Dalam Dosa
33 32. Membenahi Semua Perasaan
34 33. Senandung Lagu Rindu Untuk Jiwa Yang Galau
35 34. Apa Yang Membuatmu Berubah?
36 35. Seolah Kau Belahan Jiwa
37 36. Sang Penakluk Sejati
38 37. Dibawah Tatapan Yang Menikam Jantung
39 38. Terhempas di Padang Rindu
40 39. Hubungan Diluar Kelaziman
41 40. Sebatas Mimpi
42 41. Tak Ingin Beranjak dari Kekhilafan.
43 42. Beautiful Night (1)
44 43. Beautiful Night (2)
45 44. Menabuh Genderang Perang
46 45. Hati Yang Telah Terkunci
47 46. Kaliurang Reunion (1)
48 47. Kaliurang Reunion (2)
49 48. Kaliurang Reunion (3)
50 49. Kaliurang Reunion (4)
51 50. Kaliurang Reunion (5)
52 51. Kaliurang Reunion (6)
53 52. Angkara Murka di Langit Kaliurang
54 53. Lara dibalik Rasa
55 54. Penghancur Segala Logika
56 55. Rasa yang Terlampau Besar
57 56. Baby Breath
58 57. Tidak Terlatih Untuk Patah Hati
59 58. Nadiaku
60 59. Nama yang Terpatri di Sanubari
61 60. Lelaki Majnun
62 61. Keadaan Yang Tidak Berpihak
63 62. Langkah Tertuju Padamu
64 63. Apapun Kulakukan Untukmu
65 64. Apa Ada Pria yang Bernasib Sama Seperti Dirinya?
66 65. A Night To Remember
67 66. Dua Pria Bertemu
68 67. Di Ambang Perpisahan
69 68. Dia Telah Pergi
70 69. Segalanya Tidak Mudah
71 70. The Blue Sapphire
72 71. New Baby Breath
73 72. Untuk Ayah Tercinta
74 73. Keinginan Gila Pria Itu
75 74. A Night To Remember (2)
76 75. Cerita Tentang Bulan Kesiangan
77 76. Cerita Telah Berlalu
78 77. Mentari Berselimut Mendung
79 78. Maafkan, Aku Mencintai Istrimu
80 79. Yang Telah Pergi
81 80. Mengecap Rasa Usai Badai
82 81. Tidak Ada Kata Terlambat
83 82. Te Echo De Menos (Aku Rindu Padamu)
84 83. Let Him Fly
85 84. Berhenti Bersembunyi
86 85. Reunion: The Wedding Guest
87 86. Reuni: Impian Yang Tidak Kesampaian
88 87. Hati Yang Telah Dicuri
89 88. Dua Manusia Bodoh
90 89. I don’t know why I miss you so well
91 90. Sebuah Nama
92 91. Cinta Baru Penawar Rindu
93 92. Lautan Kekecewaan
94 93. Aku, Kamu, Dia dan Glor
95 94. Menjadi Bagian Dari Masa Lalu
96 95. Di Penghujung Jalan
97 96. Dia Yang Datang Kembali
98 97. Lagu Tentang Cinta
99 98. Pria Yang Membuatnya Sekarat
100 99. Petualangan Terbesarnya
101 100. Penjajah Hati
102 101. Hidup Dibawah Pengaruhnya
103 102. Wanitaku Bukan Wanita Bodoh
104 103. Hopefully You Will Become My Future
105 104. Ayah dan Calon Suami Yang Baik
106 105. Eres mi alma gemelo (Kamu adalah separuh hatiku)
107 Bukan Update
108 106. Takkan Ada Cinta Yang Lain
109 107. Apa Yang Tidak Kuberikan?
110 108. Hati Merah Jambu Menjadi Ungu
111 109. Seamos Felices Juntos
112 110. I Will Always Love You
113 111. Bunga Merekah Tak Sampai Semusim
114 112. Ranting-ranting Asa yang Patah
115 113. Rindu yang Memorak-porandakan.
116 114. Love is a battle
117 115. Berselancar di Lautan Asmara
118 116. Titik Lemah Panglima
119 117. Bahagia Untukmu
120 118. Aku Tanpamu
121 119. Me and Reunion
122 120. Binaran Hati yang Berseri
123 121. Lembar Baru
124 122. Your Imagination
125 123. Ahli Hipnotis
126 124. Cuffing Season
127 125. Menjadi Nyonya Bimasena
128 126. Brown Eyed Handsome Man
129 127. The Blue Night
130 128. Petualangan Baru
131 129. Pengalaman Fantastis
132 130. Epilog. Reuni: Nadia, Cinta Terbaikku.
133 Extra Part 1.
Episodes

Updated 133 Episodes

1
1. Tristan Atmaja (Rev)
2
2. Bimasena
3
3. Hanya iya dan iya
4
4. FreddCo Energy
5
5. Sindiran yang Berulang
6
6. Pelanggan Ngotot
7
7. Saat Ia Datang
8
8. Hakimah
9
9. Jatuh Cinta atau Sekedar Kagum?
10
10. Mana Lututmu?
11
11. Menyenangkan Tetapi Menyiksa
12
12. Dalam Masalah
13
13. Beri Aku Satu Kata
14
14. Kamu Menghibur Jiwaku
15
15. Pengenalan Medan Operasi
16
16. Jangan Ganggu Aku Lagi
17
17. Ujian Terdahsyat
18
18. Siapa Lagi Yang Akan Membahagiakannya?
19
19. Kau Jadikan Wanita Yang Berharga
20
20. Aku Pemujamu
21
21. Sang Penggoda
22
22. Biarlah Hati Melebarkan Sayapnya
23
Survey
24
23. Terbukalah Padaku
25
24. Bertahan dengan Puing yang Terserak
26
25. Selalu Memikirkanmu
27
26. Kamu Jangan Mati
28
27. Reunion Part 1 / 3
29
28. Reunion Part 2 / 3
30
29. Reunion Part 3/3
31
30. Kala Memberimu Dosa
32
31. Menyesatkan Diri Ke Dalam Dosa
33
32. Membenahi Semua Perasaan
34
33. Senandung Lagu Rindu Untuk Jiwa Yang Galau
35
34. Apa Yang Membuatmu Berubah?
36
35. Seolah Kau Belahan Jiwa
37
36. Sang Penakluk Sejati
38
37. Dibawah Tatapan Yang Menikam Jantung
39
38. Terhempas di Padang Rindu
40
39. Hubungan Diluar Kelaziman
41
40. Sebatas Mimpi
42
41. Tak Ingin Beranjak dari Kekhilafan.
43
42. Beautiful Night (1)
44
43. Beautiful Night (2)
45
44. Menabuh Genderang Perang
46
45. Hati Yang Telah Terkunci
47
46. Kaliurang Reunion (1)
48
47. Kaliurang Reunion (2)
49
48. Kaliurang Reunion (3)
50
49. Kaliurang Reunion (4)
51
50. Kaliurang Reunion (5)
52
51. Kaliurang Reunion (6)
53
52. Angkara Murka di Langit Kaliurang
54
53. Lara dibalik Rasa
55
54. Penghancur Segala Logika
56
55. Rasa yang Terlampau Besar
57
56. Baby Breath
58
57. Tidak Terlatih Untuk Patah Hati
59
58. Nadiaku
60
59. Nama yang Terpatri di Sanubari
61
60. Lelaki Majnun
62
61. Keadaan Yang Tidak Berpihak
63
62. Langkah Tertuju Padamu
64
63. Apapun Kulakukan Untukmu
65
64. Apa Ada Pria yang Bernasib Sama Seperti Dirinya?
66
65. A Night To Remember
67
66. Dua Pria Bertemu
68
67. Di Ambang Perpisahan
69
68. Dia Telah Pergi
70
69. Segalanya Tidak Mudah
71
70. The Blue Sapphire
72
71. New Baby Breath
73
72. Untuk Ayah Tercinta
74
73. Keinginan Gila Pria Itu
75
74. A Night To Remember (2)
76
75. Cerita Tentang Bulan Kesiangan
77
76. Cerita Telah Berlalu
78
77. Mentari Berselimut Mendung
79
78. Maafkan, Aku Mencintai Istrimu
80
79. Yang Telah Pergi
81
80. Mengecap Rasa Usai Badai
82
81. Tidak Ada Kata Terlambat
83
82. Te Echo De Menos (Aku Rindu Padamu)
84
83. Let Him Fly
85
84. Berhenti Bersembunyi
86
85. Reunion: The Wedding Guest
87
86. Reuni: Impian Yang Tidak Kesampaian
88
87. Hati Yang Telah Dicuri
89
88. Dua Manusia Bodoh
90
89. I don’t know why I miss you so well
91
90. Sebuah Nama
92
91. Cinta Baru Penawar Rindu
93
92. Lautan Kekecewaan
94
93. Aku, Kamu, Dia dan Glor
95
94. Menjadi Bagian Dari Masa Lalu
96
95. Di Penghujung Jalan
97
96. Dia Yang Datang Kembali
98
97. Lagu Tentang Cinta
99
98. Pria Yang Membuatnya Sekarat
100
99. Petualangan Terbesarnya
101
100. Penjajah Hati
102
101. Hidup Dibawah Pengaruhnya
103
102. Wanitaku Bukan Wanita Bodoh
104
103. Hopefully You Will Become My Future
105
104. Ayah dan Calon Suami Yang Baik
106
105. Eres mi alma gemelo (Kamu adalah separuh hatiku)
107
Bukan Update
108
106. Takkan Ada Cinta Yang Lain
109
107. Apa Yang Tidak Kuberikan?
110
108. Hati Merah Jambu Menjadi Ungu
111
109. Seamos Felices Juntos
112
110. I Will Always Love You
113
111. Bunga Merekah Tak Sampai Semusim
114
112. Ranting-ranting Asa yang Patah
115
113. Rindu yang Memorak-porandakan.
116
114. Love is a battle
117
115. Berselancar di Lautan Asmara
118
116. Titik Lemah Panglima
119
117. Bahagia Untukmu
120
118. Aku Tanpamu
121
119. Me and Reunion
122
120. Binaran Hati yang Berseri
123
121. Lembar Baru
124
122. Your Imagination
125
123. Ahli Hipnotis
126
124. Cuffing Season
127
125. Menjadi Nyonya Bimasena
128
126. Brown Eyed Handsome Man
129
127. The Blue Night
130
128. Petualangan Baru
131
129. Pengalaman Fantastis
132
130. Epilog. Reuni: Nadia, Cinta Terbaikku.
133
Extra Part 1.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!