BIMASENA
Sangat aneh dan lucu, ia mengirim message padaku, dan pada saat aku call back, ia hanya ingin menyampaikan:
Mithalia ingin bertemu dengan kamu.
Padahal aku sudah bela-belain keluar saat rapat, rapat penting bersama Kepala SKK Migas yang membahas percepatan transisi Blok Merangin di Sumatera Selatan dan Jambi yang masih berlangsung.
Demi menjawab pesannya yang terabaikan lebih dari sejam karena rapat yang berjalan lama.
Ada-ada saja. Belum lagi ia hanya menjawab iya dan iya setiap pertanyaanku dengan gelagapan. Mengapa ia jadi nervous begitu?
Mungkin karena aku lupa membalas message Mithalia, sehingga ia meminta Nadia yang menghubungiku.
Terlalu banyak message yang masuk, kadang aku sudah tidak sempat membalasnya. Bahkan kadang tidak sempat di read sama sekali.
Aku kembali masuk ke ruang rapat.
"Kalau proses transisi Merangin tidak segera terselesaikan dengan baik, maka decline yang besar akan jadi masalah utama kita di Indonesia.
Saya meminta FreddCo Energy untuk betul-betul bekerja keras, agar upaya transisi bisa dieksekusi sesegera mungkin." Begitu ucapan Kepala SKK Migas yang tertangkap indera pendengaranku saat aku masuk kembali ke ruang rapat.
Ketika aku kembali duduk di kursi, mataku sempat melihat Presiden Direktur menghunuskan tatapan peringatan padaku. Aku bisa mengerti ketidak senangannya, karena aku meninggalkan rapat penting ini meskipun hanya sesaat. Sesaat tapi bisa melewatkan informasi yang cukup penting.
Albert Johannes, Presiden Direktur FreddCo Energy, perusahaan penghasil dan pengecer minyak multinasional yang berpusat di Amerika Serikat. Yang belakangan ini seiring perkembangannya memiliki kepentingan dalam pembangkit tenaga listrik.
FreddCo Energy merupakan perusahaan tempatku bekerja. Awalnya aku bekerja di kantor utama, di Amerika Serikat.
Baru tiga bulan ini aku ditempatkan di Indonesia, dikembalikan ke tanah airku, sebagai Senior Vice President Exploration, FreddCo Energy Indonesia Operation.
Aku tidak perlu lama-lama merasa terintimidasi dibawa tatapan peringatan Presiden Direktur, karena sekarang ia mendapat giliran berbicara.
Presiden Direktur FreddCo Energy berbicara dengan Bahasa Indonesia yang kurang fasih sehingga harus di mix dengan bahasa inggris. Ya, karena Presiden Direktur perusahaan ini merupakan seorang pria berkebangsaan Amerika Serikat.
Bicara tentang Albert Johannes, selain merupakan Presiden Direktur FreddCo Energy, yang berdomisili di Amerika Serikat, pria 70 tahun itu juga merupakan penyelamat keluarga kami, Ibu, aku dan adikku.
Saat Ibuku, aku dan adikku mengalami keterpurukan selama bertahun-tahun pasca perceraiannya dengan Ayah, ia datang bak seorang Malaikat yang dikirim Tuhan kepada kami.
Ia menikahi Ibu, dan memboyong kami bertiga ke Amerika Serikat. Aku dan Adikku melanjutkan studi di sana. Ia seorang Duda tanpa anak, dan memperlakukan aku dan adikku tidak ubahnya anaknya sendiri. Terutama Adikku Karenina yang sangat manja padanya.
Darinya aku belajar banyak, baik mengenai dunia kerja maupun dunia keluarga.
Namun yang membuat aku sangat takjub padanya adalah bagaimana ia memperlakukan perempuan (Ibuku).
Sebagai wanita yang selalu mengalami kekerasan dalam rumah tangga saat masih bersama Ayah Kandung, Ibu mengalamai hidup yang sangat bertolak belakang ketika bersama Albert Johannes, Ayah Tiriku.
Ayah tiriku memperlakukan Ibuku bak seorang dewi. Sehingga aku selalu melihat pancaran kebahagiaan pada wajah Ibuku setiap saat dan menularkan kebahagiaan itu pada aku dan Adikku Karenina.
If you want to be treated like a king, then treat your woman like a queen (Jika kamu ingin diperlakukan seperti raja, maka perlakukan wanitamu seperti ratu). Seperti itu Albert Johannes, Ayah Tiriku mengajariku.
A woman wants a man to protect her like a daughter, love her like a wife and respect her like a mother (Seorang wanita menginginkan seorang pria melindunginya seperti seorang anak perempuan, mencintainya seperti seorang istri dan menghormatinya seperti seorang ibu).
Hal yang membuat aku berat kembali ke Indonesia adalah karena aku harus meninggalkan keluarga bahagia kami bersama Albert Johannes.
Dan Indonesia kembali mengingatkan keterpurukan diriku, saat Ibu harus banting tulang agar hidup terus berlanjut karena Ayah kandung yang tidak pernah menafkahi kami.
Ketika teman-teman mengikuti ekstra kurikuler seperti olah raga dan seni saat pulang sekolah ataupun main ke mall dan nonton bioskop, aku malah sudah menjemur dan menyetrika pakaian di Laundry. Semua ini aku lakukan demi membantu Ibu mencari nafkah.
You’ll never find a rainbow if you’re looking at your feet (Kamu tidak akan pernah menemukan pelangi jika kamu melihat ke kakimu), nasehat Ayah tiriku saat aku menolak pulang ke Indonesia.
If you want to start a new beginning, make a peace with your past (Bila kamu ingin memulai hal baru, maka ber-damailah dengan masa lalumu). Ia bahkan tidak menginginkan aku membenci Ayah kandungku. Ia meminta aku untuk mencarinya, dan bisa berdamai dengan Ayah kandungku.
"Masih ada sejumlah detail yang harus diselesaikan, terkait dengan jumlah sumur pengembangan yang rencananya akan dibor di tahun tahun depan dan masih dalam kajian teknis.
Sudah ada kesepakatan untuk tahap awal akan dibor 20 sumur di tahun depan. Investasi telah kami siapkan," jawabku atas pertanyaan Kepala SKK migas yang tiba-tiba mengarah kepada tugasku.
Terlalu sering berkutat dengan ladang minyak, mungkin menjadi salah satu faktor mengapa sampai sekarang aku masih sendiri. Waktu habis tersita untuk mengunjungi satu sumur minyak ke sumur minyak yang lain. Bila bukan di tengah hutan, ya di lepas pantai. Tidak ada makhluk yang bisa menarik mata ditemui di lokasi tambang.
Aku pernah meminta ditempatkan di bagian pemasaran saja, namun karena background pendidikan dan pengalaman kerja selama 8 tahun di Mining Sector (bidang pertambangan), mungkin aku harus rela menghabiskan sebagian umur mengurusi ladang minyak.
Beruntung di Indonesia aku sudah diberi jabatan SVP Exploration, sehingga aku bisa berkantor di kantor pusat. Hanya sekali-kali berkunjung ke lokasi tambang bila diperlukan.
Setelah rapat dengan kepala SKK migas selesai, berarti bertambah pula pekerjaanku. Mempercepat transisi masuknya FreddCo Energy ke Blok Merangin untuk mencapai target lifting sesuai APBN. Karena target lifting tahun lalu tidak terpenuhi, sebab banyaknya blok minyak yang merosot produksinya.
Belum lagi persiapan mengikuti lelang sepuluh 10 Blok Minyak dan Gas Bumi untuk penawaran wilayah kerja migas oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral. Tidak tanggung-tanggung, Ayahku sang Presdir itu menargetkan kami harus mendapatkan minimal tiga blok. Cenderung serakah, tapi harus seperti itulah jiwa pebisnis. Orang yang dibawahnya lah yang harus bekerja setengah mati untuk mewujudkan keinginan Bos Besar.
"Aku temui Ibuku dulu," ucapku pada sekretarisku, yang dibalas anggukan.
Kenapa Ibu berada di kantorku?. Ia selalu meluangkan waktunya untuk mendampingi suaminya bila bepergian ke luar negeri. Termasuk ke Indonesia kali ini.
Sungguh, aku ingin kelak bila sudah memiliki istri, bisa menjadi pasangan seperti Ibu dan Daddy ku. Daddy, panggilan kami untuk Albert Johannes, Ayah tiri.
Mereka selalu menghabiskan waktu berdua, betul-betul menikmati masa tua. Perhatian besar yang diberikan Ibuku padanya, dan kejutan-kejutan kecil yang selalu ia berikan kepada Ibuku. Aku sangat kagum pada pasangan itu.
"Kamu sudah dapat pengganti Margareth di Indonesia Bim?"
Tidak ada hal lain yang ditanyakan seorang Ibu yang mulai gusar karena di usia 30 tahun, putranya masih hidup sendiri. Sementara teman sebayanya sudah memiliki satu atau dua anak.
"Santai aja Bu!" jawabku sambil tersenyum.
"Bagaimana bisa santai, kalau anaknya sudah tua tapi belum memiliki pendamping. Tadi Ibu masuk ke ruanganmu. Ibu sempat berbincang-bincang dengan staf di samping ruanganmu. Ibu lihat ada yang cantik, namanya ... Andira ya kalau tidak salah. Sekretarismu juga cantik. Tapi katanya kamu sering bersama dengan SVP Marketing? apa nggak ketuaan orangnya?"
Baru sejam juga di kantor, Ibu sudah menguasai medan. Aku hanya tersenyum tanpa menjawab pertanyaan yang tidak akan berkesudahan dari Ibu bila menyangkut wanita, sambil membaca pesan masuk di ponsel dari Angga teman SMA.
Angga:
Bro, hari Rabu lusa acara Aqiqahan anak keduaku. Datang ya. Acaranya sih siang. Cuman teman-teman janjian datang malam hari. Saat tamu sudah pada pulang. Biar bisa ngumpul-ngumpul lagi.
Aku:
Selamat Bro. Ternyata sudah punya dua anggota.
Anak kedua?, Angga sudah memiliki dua anak disaat aku belum memiliki istri sama sekali. Agak mengenaskan memang. Nasib seorang bujang bila bertemu orang ya ditanya kapan nikah, kenapa belum nikah. Mereka tidak pernah bertanya apa capaianmu. Lagian capaian itu tidak perlu disombongkan karena berkaitan erat dengan yang namanya God's sustenance.
Baiklah Angga, aku akan datang. Ada yang menarik perhatian di sana.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 133 Episodes
Comments
April
Duh suka banget ceritanya serasa nonton dracin deh🥰
2025-01-25
0
𝕭𝖎𝖒𝖆𝖘𝖊𝖓𝖆
Ehemm
sang pejuang mulai beraksi 🤣
2024-06-13
0
Musfa Ningsih Karyadi
sdh ngulang baca ber xx, ttep aja suka ama mas Bima😄🥰
2024-01-15
6