2. Bimasena

NADIA

Saung Pesona Alam.

Itulah nama tempat Mithalia mengundang kami untuk reuni kecil-kecilan teman sekelas saat kami SMA.

Suasananya sangat nyaman untuk dijadikan tempat refreshing. Suasana yang disuguhkan pada pengunjung, yaitu kembali ke alam dengan desain restoran ala pedesaan.

Fasilitas utama yang menjadi daya tarik di tempat ini adalah sederet saung yang menjadi tempat makan pengunjung. Saung-saung mengelilingi kolam ikan yang sangat luas seperti danau. Gubug-gubugnya dibuat dari daun alang-alang, sehingga sangat nyaman untuk bersantai dan sangat menarik mata.

Mithalia memilih saung yang besar untuk kami. Ada dua meja panjang di dalam saung yang kami tempati. Saung menghadap ke kolam renang. Di belakang saung terdapat pepohonan hijau yang menaungi tempat parkir di bawahnya.

Tidak percuma membuang waktu dan tenaga untuk datang ke tempat yang sangat jauh, yang terletak di pinggir kota ini. Terlebih lagi untuk mengobati kedongkolan hati akibat perdebatan kecil dengan Tristan sebelum berangkat ke tempat ini. Perdebatan yang hampir setiap hari terjadi.

"Lama banget sih, bisa lebih cepat dikit nggak? tempatnya lumayan jauh," tegur Tristan dari balik pintu kamar dengan wajah bersungut-sungut.

"Sabar, sebentar lagi."

"Dandan kok kayak mau ke kondangan saja."

"Emang kamu nggak bangga punya istri cantik?"

"Kecantikan di usia 30 tahun sudah tidak bisa dibanggakan. Apa sih yang kamu dapatkan dengan kecantikanmu itu? Bahkan ijazah S1 pun kamu nggak punya. Yang bisa dibanggakan di usia seperti ini adalah capaian yang kita sudah peroleh."

Memang ada benarnya apa yang dikatakan oleh suamiku, namun tidak urung ucapannya menyinggung perasaanku.

"Ya lalu kenapa kamu menikahiku kalau nggak bangga dengan diriku? kenapa nggak cari orang pintar saja seperti dirimu?"

"Sudah bukan waktunya lagi untuk mendebatkan itu lagi Nadia." katanya sambil meninggalkan aku di kamar.

Akhir-akhir ini aku berpikir untuk mengambil S1. Bukan karena mengejar ilmu ataupun ijazah. Hanya agar suamiku tidak terlalu merendahkan diriku dari segi pendidikan.

Di usia 30 tahun baru mengambil S1? apa tidak terlalu terlambat? Itu yang membuat aku masih ragu. Sementara teman-teman bahkan ada yang sudah menyandang gelar S2 dan mengambil S3 nya.

Tidak lama kemudian suaranya terdengar setengah berteriak.

"Nadiaaaa, buruan."

"Kamu berangkat duluan saja. Aku bisa kok ke sana sendiri."

Sungguh ia tidak mengerti bahwa wanita memiliki ritual khusus dan waktu yang lebih lama bila hendak bepergian.

Namun ia tetap menunggu meskipun dengan wajah bersungut-sungut.

Sepanjang jalan menuju Saung Pesona Alam kami lebih banyak diam, hanya berbicara sesuatu yang sangat penting saja.

 ‐-------------

Hampir semua yang memberi konfirmasi untuk hadir, sudah duduk di dalam saung. Mengobrol seru sambil menikmati indahnya suasana sore saat matahari akan kembali ke tempat peraduan.

Potret matahari terbenam sangat tampak indah dengan semburat jingga di langit yang cantik. Lampu taman mulai menyala, berwarna kuning temaram, dengan paduan suara air kolam.

Kami larut dalam obrolan seru. Aku duduk bersama teman-teman wanita. Membicarakan gosip selebritis, mode terbaru dan juga gosip teman-teman sekolah.

Para pria dengan topiknya sendiri. Kadang-kadang bola, ataupun situasi politik tanah air.

Namun obrolan kami mendadak berhenti, dan perhatian tertuju pada sebuah supercar berwarna grey yang berusaha mencari tempat parkir di belakang saung kami, saung nomor tiga.

"Wouw, mobilnya keren bingitz," satu suara memecah keheningan. Sepertinya suara Alena.

Teman-teman pria juga ikut memperhatikan supercar yang baru datang tersebut.

"Audi R8," gumam Tristan, suamiku.

Setelah supercar itu terpakir, pengendaranya turun dari mobil. Perhatian kami kembali beralih pada pengendaranya.

Seorang pria bertubuh tinggi tegap berkaca mata hitam turun dari mobil. Ia mengenakan jas slimfit casual juga berwarna grey lengkap dengan dasi.

"Wouuuuw," tanpa sadar Mithalia bergumam.

Sangat wajar, objek yang kami lihat sekarang melebihi pemandangan saung sore ini.

Tidak cukup sampai disitu, di samping mobilnya, pria itu membuka jasnya, lalu melempar ke dalam mobil. Kemudian pria itu membuka dasinya, juga dilempar ke dalam, ke jok mobil. Terakhir ia melepas kacamata hitamnya dan disimpan di atas dashboard mobil.

Beberapa bibir teman wanita berdecak. Termasuk diriku, meskipun dalam hati.

Sungguh sangat menarik bila adegan itu diulang kembali secara slow motion. Mirip iklan di TV.

Pria itu lalu menggulung lengan kemeja biru mudanya. Setiap aksi kecil yang dilakukan tampak mengagumkan. Tanpa sengaja ia menebarkan pesonanya.

Diluar dugaan, pria itu berjalan ke arah kami dan mulai melepas senyum kepada kami. Semakin dekat wajah tampannya semakin jelas.

Ia berjalan ke arah kami? siapa pria itu?

"Itu Bimasena ya?" suara Hendra terdengar di antara kami. Lalu mulai terdengar kegaduhan para wanita, atas sosok yang sedang berjalan mendatangi kami.

"Diakah yang bernama Bimasena? masa sih?"

"Perasaan dulu gak begitu."

"Beda banget jaman SMA dulu."

Para pria berdiri menyambutnya.

"Pa kabar bro?" mereka bersalaman khas pria satu persatu, berbasa-basi dan melepas candaan. Pria itu kemudian duduk di samping Hendra.

Diakah pria yang bertubuh gemuk dan tinggi teman sekelas dulu? Tidak banyak bicara dan lebih sering duduk pada kursi paling belakang di pojok?

Bagaimana aku tidak pernah memperhatikannya waktu sekelas di SMA dulu?

Perubahan yang sangat signifikan sejak lima belas tahun yang lalu. Teman-teman wanita yang masih single mulai gelisah. Berusaha mendapat perhatian Bimasena.

Mungkin yang paling cocok dengannya adalah Mithalia. Selain cantik, Mithalia juga berasal dari keluarga berada. Tapi apa ia masih single?

"Udah berapa ponakan Bro?" tanya Alfredo menepuk bahu Bimasena.

Bimasena tertawa ringan dan berujar,

"Jangan tanya berapa ponakan, tanya dulu sudah ada belum Ibunya ponakan."

Jawaban Bimasena disambut gelak tawa teman-teman.

"Ternyata masih single ya?" goda Rahmania sambil memberikan kode mata kepada Mithalia. Aku sudah tahu apa maksudnya.

Jawaban yang sangat melegakan untuk teman-teman wanita yang masih berstatus single.

Satu suara teman pria terdengar bertanya lagi, Angga. "Apa aktivitas sekarang Bro? kerja di mana?"

"Karyawan Bro. Di sebuah perusahaan,"

"Perusahaan apa?"

"Minyak Bro."

"Minyak goreng, minyak balur atau minyak bulus?" Hendra berseloroh.

Bimasena hanya tertawa tanpa memberikan penjelasan soal pekerjaannya.

Karyawan? yang jelas dari penampilannya ia tidak terlihat seperti karyawan biasa.

Bimasena tampaknya orang yang irit bicara. Ia hanya menanggapi pembicaraan teman-teman dengan satu dua kata, atau sekedar tertawa.

Ponselnya sebentar-sebentar berbunyi, sepertinya ia sangat sibuk, sehingga tidak begitu fokus pada topik yang dibicarakan teman-teman.

Bimasena mulai mengedarkan pandangannya satu persatu pada teman yang ada di saung ini sambil melepas senyum, dan menyapa beberapa diantaranya yang pernah akrab dengannya.

Aku? aku tidak pernah ingat kalau kami pernah saling berbicara dulu. Kesalahanku dulu adalah hanya bergaul pada orang-orang tertentu. Kaya, anak pejabat, cantik, tampan. Sehingga tentu saja aku malu bila tiba-tiba harus berakrab ria dengannya.

Belum lagi gerak-gerikku dalam pengawasan Tristan, yang akan mengatakan aku ganjen bila harus seperti teman-teman wanita yang masih single itu sudah mulai mendekat dan mencari-cari perhatian Bimasena.

Aku tetap duduk pada tempatku. Toh tidak ada gunanya lagi mendekat, bukankah aku sudah punya Tristan?.

Tidak seperti Reyna atau Mithalia, yang sudah meninggalkan tempatnya di dekatku demi berdekatan dengan Bimasena.

Pria yang tidak pernah kami perhitungkan dulu dan tidak pernah kami lirik.

Tapi anehnya, kenapa aku selalu mencuri-curi pandang ke arahnya.

Tidak salah kan bila hanya sekedar mengagumi makhluk ciptaan Tuhan yang satu itu?

Sosoknya masih misterius, namun dari mobil, serta segala property yang melekat di tubuhnya menunjukkan ia sosok high class, tapi dari cara berbicaranya ia adalah orang yang tertutup dan mungkin low profile, karena tidak pernah menyombongkan sesuatu. Entah itu bila nanti.

Sambil sesekali menanggapi Alfredo yang sedang berdongeng tentang kehebatannya, Bimasena kembali mengedarkan pandangannya.

Sebentar lagi sampai ke arahku.

Tiga...dua...satu....

Mata kami bertemu. Ia tertegun melihatku dan berhenti mengedarkan pandangannya. Karena ia tertegun aku jadi nervous, apa ada yang salah di wajahku? Riasanku terlalu over? Ada sisa makanan di wajahku?

Ia menatapku dengan sorot mata yang tidak bisa kuartikan, akupun balas menatapnya dengan penuh tanda tanya. Tidak lama kemudian ia melempar senyum ke arahku.

Oh Tuhan, tatapan dan senyumnya itu membuat hatiku berdesir, persendianku seperti ngilu. Akupun membalas senyumnya, tanpa mampu lagi menatap wajahnya. Aku buru-buru mengalihkan pandanganku dari dia.

Kenapa aku jadi grogi seperti ini? hanya karena ditatap seorang makhluk yang baru datang?

Keterampilanku membangun kepercayaan diri di dunia modelling mendadak hilang oleh satu tatapan dan senyuman.

Beberapa kali aku mencuri-curi pandang lewat sudut mataku, beberapa kali juga aku melihatnya menatap kearahku. Apakah aku yang terlalu kegeeran? Mudah-mudahan tidak.

Lah apa arti mudah-mudahan tidak untukku? toh aku bukan single lagi. Ah otak ini sudah ngaco hanya karena melihat barang bagus.

Setelah makan malam, dilanjut ngobrol sebentar, satu persatu dari kami pamit pulang. Bahkan sampai pulang pun aku tidak pernah bertegur sapa dengan Bimasena. Namun beberapa kali aku melihatnya mengobrol berdua dengan Tristan.

Pukul sembilan malam aku dan Tristan pamit, saat teman-teman yang tersisa masih asyik mengobrol. Termasuk Bimasena. Namun aku berusaha menghindari matanya. Belum tentu juga ia menatapku kok.

Baru juga sampai di tempat parkir, mendadak Tristan berkata, "Tunggu sebentar, aku ke toilet dulu."

Dan yang paling menyebalkan karena ia tidak membuka kunci mobil sebelum ke toilet, sehingga aku harus berdiri menunggunya di samping mobil dengan kesal.

"Apa kabar Nadia?"

Sebuah suara asing mengejutkanku, membuatku refleks menoleh ke sumber suara itu.

Dan....lututku mendadak gemetaran. Aku tidak tahu harus menjawab apa pada laki-laki yang kini berdiri santai di depanku, dengan satu tangan pada saku celana dan satunya lagi memegang ponsel.

Bimasena.

"Masih ingat namaku ya?" bukannya menjawab, malah aku bertanya dengan pertanyaan bodoh.

Ia tersenyum.

"Bagaimana aku bisa melupakan nama wanita yang pernah diidolakan di masa lampau, meskipun ia tidak pernah melirik sekalipun padaku. Tidak pernah berbicara padaku. Bahkan mungkin ia tidak tahu namaku."

Aku mencoba tertawa untuk menutupi rasa gugup dan malu serta lidah yang tiba-tiba kaku, tidak tahu harus berkata apa atas perkataannya yang sangat menohok jantung. Kalimat yang menunjukkan kesombonganku di masa lampau.

Ia tersenyum kecil menatapku.

Aku tidak tahu harus bersikap bagaimana. Skill confidence building ku lenyap entah kemana.

Untunglah aku terselamatkan dengan kembalinya Tristan dari toilet. Mereka saling berbasa basi sejenak lalu akupun pamit padanya.

"Hati-hati Nadia Humeerah," ucapnya sambil melihat aku masuk ke dalam mobil. Setelah Tristan melajukan mobilnya, aku bisa melihat melalui rearview mirror mobil, Bimasena masuk ke dalam supercar nya.

Ia masih ingat nama lengkapku?

Betulkah ia mengidolakanku di masa lampau?

Terpopuler

Comments

Ira Suryadi

Ira Suryadi

Baca Ulang ya ke 5x ny",,ga akan ada bosan ny aku mah mesti udh baca ber Ulang2 kali,,Novel Karya Penulis favorite kuh,,,🤗💚Sambil menunggu Up'ny,,"Ayank Buaya💚 Buguyu,,Up'ny jgn lama2 ya Ka"Ina,,soal'le Cerita mu sllu buat aku Penasaran,,,semoga ka'Ina sllu diberikn Kesehatan,,🙏🙏🤲🤗😍😘

2024-06-12

7

Santi

Santi

🥰🥰

2024-02-05

2

Musfa Ningsih Karyadi

Musfa Ningsih Karyadi

cerita terkeren yg pernah kubaca, mengaduk aduk perasaan, pokoke author lna AS layak dpt bintang ⭐

2024-01-11

4

lihat semua
Episodes
1 1. Tristan Atmaja (Rev)
2 2. Bimasena
3 3. Hanya iya dan iya
4 4. FreddCo Energy
5 5. Sindiran yang Berulang
6 6. Pelanggan Ngotot
7 7. Saat Ia Datang
8 8. Hakimah
9 9. Jatuh Cinta atau Sekedar Kagum?
10 10. Mana Lututmu?
11 11. Menyenangkan Tetapi Menyiksa
12 12. Dalam Masalah
13 13. Beri Aku Satu Kata
14 14. Kamu Menghibur Jiwaku
15 15. Pengenalan Medan Operasi
16 16. Jangan Ganggu Aku Lagi
17 17. Ujian Terdahsyat
18 18. Siapa Lagi Yang Akan Membahagiakannya?
19 19. Kau Jadikan Wanita Yang Berharga
20 20. Aku Pemujamu
21 21. Sang Penggoda
22 22. Biarlah Hati Melebarkan Sayapnya
23 Survey
24 23. Terbukalah Padaku
25 24. Bertahan dengan Puing yang Terserak
26 25. Selalu Memikirkanmu
27 26. Kamu Jangan Mati
28 27. Reunion Part 1 / 3
29 28. Reunion Part 2 / 3
30 29. Reunion Part 3/3
31 30. Kala Memberimu Dosa
32 31. Menyesatkan Diri Ke Dalam Dosa
33 32. Membenahi Semua Perasaan
34 33. Senandung Lagu Rindu Untuk Jiwa Yang Galau
35 34. Apa Yang Membuatmu Berubah?
36 35. Seolah Kau Belahan Jiwa
37 36. Sang Penakluk Sejati
38 37. Dibawah Tatapan Yang Menikam Jantung
39 38. Terhempas di Padang Rindu
40 39. Hubungan Diluar Kelaziman
41 40. Sebatas Mimpi
42 41. Tak Ingin Beranjak dari Kekhilafan.
43 42. Beautiful Night (1)
44 43. Beautiful Night (2)
45 44. Menabuh Genderang Perang
46 45. Hati Yang Telah Terkunci
47 46. Kaliurang Reunion (1)
48 47. Kaliurang Reunion (2)
49 48. Kaliurang Reunion (3)
50 49. Kaliurang Reunion (4)
51 50. Kaliurang Reunion (5)
52 51. Kaliurang Reunion (6)
53 52. Angkara Murka di Langit Kaliurang
54 53. Lara dibalik Rasa
55 54. Penghancur Segala Logika
56 55. Rasa yang Terlampau Besar
57 56. Baby Breath
58 57. Tidak Terlatih Untuk Patah Hati
59 58. Nadiaku
60 59. Nama yang Terpatri di Sanubari
61 60. Lelaki Majnun
62 61. Keadaan Yang Tidak Berpihak
63 62. Langkah Tertuju Padamu
64 63. Apapun Kulakukan Untukmu
65 64. Apa Ada Pria yang Bernasib Sama Seperti Dirinya?
66 65. A Night To Remember
67 66. Dua Pria Bertemu
68 67. Di Ambang Perpisahan
69 68. Dia Telah Pergi
70 69. Segalanya Tidak Mudah
71 70. The Blue Sapphire
72 71. New Baby Breath
73 72. Untuk Ayah Tercinta
74 73. Keinginan Gila Pria Itu
75 74. A Night To Remember (2)
76 75. Cerita Tentang Bulan Kesiangan
77 76. Cerita Telah Berlalu
78 77. Mentari Berselimut Mendung
79 78. Maafkan, Aku Mencintai Istrimu
80 79. Yang Telah Pergi
81 80. Mengecap Rasa Usai Badai
82 81. Tidak Ada Kata Terlambat
83 82. Te Echo De Menos (Aku Rindu Padamu)
84 83. Let Him Fly
85 84. Berhenti Bersembunyi
86 85. Reunion: The Wedding Guest
87 86. Reuni: Impian Yang Tidak Kesampaian
88 87. Hati Yang Telah Dicuri
89 88. Dua Manusia Bodoh
90 89. I don’t know why I miss you so well
91 90. Sebuah Nama
92 91. Cinta Baru Penawar Rindu
93 92. Lautan Kekecewaan
94 93. Aku, Kamu, Dia dan Glor
95 94. Menjadi Bagian Dari Masa Lalu
96 95. Di Penghujung Jalan
97 96. Dia Yang Datang Kembali
98 97. Lagu Tentang Cinta
99 98. Pria Yang Membuatnya Sekarat
100 99. Petualangan Terbesarnya
101 100. Penjajah Hati
102 101. Hidup Dibawah Pengaruhnya
103 102. Wanitaku Bukan Wanita Bodoh
104 103. Hopefully You Will Become My Future
105 104. Ayah dan Calon Suami Yang Baik
106 105. Eres mi alma gemelo (Kamu adalah separuh hatiku)
107 Bukan Update
108 106. Takkan Ada Cinta Yang Lain
109 107. Apa Yang Tidak Kuberikan?
110 108. Hati Merah Jambu Menjadi Ungu
111 109. Seamos Felices Juntos
112 110. I Will Always Love You
113 111. Bunga Merekah Tak Sampai Semusim
114 112. Ranting-ranting Asa yang Patah
115 113. Rindu yang Memorak-porandakan.
116 114. Love is a battle
117 115. Berselancar di Lautan Asmara
118 116. Titik Lemah Panglima
119 117. Bahagia Untukmu
120 118. Aku Tanpamu
121 119. Me and Reunion
122 120. Binaran Hati yang Berseri
123 121. Lembar Baru
124 122. Your Imagination
125 123. Ahli Hipnotis
126 124. Cuffing Season
127 125. Menjadi Nyonya Bimasena
128 126. Brown Eyed Handsome Man
129 127. The Blue Night
130 128. Petualangan Baru
131 129. Pengalaman Fantastis
132 130. Epilog. Reuni: Nadia, Cinta Terbaikku.
133 Extra Part 1.
Episodes

Updated 133 Episodes

1
1. Tristan Atmaja (Rev)
2
2. Bimasena
3
3. Hanya iya dan iya
4
4. FreddCo Energy
5
5. Sindiran yang Berulang
6
6. Pelanggan Ngotot
7
7. Saat Ia Datang
8
8. Hakimah
9
9. Jatuh Cinta atau Sekedar Kagum?
10
10. Mana Lututmu?
11
11. Menyenangkan Tetapi Menyiksa
12
12. Dalam Masalah
13
13. Beri Aku Satu Kata
14
14. Kamu Menghibur Jiwaku
15
15. Pengenalan Medan Operasi
16
16. Jangan Ganggu Aku Lagi
17
17. Ujian Terdahsyat
18
18. Siapa Lagi Yang Akan Membahagiakannya?
19
19. Kau Jadikan Wanita Yang Berharga
20
20. Aku Pemujamu
21
21. Sang Penggoda
22
22. Biarlah Hati Melebarkan Sayapnya
23
Survey
24
23. Terbukalah Padaku
25
24. Bertahan dengan Puing yang Terserak
26
25. Selalu Memikirkanmu
27
26. Kamu Jangan Mati
28
27. Reunion Part 1 / 3
29
28. Reunion Part 2 / 3
30
29. Reunion Part 3/3
31
30. Kala Memberimu Dosa
32
31. Menyesatkan Diri Ke Dalam Dosa
33
32. Membenahi Semua Perasaan
34
33. Senandung Lagu Rindu Untuk Jiwa Yang Galau
35
34. Apa Yang Membuatmu Berubah?
36
35. Seolah Kau Belahan Jiwa
37
36. Sang Penakluk Sejati
38
37. Dibawah Tatapan Yang Menikam Jantung
39
38. Terhempas di Padang Rindu
40
39. Hubungan Diluar Kelaziman
41
40. Sebatas Mimpi
42
41. Tak Ingin Beranjak dari Kekhilafan.
43
42. Beautiful Night (1)
44
43. Beautiful Night (2)
45
44. Menabuh Genderang Perang
46
45. Hati Yang Telah Terkunci
47
46. Kaliurang Reunion (1)
48
47. Kaliurang Reunion (2)
49
48. Kaliurang Reunion (3)
50
49. Kaliurang Reunion (4)
51
50. Kaliurang Reunion (5)
52
51. Kaliurang Reunion (6)
53
52. Angkara Murka di Langit Kaliurang
54
53. Lara dibalik Rasa
55
54. Penghancur Segala Logika
56
55. Rasa yang Terlampau Besar
57
56. Baby Breath
58
57. Tidak Terlatih Untuk Patah Hati
59
58. Nadiaku
60
59. Nama yang Terpatri di Sanubari
61
60. Lelaki Majnun
62
61. Keadaan Yang Tidak Berpihak
63
62. Langkah Tertuju Padamu
64
63. Apapun Kulakukan Untukmu
65
64. Apa Ada Pria yang Bernasib Sama Seperti Dirinya?
66
65. A Night To Remember
67
66. Dua Pria Bertemu
68
67. Di Ambang Perpisahan
69
68. Dia Telah Pergi
70
69. Segalanya Tidak Mudah
71
70. The Blue Sapphire
72
71. New Baby Breath
73
72. Untuk Ayah Tercinta
74
73. Keinginan Gila Pria Itu
75
74. A Night To Remember (2)
76
75. Cerita Tentang Bulan Kesiangan
77
76. Cerita Telah Berlalu
78
77. Mentari Berselimut Mendung
79
78. Maafkan, Aku Mencintai Istrimu
80
79. Yang Telah Pergi
81
80. Mengecap Rasa Usai Badai
82
81. Tidak Ada Kata Terlambat
83
82. Te Echo De Menos (Aku Rindu Padamu)
84
83. Let Him Fly
85
84. Berhenti Bersembunyi
86
85. Reunion: The Wedding Guest
87
86. Reuni: Impian Yang Tidak Kesampaian
88
87. Hati Yang Telah Dicuri
89
88. Dua Manusia Bodoh
90
89. I don’t know why I miss you so well
91
90. Sebuah Nama
92
91. Cinta Baru Penawar Rindu
93
92. Lautan Kekecewaan
94
93. Aku, Kamu, Dia dan Glor
95
94. Menjadi Bagian Dari Masa Lalu
96
95. Di Penghujung Jalan
97
96. Dia Yang Datang Kembali
98
97. Lagu Tentang Cinta
99
98. Pria Yang Membuatnya Sekarat
100
99. Petualangan Terbesarnya
101
100. Penjajah Hati
102
101. Hidup Dibawah Pengaruhnya
103
102. Wanitaku Bukan Wanita Bodoh
104
103. Hopefully You Will Become My Future
105
104. Ayah dan Calon Suami Yang Baik
106
105. Eres mi alma gemelo (Kamu adalah separuh hatiku)
107
Bukan Update
108
106. Takkan Ada Cinta Yang Lain
109
107. Apa Yang Tidak Kuberikan?
110
108. Hati Merah Jambu Menjadi Ungu
111
109. Seamos Felices Juntos
112
110. I Will Always Love You
113
111. Bunga Merekah Tak Sampai Semusim
114
112. Ranting-ranting Asa yang Patah
115
113. Rindu yang Memorak-porandakan.
116
114. Love is a battle
117
115. Berselancar di Lautan Asmara
118
116. Titik Lemah Panglima
119
117. Bahagia Untukmu
120
118. Aku Tanpamu
121
119. Me and Reunion
122
120. Binaran Hati yang Berseri
123
121. Lembar Baru
124
122. Your Imagination
125
123. Ahli Hipnotis
126
124. Cuffing Season
127
125. Menjadi Nyonya Bimasena
128
126. Brown Eyed Handsome Man
129
127. The Blue Night
130
128. Petualangan Baru
131
129. Pengalaman Fantastis
132
130. Epilog. Reuni: Nadia, Cinta Terbaikku.
133
Extra Part 1.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!