Katakan padaku siapa kamu
Katakan padaku dari mana asal mula dirimu
Katakan padaku kenapa ada rindu
Dan katakan padaku ada apa dengan hatiku
Mungkin ini lucu
Aku bukan perindu
Bukan juga perayu
Tapi aku sekedar pengagummu
Apa kamu tahu
Ada senyummu di setiap waktu
Ada tawamu yang mengikuti ku
Ada satu nama yang selalu menghantui ku
*****
Suasana kelas Anne selalu tenang dan tampak sepi. Entah kenapa sangat berbeda dengan suasana kelas Anna yang selalu ramai dan penuh keributan.
Saat Anne duduk di bangkunya seorang diri sambil membaca buku yang dia pinjam dari perpustakaan sekolah, tiba-tiba ada seseorang yang mengagetkan dirinya dengan menegurnya pelan.
Tapi entah kenapa Anne bisa sampai terkejut, padahal biasanya dialah yang sering mengangetkan orang lain.
"Hai...!" sapa orang tersebut sambil duduk di bangku depan Anne yang kosong.
Anne terkejut bukan karena suaranya tapi karena wajah orang tersebut.
"Sapa?" tanya Anne cepat, menutupi rasa terkejutnya agar tidak terlihat oleh orang yang ada di depannya saat ini.
"Anak baru" jawab orang tersebut tanpa menyebutkan namanya.
"Elah... tahulah kamu anak baru. Nama bro?" Anne bertanya dengan gemas karena merasa jika orang yang ada didepannya sedang membuatnya menjadi kesal.
"Oh, tanya nama... kemaren udah memperkenalkan diri kok. Di depan pula!" jawab orang tersebut masih dengan suara yang pelan.
"Reseh deh!" jawab Anne dengan mengangkat kedua bahunya kemudian melanjutkan acara membacanya.
"Anne!" Panggil seseorang dari arah pintu kelas. Di sana tampak Alan sedang berjalan mendekat ke arah dimana Anne duduk sambil membaca.
"Apa sih, teriak-teriak saja!" gerutu Anne begitu Alan sudah mendekat.
"Hai bro...!" sapa Alan pada orang yang duduk di depan Anne.
"Hai juga!" Orang tersebut menjawab sapaan Alan dengan menganggukkan kepala dan tersenyum melihat keakrabannya bersama Anne.
Alan duduk di bangku sebelah Anne yang masih kosong. Dia melihat pergelangan Anne yang masih terlihat bengkak kemudian mencoba memegangnya. Tapi Anne lebih cepat merespon dengan menyingkirkan tangannya dari atas meja.
"Gak usah pegang-pegang!" Ancam Anne dengan mata melotot tajam ke arah Alan.
"Ye elah neng... cuma mau lihat udah baikan belum cidera kemaren!" Alan berkata memberikan alasannya.
"Kan bisa dilihat juga kali" kata Anne dengan mencibir.
"Gak usah ambil kesempatan sok perhatian!" kata Anne lagi karena Alan tampak nyengir mendengar semua perkataannya.
"Ngapain kamu kesini?" tanya Anne pada Alan setelah diam beberapa detik. Alan hanya menjawab pertanyaan Anne dengan mengangkat kedua bahunya sambil tersenyum miring.
"Ishhh... ditanya juga!" gerutu Anne karena Alan diam dan tidak menjawab pertanyaan darinya.
"Tadi bambang Alan sudah bilang, masih tanya lagi!" jawab Alan dengan gusar karena harus mendebat Anne yang banyak bicara seperti Dinda sepupunya.
"Jagain Anna sana! nanti sepupu reseh kamu ngerjain dia lagi!" kata Anne pada Alan seakan mengusirnya agar segera pergi.
"Dinda sedang di kantin bersama gengnya." Alan menjelaskan agar tidak kembali di usir oleh Anne.
"Aku beneran gak enak nih sama cidera yang kamu alami kemarin" kata Alex dengan suara pelan dan wajah yang terlihat sedih karena merasa menyesali kejadian kemarin.
"Udahlah... namanya juga latihan dan ini juga gak di sengaja" kata Anne menenangkan Alan.
"Atau kamu memang sengaja biar aku tidak bisa menghajar sepupu cantikmu saat mengerjai Anna!" kata Anne lagi dengan wajah serius menatap ke arah Alan.
"Ya ampun Anne... malah nuduh gitu kan!" Alan kaget mendengar tuduhan Anne.
"Tanya saja Anna, kemarin aku menyelamatkan dia dari kerjaan Dinda. Sayangnya malah bu Dewi yang apes kena getahnya!" kata Alan kembali menjelaskan.
Alan kemudian menceritakan kejadian kemarin di dalam kelasnya saat test dan Bu Dewi yang menjadi pengawasnya.
Anne tertawa lepas setelah mendengar cerita Alan. Dia tidak menyangka jika Dinda sebegitu ambisinya mengerjai Anna yang tidak banyak ulah seperti dirinya.
"Harusnya aku yang ada di kelas kamu bukan Anna. Biar Dinda ada lawannya!" kata Anne gemas dengan tingkah laku Dinda, sepupu Alan.
"Jangan dong, kalau kamu yang di kelas aku bisa perang dunia setiap hari!" Alan berkata dengan bergidik ngeri membayangkan jika Dinda yang usil melawan Anne yang aktif dan jago bela diri itu.
"Kan bisa latihan setiap hari sama kamu nantinya!" kata Anne sambil tertawa lepas mendengar perkataannya sendiri.
"Ogah... kemarin itu kalo kamu sedang fokus juga gak bakal cidera hanya karena serangan yang biasa dari aku!" Alan berkata dengan mengelengkan kepalanya sendiri.
Ternyata Anne dan Alan adalah teman di tempat pelatihan olahraga beladiri. Mereka hanya pura-pura tidak saling kenal saja jika sedang ada di luar. Apalagi jika di sekolah. Anne hanya ingin melindungi Anna dan Alan hanya ingin memantau adik sepupunya sekaligus ingin dekat dengan Anna. Cuma gayanya aja pura-pura minta di kenalkan dengan Anne, si bule temannya sendiri.
Mereka berdua tertawa kecil mengingat bahwa semuanya sudah mereka rencanakan sedemikian rupa sehingga tidak ada yang bisa mengetahui semuanya.
"Udah, aku balik dulu. Cepat sembuh, biar aku bisa lawan kamu lagi. Gak asyik latihan tanpa bisa tanding sama kamu!" Alan berpamitan dengan mengacak rambut blonde Anne.
"Ishhh... reseh amat sih!" gerutu Anne yang yakin jika kini rambutnya jadi makin berantakan. Alan hanya menanggapi dengan tertawa kecil kemudian beranjak dari tempat duduknya.
"Duluan bro!" pamit Alan pada orang yang sedari tadi diam dan hanya menjadi pendengar setia pembicaraan mereka.
Orang yang dipamiti hanya mengangguk dengan tersenyum samar. Dan dari tempatnya duduk orang yang tadi disapa 'bro' oleh Alan hanya bisa memperhatikan semua pembicaraan dan keakraban mereka berdua tanpa mau ikut menimpali atau sekedar bertanya untuk membuat dirinya terlihat lebih akrab.
*****
Sore hari di tempat parkir sekolah. Terlihat sebuah mobil sport masuk dan keluar laki-laki setengah baya keluar dari pintu kemudi.
"Hai om!" Sapa Larry pada orang yang baru saja datang dan langsung turun begitu melihat dirinya sudah menunggu.
"Sudah lama ya pulangnya?" tanya orang yang tadi di sapa Larry dengan sebutan om.
"Sudah dari sejam yang lalu" jawab Larry datar. Dia tidak biasa menunggu tapi tidak enak juga jika harus marah pada om-nya sendiri yang sudah datang menjemput.
"Kenapa tidak menunggu di kantin atau pos?" tanya om-nya lagi.
"Malas, nanti banyak pertanyaan dari orang-orang" jawab Larry masih dengan wajah dan suara yang datar juga.
Terdengar suara hembusan nafas yang panjang dari orang yang datang menjemput tadi. Dia tidak tahu mau bertanya apa lagi agar Larry bisa bersikap layaknya anak-anak pada umumnya.
"Bagaimana cewek yang tadi kamu kirim fotonya? apa ada kabar baru?" Akhirnya dia bisa menemukan topik pembicaraan yang menurutnya bisa menaikkan mood Larry saat ini.
"Belum ada, hanya saja aku tahu jika dia sering latihan bela diri bersama Alan" jawab Larry dengan sedikit panjang di banding yang tadi.
"Kenapa tidak bertanya langsung kepada kepala sekolah atau pihak yayasan?" tanyanya lagi memberikan usulan.
"Jangan om! Aku ingin tahu sendiri lebih dulu untuk meyakinkan papa dan mama sebelum kejelasan itu terbukti. Aku tidak mau pihak sekolah maupun yayasan tahu. Nanti jika Larry sudah yakin tinggal bertanya dengan mereka yang bersangkutan saja" jawab Larry menjelaskan tentang maksud dan tujuannya saat ini.
Orang tersebut hanya mengangguk-anggukan kepalanya sendiri. Dia tahu jika Larry punya kemampuan yang baik juga sama dengan mamanya saat masih muda dulu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 117 Episodes
Comments
🍃CINCIN💍PUCAT🍃
keren
2021-09-19
0
syafridawati
aku mampir dengan like dan fav semangat saling dukung ya di novel lelakimu makasih
2021-08-06
0
coco
bagus kk.
jangan lupa mampir di dear star ya
2021-07-01
0