Tidak ada yang sempurna di dunia
Apa pun yang di lihat oleh mata
Sekedar fatamorgana
Semua tidak sama dengan kenyataan yang ada
Jika kamu bisa memilih
Pilihlah sesuai rasa hatimu
Bukan apa yang kamu nikmati dari mata
Karena mata bisa tertipu
Rasa bosan mungkin datang
Saat waktu terlalu lama
Menikmati sesuatu yang sama
Pada ruang yang juga sama
*****
Suasana lapangan basket ramai, dengan adanya jam pelajaran olah raga yang tidak sengaja bertubrukan dengan jadwal latihan tim basket yang akan tanding besok. Jadi agak kacau juga pak Bangun mengatur siswa-siswinya ini.
Pertandingan antar sekolah menengah pertama ini bukan untuk ajang gengsi-gengsian. Tapi lomba ini memberikan kesempatan pada anak-anak untuk bermain sportif dan mengenalkan rasa persatuan dan persaudaraan sesama tim. Membawa semangat dan yang pasti untuk kesehatan jasmani.
Anak-anak yang sedang berolahraga pun akhirnya tidak fokus dan malah berganti menjadi suporter tim yang sedang latihan.
Mereka berteriak memanggil-manggil nama idola mereka masing-masing.
"Alan...!"
"Alan... Alan... Alan...!!!"
"Dino... Dino...!!!"
Ada juga terdengar teriakan nama lain. Ada juga yang nyeleneh bukan meneriakkan nama pemain tapi pelatihnya. Pak Subangun.
"Pak Bangun... Bangun... Bangun...!!!!" Dan mereka tertawa sendiri setelah berteriak memanggil nama guru olah raga yang sedang melatih tim basket. Mereka sepertinya geli sendiri dengan nama yang mereka sebutkan, karena seperti sedang membangunkan seseorang.
"Eh, entar pak Bangun marah lho Din!" seru salah satu teman geng Dinda yang ikut juga berteriak tadi.
"Emang Dinda pikirin!" Cibir Dinda tidak mau tahu. Tantu saja bagi Dinda tidak ada yang penting selain kepuasan dirinya sendiri.
"Eh... siapa tuh yang baru masuk?" tanya Dinda pada teman gengnya. Yang lain ikut menoleh ke arah telunjuk Dinda yang sedang mengarah pada seseorang.
Di seberang lapangan tampak seorang cowok dengan postur tubuh yang tidak biasa masuk ke lapangan dengan cara yang cool.
"Wahhhh... keren!!!" seru Dinda dengan wajah terpana. Dia sampai berdiri dari tempat duduknya untuk melihat cowok tersebut agar lebih jelas.
"Itu anak baru yang ada di kelas si bule. Saudara Anna. Wah... keren ya!" seru salah satu teman Dinda.
"Kok aku gak tahu ada siswa baru?" tanya Dinda dengan mengerutkan keningnya melihat kerah temannya yang memberikan informasi.
"Kamu sibuk mencari cara buat ngerjain Anna kan?" jawab teman Dinda yang tadi. Dia mengingatkan semua ulah Dinda yang kemarin saat mengerjai Anna tapi malah Bu Dewi yang kena.
"Hehehe... iya juga." Dinda terkekeh mengingat kejadian kemarin lewat jendela kaca kelas saat Bu Dewi, Anna dan Alan ada di dalam begitu waktu test selesai.
"Untung kak Alan gak bilang ke Bu Dewi kalau itu ulah aku ya!" seru Dinda senang dengan menaikkan turunkan kedua alisnya.
Teman-teman gengnya ikut tertawa kecil mengingat kejadian kemarin juga.
"Eh... eh, siapa tadi cowok baru yang kamu sebut barusan?" tanya Dinda teringat lagi. Dinda mengingatkan pada temannya yang memberikan informasi, tentang cowok yang baru saja masuk ke arena lapangan basket.
"Lana... eh Larry kalo gak salah denger kemarin pas di kantin ada yang cerita" jawab teman Dinda yang tahu tentang anak baru tersebut.
"Kenapa tidak di taruh kelas kita ya? sayang sekali. Cakep gitu!" kata Dinda dengan mata memandang ke arah lapangan basket dimana cowok tadi sudah bergabung untuk latihan.
"Wah... jago juga dia!" teriak Dinda yang disambut sorak yang lain. Dan akhirnya bertambah satu idola di lapangan basket tersebut.
*****
Di taman Anna sedang beristirahat selesai berolahraga tadi. Dengan semilir angin yang sejuk karena rimbunnya dedaunan di taman sekolah membuat siapa saja betah berada di sana.
Anna meminum air dari botol bekalnya. Dia juga sedang asyik menikmati bekal yang dia bawa sambil menunggu kedatangan Anne.
Tanpa dia sadari orang yang ditunggu sudah ada dibelakang bersiap untuk mengagetkan dirinya.
"Awas bekalnya aku habiskan kalau mengagetkan!" kata Anna tanpa menoleh karena dia melihat bayangan Anne yang menutupi bayangan kepalanya sendiri.
"Ahhh... curang! kenapa tahu lebih dulu sih!" gerutu Anne yang akhirnya ikut duduk disebelah Anna, diatas bangku taman sekolah mereka berdua menikmati bekal bersama seperti biasanya.
Di seberang jalan taman seseorang sedang memperhatikan Anne dan Anna yang sedang asyik mengobrol sambil menikmati makanan yang mereka bawa.
"Aku seperti tidak asing dengan dia. Atau aku hanya sedang berhalusinasi saja" kata seseorang itu kepada dirinya sendiri.
Seseorang tersebut akhirnya mengeluarkan sesuatu dari kantong celananya, yang ternyata sebuah hape. Tak lama orang tersebut membidikkan kamera hapenya pada obyek taman di mana kedua gadis remaja tadi sedang beristirahat.
"Aku harus mencari tahu siapa dia sebenarnya." Orang tersebut tampak tersenyum puas melihat hasil bidikannya. Dia segera berlalu kemudian mengirim hasil jepretan hapenya tersebut kepada seseorang di seberang sana.
Setelah berhasil mengirim gambar tersebut tak lama hapenya berdering, menandakan seseorang sedang ingin berbicara langsung dengannya saat ini.
"Halo om..." Sapanya begitu hapenya terhubung dengan orang yang sedang menelponnya.
"....."
"Om sudah melihatnya?"
"....."
"Ya, dia siswi disini. Tapi aku belum menyelidikinya secara detail. Aku baru saja melihatnya hari ini. Sepertinya dia itu yang satu kelas denganku cuma kemarin dia sakit jadi tidak masuk sekolah." Penjelasan singkat ini masih belum memberikan informasi apapun pada orang di seberang sana.
"....."
"Tadi Larry tidak masuk kelas begitu sampai sekolah om. Larry langsung ke ruangan ganti dan pergi kelapangan basket!" Kata Larry kemudian menutup hubungan telepon selulernya yang sudah terputus.
Ternyata seseorang yang sedang memperhatikan Anne dan Anna ditaman tadi adalah Larry. Siswa baru yang langsung bergabung ke lapangan basket pagi tadi kemudian menjadi idola di antara Alan dan tim basket lainnya.
"Siapa dia?" Guman Larry masih dalam tanda tanya yang sangat besar dan membuat dia tidak sadar jika melangkah ke arah taman.
"Inne... bagaimana tanganmu, apa sudah bisa di gerakkan dengan bebas seperti biasanya?" tanya Anna pada Anne yang memang tangannya sedikit membengkak di area pergelangan tangan.
"Halah... ini gak seberapa. Nanti juga enakan!" jawab Anne sok kuat. Padahal tadi sewaktu mengambil botol saja dia masih meringis menahan sakit.
"Makanya kalau latihan hati-hati dan jangan lupa untuk melakukan pemanasan terlebih dahulu." Anna berkata menasehati Anne.
"Sok tua kamu! Lah kamu saja gak bisa hati-hati dikerjain Dinda terus." Anne tidak mau kalah mendebat perkataan Anna.
"Beda kasus lah... jangan disamakan!" Anna mengelak dari perkataan Anne yang menurutnya memang tidak jauh berbeda, cuna beda dalam sikon kasusnya.
"Sudah ayok balik kelas! nanti keburu masuk" ajak Anna pada Anne yang terkekeh mendengar sanggahannya tadi.
"Buruan ahhh!" Anna kembali mengajak Anne untuk bangkit. Namun Anne malah memandang dirinya dengan tatapan aneh.
"Apa?" tanya Anna karena melihat Anne yang sedikit aneh saat menatap dirinya.
"Gendong ya!" Pinta Anne tertawa karena berhasil mengerjai Anna yang tidak peka dengan sikon usilnya.
"Inne... mana ada semut mengendong gajah!" gerutu Anna sambil mengelengkan kepalanya.
Sedangkan Anne tertawa lepas melihat wajah Anna yang sedang cemberut karena merasa sedang di kerjai oleh saudaranya ini. Saudara senasib di panti asuhan. Tempat dimana mereka dibesarkan bersama-sama dengan saudara yang lainnya juga.
Tanpa mereka sadari dari balik pohon tempat mereka berteduh dan duduk, seseorang sedang menguping semua pembicaraan mereka berdua sedari tadi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 117 Episodes
Comments
✍️Pena Kata🌟
Semangat kak
2021-08-07
0
Hiat
semangat
2021-07-29
0
Imamah Nur
Aku mampir Thor
2021-07-23
0