Anne Dan Anna
Kebersamaan
Kerjasama
Rasa saling membutuhkan
Rasa saling melengkapi
Kadang akan hancur
Karena salah paham
Begitulah manusia pada umumnya
Apalagi jika ada rasa persaingan
Rasa cemburu, dan juga iri
Semua akan menghancurkan
Perasaan yang dulu terjalin
Apakah waktu tidak mengajarkan
Jika kebosanan mengajak pada perubahan
Tergantung kemana arahnya
Kitalah yang akan menentukan pilihannya
*****
Sepoi angin semilir menggoyangkan dedaunan yang tumbuh di halaman depan sebuah rumah besar dengan berarsitektur joglo kuno. Terlihat kokoh dan tidak seperti kebanyakan bangunan di sekitar lokasi tersebut. Pagar rumah minimalis membuat orang bisa melihat langsung suasana yang nyaman dan tenang.
Terlihat beberapa anak bermain di halaman depan dan juga samping rumah. Ada yang bermain ayunan, kejar-kejaran, bermain tali dan ada juga yang hanya duduk-duduk melihat temannya bermain.
Seorang gadis kecil terlihat termenung. Dia sedari tadi hanya diam melihat teman-temannya yang sedang bermain dengan wajah penuh kegembiraan.
Dia yang biasanya ceria dan menyenangkan menjadi berbeda karena kejadian tadi siang di sekolahnya.
"Nama dan wajahnya saja yang cantik. Tapi kalian tahu tidak..."
"Dia itu ada di panti asuhan. Coba bayangkan, apa iya dia anak..."
"Eh, bisa jadi dia itu sebenarnya anak..."
"Mana ada mama yang tega membuang bayinya kalau tidak...."
Semua bisik-bisik teman-temannya begitu jelas terdengar ditelinga Anna. Tapi dia hanya diam tanpa menyahut atau melakukan apapun untuk membalas mereka.
"Hai... ayok istirahat. Jangan melamun saja nanti kerasukan bahaya!" seru Anne, teman Anna di panti. Mereka memang mempunyai nama dan nasib yang mirip tapi berbeda dengan wajah dan perawakan tubuh.
Anna berwajah manis khas Indonesia dengan kulit yang tidak terlalu putih namun tidak juga hitam. Lebih ke warna coklat bersih atau kadang orang lebih mengenal dengan istilah kuning langsat. Hidung tidak terlalu mancung, normal layaknya orang Indonesia pada umumnya. Warna rambut hitam pekat dengan karakter bentuknya yang lurus. Tubuhnya juga lebih mungil dan tidak lebih dari seratus enam puluh centimeter.
Berbeda dengan Anne. Wajahnya menyerupai anak-anak blesteran. Kulitnya juga putih kemerahan. Warna rambut cenderung lebih coklat dari pada hitam. Bentuknya mirip spaghetti alias berombak namun tidak keriting. Hidung lebih mancung dibandingkan dengan Anna. Tubuhnya juga lebih jangkung dengan porsi tubuh yang lebih berisi.
Namun semua orang pasti mengiyakan jika ada yang bilang jika Anna dan Anne sama-sama cantik dengan versi yang berbeda. Begitulah kira-kira.
"Malas ahh...!" jawab Anna.
"Eh... cewek cantik gak boleh malas ya!" kata Anne dengan mata membola. Membuat Anna jadi tersenyum canggung. Anne melihat segerombolan teman-teman Anna yang melihat ke arahnya.
"Kenapa? kalian membully Anna lagi?" tanya Anne menantang mereka semua dengan berkacak pinggang.
"Siapa yang membully? tanya aja Anna!" jawab seorang cewek yang duduk diatas meja dengan makeup tebal di wajah.
"Anne... kamu tuh ya gak cocok punya temen apalagi saudara kayak Anna. Beda bener tau!" jawab si kuncir kuda yang sedang menikmati es krim strawberry dengan cup besar.
Anne mengeleng melihat mereka semua. Tidak ada bosan-bosannya mengunakan kalimat yang sama untuk mempengaruhi Anne dan memojokkan Anna. Anne saja bosan, apalagi Anna yang sekelas dengan mereka semua.
"Kalian tuh yang gak pantes buat dijadikan teman." Anne membalas ejekan mereka pada Anna. Tapi sebelum Anne melanjutkan lagi kata-katanya, Anna sudah mencegahnya.
"Sudah Inne... biarin. Ngapain sih nanggepin mereka. Gak ada untungnya!" kata Anna pelan mencegah Anne agar tidak lagi perang mulut dengan teman-temannya itu. Percuma. Begitulah Anna, selalu diam mengalah saja.
Inne adalah panggilan Anna dan anak-anak panti saat memanggil Anne agar tidak keliru dengan panggilan Anna.
Kata ibu panti mereka berdua selisih dua hari saat ditemukan di teras depan. Dan karena ibu panti bingung untuk mencari nama akhirnya memakai nama Anne juga cuma huruf akhir yang diganti. Tapi tidak dengan kepanjangan Annemie, karena itu nama bawaan yang tercantum saat bayi merah Anne ditemukan.
"Ya sudah, ayok... mau keluar tidak?" ajak Anne lagi melihat Anna dengan wajah penuh harap.
"Aku sedang malas Inne. Sudah kamu sajalah..." jawab Anna sambil tersenyum canggung. Tapi Anne malah membalas senyuman itu dengan wajah cemberut.
"Oke-oke... tapi awas jangan nangis hanya karena bullyan mereka ya!" kata Anne dengan wajah dan mata yang di buat seserius mungkin. Tapi bukannya di jawab Anna malah tersenyum geli melihat wajah Anne yang menurutnya sangat lucu saat serius begitu. Anna tersenyum geli menutup mulutnya sendiri.
"Kenapa?" tanya Anne bingung karena Anna yang sedang tertawa kecil.
"Gak cocok wajahnya itu!" jawab Anna masih dengan posisi tertawanya. Tangannya yang sedari tadi diam di atas meja terangkat dan jarinya menunjuk ke arah Anne.
"Heleh... aku pikir apaan!" seru Anne tersenyum miring.
"Ya udah kalau gak mau keluar kelas. Aku disini juga." Akhirnya Anne ikut duduk di sambil Anne.
"Wiehhh ada bule nih di kelas!" seru Alan. Cowok tengil di kelas Anna.
"Ann... kenalin kek!" kata Alan pada Anna. Dia duduk di kursi sebelah Anna yang kosong.
Anne yang duduk di depan Anna hanya tersenyum miring menanggapi perkataan Alan.
"Jangan cuek aja neng... entar bambang tampan nie kabur di cariin deh!" kata Alan gak jelas.
Cewek-cewek yang tadi ngerumpi di pojokan dan membicarakan Anna pun tertawa mengejek.
"Syukurin di cuekin si bule!" Sorak mereka serempak.
"Eleh... sie eneng-eneng mau kan ya Bambang Alan goda?" Alan terus saja membuat godaan agar bisa mendengar Anne bereaksi dengan menanggapi atau sekedar tersenyum dengan candaannya.
Tapi ternyata Anne hanya diam dan masih melihat ke arah Anna yang mengangkat kedua bahunya.
"Ya udahlah. Aku balik ke kelas saja!" Pamit Anne kemudian beranjak dari tempat duduknya.
"Eh... neng bule! Bambang Alan anter ye... Pake doa!" Alan berteriak kemudian tertawa terbahak-bahak sendiri mendengar ocehannya yang di telan angin. Sedangan Anne hanya mengeleng dan tetap berlalu tanpa menghiraukan panggilan dan perkataan Alan.
"Cuek bener saudara kamu Ann... sapa namanya?" tanya Alan pada Anna yang sudah duduk bersandar dengan buku di tutup pada muka.
"Ye elah... di cuekin juga bambang ini!" Seru Alan mencari perhatian.
Anna hanya menutup telinga dan diam tanpa bermaksud untuk menjawab pertanyaan dari Alan.
"Din... kamu tahu gak tuh si bule namanya sapa?" tanya Alan lagi pada cewek yang tadi makan es krim.
"Au... tanya aja ndiri!" jawab Dinda acuh dengan mengibaskan tangannya.
"Awas aja minta di antar pulang!" Ancam Alan pada Dinda. Secara Alan itu adalah sepupu Dinda, jadi dia sering minta diantar pulang oleh Alan jika tidak ada yang sempat menjemputnya.
"Eh kak, gak ada hubungannya si bule ma aku yang minta diantar!" kata Dinda membela diri.
"Biarin! makanya bantuin dong biar tahu nama si bule. Kamu juga jangan suka membuly saudaranya!" Alan berkata menasehati Dinda, sepupunya yang memang terkenal usil mulutnya. Apalagi dengan siswi pendiam kayak Anna.
"Ogah...!" jawab Dinda dengan mencibir ke arah Anna.
Alan hanya mengeleng melihat tingkah sepupunya yang manja dan sedikit cerewet itu.
"Maafin Dinda ya Ann... dia emang suka usil mulutnya. Mungkin pengaruh teman-teman bergaulnya juga!" Bisik Alan di dekat Anna yang masih terdiam dengan buku menutup wajahnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 117 Episodes
Comments
Reo Hiatus
mampir lagi
2021-12-11
0
Hayurapuji
mampir di karya ini, semangat kakak
2021-08-04
0
Iba Shayra
iya aqu jg kr kmbaran anna aane
2021-07-31
3