❤ terimakasih sudah mampir membaca ❤
.................................
“ehm sebenarnya… a-ku ju-ga kebera-tan dengan perjodohan ini.” Ia menutup matanya setelah mengucapkan itu.
Hufftt…
Tidak ada jawaban maupun pertanyaan lagi dari pria disampingnya itu, membuat ia kebingungan dan mencoba membuka matanya apakah ia masih disana. Setelah membuka mata ternyata pria itu masih disana, ia hanya diam karena bingung mau apa.
"hufftt…sebenarnya aku juga keberatan dengan perjodohan ini.” Ucapnya dengan menatap tajam Anisa sehingga membuat Anisa sedikit takut.
“la-lu a-pa keputusanmu?” walaupun takut ia masih mencoba untuk bertanya.
“aku akan bilang tidak pada ayah.”
“Hufftt.. syukurlah" terdengar suara kelegaan dari wanita disampingnya itu membuat Khoiruddin merasa penasaran.
“ehmm.. kalo begitu boleh aku tahu apa alasanmu untuk tidak menerima perjodohan ini?”
“i-i-itu ka-rena aku masih ingin melanjutkan sekolah ke jenjang selanjutnya.”
Hening…
“aku juga ingin menjadi dokter gigi.”
Khoiruddin hanya menganggukan kepalanya.
“marilah kita kembali , sudah lama kita disini.”
“iya.”
Mereka memasuki rumah bersamaan.
“assalamualaikum.” Ucap mereka bersamaan
“wa’alaikumsalam, wah mereka sudah kembali.”
Khoiruddin dan Anisa kembali duduk disebelah orang tuanya masing-masing.
“jadi bagaimana nak?” tanya Pak Sofi tidak sabar.
Khoiruddin hanya menanggapi dengan tersenyum . Pak Soleh yang mengerti itu pun menjawab.
“gini Sofi mereka kan baru saja kenal biarkan mereka mengenal satu sama lainnya dengan seiring berjalannya waktu. Dan juga mereka baru saja lulus, mungkin mereka masih ingin meneruskan pendidikannya. Bukan begitu nak?” tanya Pak Soleh kepada Anisa. Anisa yang diberi pertanyaan seperti itu menganggukan kepalanya pertanda setuju.
“baiklah kalo enaknya begitu.” Kata Bu Fatimah menengahi.
“baiklah karena ini sudah terlalu lama kami mau pamit dulu.”
“ehh kok buru-buru, makan siang disini dulu setelah itu salat berjamaah lah baru setelah itu kalian pulang. Bagaimana?” tawar Pak Sofi.
Pak Soleh yang mendengar itu menoleh ke anaknya meminta persetujuan. Khoiruddin yang dilihat ayahnya langsung mengangguk menyetujui tawaran dari tuan rumah.
Bu Fatimah dan Anisa segera ke dapur untuk menyiapkan makan siang yang sudah diberi oleh Pak Soleh tadi.
Di dapur…
"gimana Nis kamu suka kan anaknya ganteng loh”
“bu Nisa kan udah bilang, kalo Nisa belum siap.”
“huss sudah jangan keras-keras nanti mereka dengar, dengarkan ibu nak ini semua ibu lakukan demi masa depan kamu.”
“hem.. iya ibu.”
“ya sudah semua sudah siap, kamu panggilkan mereka untuk makan siang.”
“iya bu.”
Di ruang tamu…
“maaf menyela, mari semua makan siang sudah siap.”
“hem baiklah, mari.”
Di ruang makan…
“hem ini enak sekali sayurnya Pak Soleh, ngomong - ngomong terimakasih dan maaf merepotkan.”
“ini bukan saya memasak tapi anak saya, dan lagi pula ini tidak merepotkan kok.”
“wah benarkah, lihat Nisa selain ganteng ternyata nak Khoir bisa masak, kemungkinan orangnya juga romantis”
Anisa hanya diam dan melirik ke Khoiruddin yang fokus pada makanannya.
Setelah makan mereka bersiap untuk pergi ke masjid terdekat dan melaksanakan salat zuhur. Setelah pulang dari masjid Pak soleh langsung pamit untuk pulang.
“baiklah Sofi terimakasih atas jamuannya dan maaf merepotkan.”
“ahh sama sekali tidak merepotkan kok.”
“hahaha baiklah kalo begitu saya pamit ya Sof, Fat, dan nak Nisa.”
“iya pak”
“saya pamit pak, bu, Nisa.” Nisa yang disebut Namanya entah mengapa merasa tersipu.
“iya nak hati - hati.”
“iya pak, assalamualaikum.”
“wa’alaikumsalam.”
Mobil yang dikendarai Khoiruddin sudah meninggalkan halaman rumah keluarga kecil itu.
“bagaimana nak, apa keputusanmu?”
“Khoir masih tetap pada keputusan awal yah, Khoiruddin juga berencana untuk kuliah ayah.”
“baiklah kalo begitu ayah mendukung keputusanmu.”
Tidak ada obrolan lagi sampai mobil tiba di rumah.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments