Keesokan harinya Vim dan Vano secara kebetulan bertemu di kolam renang. Masing-masing mengenakan celana renang dan bersiap lomba. Mereka biasa melakukannya di hari libur.
Lomba dimulai dan Vim terlihat lebih dulu sampai di ujung.Vim menjadi pemenang.
"Kemana kau tadi malam Van. Membiarkan Laras sendirian."
"Aku mengurus temanku masuk rumah sakit. Aku sudah memanggil Pak Uun agar menjemput Laras. Kenapa?"
"Kau tahu Laras akhirnya ditemukan oleh Edo bukan Pak Uun dan dia membawa Laras ke klub."
"Apa? Mengapa Pak Uun lambat datang?" Tanya Vano lebih untuk diri sendiri.
"Mana aku tahu dan kau tidak memikirkan bagaimana seandainya Pak Uun tidak bisa datang kan? Sampai jam berapa Laras harus menunggu."
Vim berhenti berenang. Pada akhirnya memang Vim bertanya pada Laras melalui hp mengapa malam itu Laras mengikuti Edo. Kemudian Laras menceritakan dari awal sampai ia di klub malam itu.
"Pak Uun menyanggupi malam itu. Barangkali kalah cepat saja mas."
"Seharusnya kau antar dulu Laras pulang ke rumah, baru ke rumah sakit."
"Ya tapi temanku butuh darah dan aku ditunggu karena belum mendapatkan pendonor lain lagi dan darahku."
"Apapun alasannya kau teledor."
"Terserah apa katamu. Yang jelas aku tentu saja tak ingin Laras celaka."
"Sekali lagi huuh?" Ajak Vim mengajak berlomba lagi.
"Tidak. Kau berenang saja sendiri."
"Kau bisa melihat caraku berenang agar selalu memimpin."
"Aaahhh aku bisa belajar dari mas Viky, dia lebih hebat."
"Tunggu saja Viky. Dia terlalu sibuk dengan keluarga dan urusannya."
Vim meninggalkan Vano dan berenang membelah air, menyegarkan pikiran dan raga.
...~~...
Hari pertunangan antara Vano dan Laras tiba. Acara diselenggarakan di rumah orang tua Laras. Dimana Ibu Maharani menyematkan cincin di jemari Laras mewakili Vano.
Semua dibicarakan dari bulan pernikahan dan tempat acara. Dari pihak Vano yang akan mengatur semuanya. Pihak perempuan me-
ngikuti saja.
Laras tak sedikitpun menolak pertunangan itu. Mengikuti kata hatinya saja yang memang
mencintai Vano. Hal yang sama yang dirasakan oleh Vano terhadap Laras. Mereka sama-
sama menerima perjodohan itu.
Dan sejak pertunangan itu Vano lebih sering disibukkan dengan kerja barunya mendampingi Vim.
Pengalamannya semakin bertambah dan langkahnya semakin pasti menggapai masa depan bersama Laras.
Di suatu hari Vano bersama teman-temannya melaksanakan
acara reuni di lain kota pada ujung minggu. Vano mengendarai mobil bersama beberapa orang teman dan di saat kembali Vano memilih hari yang berbeda dengan teman-temannya.
Namun tidak disangka malang tidak dapat dihindarkan.Vano mengalami kecelakaan di jalan raya saat menuju pulang dan meninggal di tempat. Seisi rumah bagai menerima tamparan di siang hari yang belum begitu terik. Vim yang sedang mengecek lokasi proyek segera meninggalkan tempat itu sesaat ia menerima telpon dari papi. Papi dan Vim langsung menuju ke kota di mana Vano mendapat
kecelakaan. Ibu Maharani yang sangat shock tidak sadarkan diri mendapatkan berita duka itu . Hal yang sama juga terjadi dengan Laras. Bibik kepala pembantu dan anak buahnya turun tangan mengurus sang majikan, memberi minyak angin berusaha menyadarkan Ibu Maharani dan Laras.
Para sanak saudara , tetangga dan juga keluarga dari pihak Laras baru saja datanh. Semua
dirundung duka. Ibu Laras tak pernah beranjak dari samping Laras. Wajahnya banjir air mata, menangisi apa yang terjadi. Kadang skenario Tuhan memang
selalu berbeda dengan kehendak manusia.
"Laras sadar nak. Bangun sayang."
Minyak angin dioleskan ke hidung Laras agar Laras sadar. Dia memang sadar tapi apabila air mata mulai membanjiri wajahnya lagi, Laras akan jatuh pingsan.
"Sabar ya sayang. Ikhlaskan Vano nak" Ucap ibu lagi.
Laras hanya mampu terisak. Kepalanya bersandar di pundak Ibu. Terlalu berat beban yang ia rasakan. Sepertinya baru kemarin asa itu disusun namun sekarang harus terhempas berserakan. Baru kemarin Vano melamar Laras dan rencana dirangkai dengan indah tapi sekarang hancur berkeping. Vano telah pergi meninggalkan harapan yang belum sempat diwujudkan.
Dan Laras bertambah histeris saat sore itu jenazah Vano tiba. Ibu berusaha menenangkan Laras. Itulah takdir selalu tidak terduga. Vim yang menyaksikan itu terlihat mengusap air mata. Nyatanya lomba berenang empat hari lalu adalah lomba terakhir antara dirinya dan Vano.
Bayangan Vano kecil berkelebat dalam pandangan Vim. Ketika
mereka masih sama-sama kecil, lomba berenang sudah menjadi kegiatan rutin dalam sebulan.
"Sekarang giliran mas berenang santai. Aku yang akan memimpin."
Itu salah satu cara Vano agar bisa memenangkan perlombaan. Vim harus mengalah merasa kasihan sama adiknya dimana kalau Vim berenang sungguh-sungguh, Vano tak mampu menandingi dirinya. Vano sering kalah.
"Baik tapi sekali ini saja. Seterus-
nya kau harus berusaha bila ingin memenangkan pertandingan ini."
Kau pergi Van, meninggalkan harapan kita semua batin Vim.
Sampai di pemakaman masih dipenuhi suasana haru. Vim yang merangkul Ibu Maharani berusaha tidak meneteskan air mata walaupun sebenarnya air mata sudah minta dijatuhkan.
Vadli dan Viky beserta keluarga kecil mereka pulang untuk mengantar Vano ke peristirahatan terakhir.
...~~...
Untuk sementara Laras dibawa pulang ke rumah oleh ibunya sampai Laras bisa kuat dan tenang menerima kenyataan yang terjadi. Untuk kebaikan Laras, Ibu Maharani menyetujui.
"Maafkan Laras mami. Laras pulang dulu."
"Tak mengapa Laras. Ini rumah Laras juga. Datanglah kapan saja Laras mau ya."
"Jangan kelamaan Laras. Tidak ada yang membersihkan ruanganku." Vim menyela.
"Vim. Ada bibik."
"Bibik kerepotan mi."
"Biarkan Laras bertenang dulu."
"Tentu saja mi."
Vano telah berada di alam lain tetapi bagi Laras kenangan bersama Vano akan sulit hilang.
Bahkan hujan malam itu takkan mampu menghanyutkan semua kenangan yang pernah ada.
"Laras kita makan dulu yuk. Ibu sudah lapar."
"Laras belum lapar bu. Ibu duluan saja."
"Kamu dari pagi belum makan. Malam ini udara terasa lebih dingin. Kamu bisa masuk angin nak."
"Laras akan baik-baik saja bu."
Ibu menarik nafas pelan dan dalam. Laras sangat susah dipujuk agar mau mengisi perutnya dengan makanan. Yang dilakukan hanya duduk termenung
berusaha meyakinkan diri sendiri bahwa Vano telah tiada. Ibu dengan sabar menemani Laras takut bila Laras pingsan lagi.
"Laras usiamu masih muda.
Kesempatan masih terbuka lebar untuk kamu mendapatkan pengganti Vano karena itu Ibu harap kesedihanmu tidak berlarut-larut ya nak. Kasihani dirimu."
"Ya bu. Do'akan Laras ya bu supaya Laras cepat bangkit lagi dan do'akan Vano juga supaya tenang di sana."
"Tentu nak. Vano akan bahagia bila Laras juga bahagia. Untuk itu jangan simpan sedihmu sepanjang waktu. Ini adalah kehendak Tuhan. Terima dengan ikhlas."
"Iya bu. Makasih Ibu."
Hujan menambah sendu suasana, Nien menutup kain jendela dan berangkat tidur.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 140 Episodes
Comments
Arin
kasian Laras vano meninggl,tpi jngn sedih Laras Krn jdoh kmu psti sama mas vim😍😍😍
2022-03-31
1
auliasiamatir
sah.. akhirnya vim yang akan jadi jodohnya laras
2021-12-11
1
TK
next
2021-11-06
1