Bab 3. Rasa di hati Vim.

Pintu kamar Vim untungnya terbuat dari kaca yang tebal dan tidak mudah pecah sehingga tidak hancur terdorong dan tertekan oleh Laras dan sepedanya yang oleng. Laras menutup pintu itu kembali dan berjalan memutar ke halaman belakang sambil menuntun sepedanya.

Selesai meletakkan sepeda di gudang sepeda, Laras menemui bibik tukang masak. Bibik dibantu oleh dua orang anak buahnya.

Laras menyusun piring untuk mereka yang bekerja di situ. Dengan begitu nanti ia hanya mengangkat nasi, sayur dan lauknya saja ke meja makan khusus untuk para pekerja.

Mengisi waktu kosong yang ada Laras melanjutkan pekerjaannya melukis kain seperti yang ibunya lakukan. Laras berkreasi sendiri mengikuti imajinasinya. Motif flora dan fauna dituangkan Laras pada kain itu. Sengaja Laras

membawanya dari rumah karena belum selesai dan sekarang tinggal seperempat bagian lagi yang harus diisi dengan motif.

Vano yang mendapati Laras di depan paviliun menghampirinya.

Memperhatikan sejenak lalu menyapa Laras.

"Kau berbakat sekali mengerjakan ini."

Laras sedikit terkejut mendapati Vano berada di sampingnya.

"Aku suka melakukannya."

"Aku bahkan dua jam duduk di depan peralatan itu, tidak menemukan ide apapun."

"Kau kan laki-laki mas dan bakatmu ya bukutangkis, bukan melukis seperti aku."

"Mungkin juga. Mami pasti senang mengetahui ini. Kau sangat cocok meneruskan usaha mami."

"Aku senang dibutuhan di sini.

Bisa membantu saja sudah cukup menambah ilmu dan kemampuan

ku."

"Bagaimana dengan kuliah?"

"Kalau ada rezeki mas tapi tahun depan."

"Tahun depan mami akan membantumu. Tenang saja."

Kali ini Vano sudah duduk berjongkok di sebelah Laras. Laras merasa kurang enak sebab di sekitar mereka banyak orang yang sedang bekerja di rumah itu.

Laras merasa sungkan meskipun bukan rahasia lagi bila Laras dan Vano sudah dijodohkan sedari kecil.

"Ikut aku yuk ke rumah temanku sekalian kita putar-putar."

"Aku masih ada kerja membantu bibik menyiapkan hidangan. Lain kali saja mas."

"Ya sudah kalau begitu. Ras bikinkan aku sketsa ya, potoku di nakas kamar. Ambil ya yang."

Tangan Vano menyentuh paha Laras. Ada sengatan hangat terasa di sana bagi mereka berdua. Pipi Laras merah merona. Hitungan detik saja lalu Vano berdiri lagi meninggalkan Laras.

Adegan itu tertangkap oleh Vim yang berjalan melalui paviliun hendak menemui bibik. Vim segera mengalihkan pandangan sekaligus menepis rasa yang mampir di relung hatinya. Entah rasa apa namanya.

"Laras kau masih ada kerja? Kapan mau membantuku membereskan barang?" panggil Vim dengan suara baritonnya.

"Masih mas, nanti siang jam dua ya."

"Ya aku tunggu."

Laras mendongakkan kepala melihat jam dinding. Sudah hampir pukul dua belas kurang tiga puluh menit. Ia membereskan peraralatanya dan meletakkan di meja yang biasa Laras gunakan menerima dan mencatat setoran kain panjang.

Bergegas menghampiri Bibik dan mendengar instruksi bibik makanan mana saja yang harus Laras susun di atas meja makan para pekerja.

Setelah selesai Laras memasuki kamar Vano. Sesuai perintah empunya untuk mengambil poto Vano di nakas. Laras memandang sekeliling. Dibandingkan dengan kamar Vim, kamar tidur Vano lebih cerah dengan polesan cat biru tua dan biru muda. Sedangkan kamar Vim terdiri dari warna hitam dan putih.

Tidak ada yang perlu Laras kerjakan lagi. Sekarang Laras mendatangi Vim yang memerlukan bantuannya.

Laras mengetuk pintu kamar meminta izin.

"Mas Vim aku masuk."

"Masuklah."

"Apa yang bisa kubantu mas?"

"Kotak itu dekatkan ke sini."

Perintah Vim sambil menunjuk kardus bekas berukuran sedang di sebelah pintu kamar mandi. Laras melaksanakan perintah. Dia tidak ingin berkata-kata agar pekerjaan itu cepat selesai nantinya.

"Ini kamu masukkan ke dalam kardus. Pakai disusun biar muatnya banyak."

Laras menurut saja. Gampang cuma memasukkan ke dalam kardus saja. Apa susahnya.

Vim mengeluarkan pakaian lamanya yang sudah tidak muat dan yang tak ingin dipakai lagi. Lumayan bagus menurut Laras. Seandainya saja Laras punya adik lelaki, pasti Laras akan meminta pakaian-pakaian itu untuk adiknya.

"Mau dikemanakan semua ini mas?"

"Bukan urusanmu. Kerjakan saja sampai selesai."

Laras menarik nafas dalam. Ketus amat sih.

" Sepedamu siapa yang perbaiki?"

"Belum ada mas. Laras letakkan di gudang."

"Ya biarkan saja. Kau bisa menggunakan motor."

Handphone Vim berdering dan Vim mengangkatnya.

"Hallo. Oke aku ke sana. Uangnya aku transfer nanti."

Vim memasukkan hp ke dalam saku celananya.

"Kau lanjutkan isi kardus yang satunya dengan barang-barang di laci itu yang paling bawah. Aku mau menemui seseorang sebentar. Kau tidak perlu mengangkat kotak itu. Mengerti?"

" Aku mengerti. Lanjutkan saja urusan mas."

Ketiadaan Vim di situ membuat Laras lebih leluasa bekerja. Laci yang disebut Vim tadi telah dibuka Laras. Terdapat barang-barang lama di situ. Semua barang khas lelaki kecuali satu barang yang menghentikan tangan Laras dari memindahkan barang-barang itu.

Kertas kusut dan lusuh menarik perhatian Laras. Ia membuka gumpalan kertas itu dan terlihat oleh penglihatan Laras sebuah poto dengan tulisan menggunakan spidol. Brengsek Aurora dalam bahasa asing. Laras tahu artinya.

Jadi inilah Aurora yang pernah disebut Pak Satpam malam itu. Bekas pacar Vim. Sangat cantik wajar saja jika Vim kesulitan melupakannya.

Laras berhenti sebentar dan lanjut mengeluarkan semua isinya, memindahkan ke dalam kardus. Laci telah bersih dan Laras mulai merasakan ngantuk. Ia menguap beberapa kali. Saat ini memang waktunya tidur siang. Laras merasakan AC ruangan tidak cukup membuat Laras nyaman. Panas terasa di ruangan itu. Suhu ruangan ditambahkan menjadi lebih dingin lagi.

Sepertinya tempat tidur Vim empuk sekali. Laras ingin mencoba mendudukinya. Empuk mana dengan kasur Laras di kamar sebelah. Ternyata lebih empuk punya Vim. Laras memang belum sempat membersihkan kamar itu, masih berserakan di sana sini.

Suhu kamar menjadi lebih nyaman sekarang. Keringat Laras sudah tidak ada lagi. Kini Laras sudah membaringkan tubuhnya di kasur dengan maksud untuk membebas

kan tubuhnya dari rasa pegal. Kenyamanan membuat mata Laras meredup dan semakin berat untuk dibuka. Laras terlelap di situ.

Kehadiran Vim tidak disadari oleh Laras. Vim terkejut dan menutup pintu dengan pelan tapi ia tidak sampai hati membangunkan Laras. Pasti Laras kecapean.

Vim mendekati Laras. Dia memperhatikan wajah tanpa beban itu. Seketika hasrat Vim muncul. Sudah terlalu lama hati Vim dingin dengan perempuan. Baru Laras yang bisa menghangat

kan jiwanya kembali.

Dia membenarkan posisi Laras agar kedua kaki Laras tidak menggantung. Bukannya tersadar Laras malah semakin pulas.

Rok Laras tersingkap akibat Vim membetulkan posisi tidur Laras.

Hanya memperlihatkan sepertiga bagian paha kanan Laras.

Vim menelan ludah, dadanya mulai bergejolak. Paha Laras yang putih mulus membangkitkan gairah Vim. Dia lelaki normal.

Vim mengelus paha itu tapi pikiran sehatnya tetap bekerja. Sebatas mengelus, Vim menekan hasrat

nya dalam-dalam. Laras milik Vano adiknya. Vim disadarkan

dengan realita. Izinkan aku menciummu Laras, bisik Vim sangat pelan hampir tanpa bersuara. Kemudian hidung Vim menyentuh kening Laras dan bibirnya mengecup bibir Laras dengan lembut dan cepat.

...~~...

Malam harinya Laras memulai menggambar sketsa Vano. Dia kelak yang akan menjadi pemimpin buat Laras. Vano tidak jelek, tidak kalah dari Vim. Hanya saja Vano mewarisi warna kulit papinya yang agak gelap.

Kegiatannya terhenti manakala Laras ingat bahwa ia tadi siang tertidur di kamar Vim. Haruskah ia meminta maaf. Bukankah Vim belum datang sampai saat Laras terjaga dari tidurnya di kamar Vim.

Rasanya tidak perlu meminta maaf pikir Laras.

Tangannya terus memainkan goresan-goresan tinta membentuk wajah Vano tatkala hp Laras berbunyi.

"Ada apa mas?"

"Ras keluarlah. Ke kolam renang ya. Aku di sini." Ajak Vano pada Laras.

"Baiklah mas."

Vano sudah menunggu Laras di dalam kolam renang. Dilihatnya Laras berjalan menggunakan kaos you can see dan celana pendek di atas dengkul.

"Laras ayo berenang. Turun."

"Aahh aku nggak bisa berenang mas."

"Sebesar itu nggak bisa berenang sih. Memalukan. Sini aku ajari."

Laras masih menolak. Lagi-lagi Vim harus menikmati romantis

nya Vano dan Laras yang sedang berada di kolam renang.

Jangan lupa tinggalkan jejak di sini. 🤗

Terpopuler

Comments

auliasiamatir

auliasiamatir

vim suka sama Laras.. kasian vim

2021-12-05

0

TK

TK

terus

2021-11-06

1

Jo Doang

Jo Doang

asyik nih. nyuri ciuman. salam dari Pocong Family dan kepala Suku

2021-10-31

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Adik Baru.
2 Bab 2. Berada di keluarga baru.
3 Bab 3. Rasa di hati Vim.
4 Bab 4. Bukan Salah Siapapun.
5 Bab 5. Vano meninggalkan semuanya.
6 Bab 6. Ke luar kota berdua.
7 Bab 7. Terpaksa sekamar.
8 Bab 8. Sebelum pulang.
9 Bab 9. Bertemu Rival.
10 Bab 10. Lamaran datang.
11 Bab 11. Memilih Laras.
12 Bab 12. Kabar berita.
13 Bab 13. Memilih Satu Dari Dua.
14 Bab 14. Persiapan Pernikahan.
15 Bab 15. Curahan Hati.
16 Bab 16. Acara yang lancar.
17 Bab 17. Memulai Hari Berdua.
18 Bab 18. Laras Ingin Tahu.
19 Bab 19. Membahagiakan Ponakan.
20 Bab 20. Pertemuan Tak Terduga.
21 Bab 21. Pertengkaran Kecil.
22 Bab 22. Memasak Sendiri.
23 Bab 23. Ancaman Edo.
24 Bab 6. Bertemu dengan mereka.
25 Bab 25. Ungkapan Hati Rony.
26 Bab 26. Menyatukan Rasa.
27 Bab 27. Terima Kasih Sayang.
28 Bab 28. Les Dan Kenalan Baru.
29 Bab 29. Kejutan Menjelang Sore
30 Bab 30. Memecahkan Persoalan.
31 Bab 31. I Miss You.
32 Bab 32. Hadiah Mami.
33 Bab 33. Aurora Lagi.
34 Bab 34. Perhatian Vim.
35 Bab 35. Jamuan Kecil.
36 Bab 36. Kemenangan.
37 Bab 37. Liburan di bungalow.
38 Bab 38. Bincang Malam.
39 Bab 39. Liburan di Bungalow 1.
40 Bab 40. Liburan di Bungalow 2
41 Bab 41. Rendezvous ??
42 Bab 42. Kekesalan yang sirna.
43 Bab 43. Pulang.
44 Bab 44. Dia bahagia Bersamaku.
45 Bab 45. Harapan.
46 Bab 46. Hadiah berharga.
47 Bab 47. Ririn si teman lama.
48 Bab 48. Rencana Vim.
49 Bab 49. Bila perlu hancurkan.
50 Bab 50. Kenalan Baru.
51 Bba 51. Merindu.
52 Bab 52. Tuduhanmu.
53 Bab 53. Cemburu dan Curiga.
54 Bab 54. Di toko Laras.
55 Bab 55. Pusing mendera.
56 Bab 56. Mengganggu pikiran.
57 Bab 57. Amplop misterius.
58 Bab 58. Romantisme kecil.
59 Bab 59. Mencari jawaban.
60 Bab 60. Mencari jawaban 1.
61 Bab 61. Menyusul Laras.
62 Bab 62. Ketahuan ibu.
63 Bab 63. Di hari Minggu.
64 Bab 64. Mengantarkan pesanan.
65 Bab 65. Aku mencintainya.
66 Bab 66. Shopping berdua.
67 Bab 67. Perdebatan.
68 Bab 68. Dia menggenggam persahabatan.
69 Bab 69. Suatu pagi.
70 Bab 70. Kado tak diinginkan.
71 Bab 71. Kado dari Vim.
72 Bab 72. Menolong Edo.
73 Bab 73. Di Rumah Sakit.
74 Babb74. Aku menahan rasa.
75 Bab 75. Tidak bisa memilih.
76 Bab 76. Meminta persetujuan.
77 Bab 77. Menghadiri rapat.
78 Bab 78. Kangen toko.
79 Bab 79. Obrolan pagi hari.
80 Bab 80. Resah gelisah.
81 Bab 81. Mencari Vim.
82 Bab 82. Malam yang damai.
83 Bab 83. Indahnya berdua.
84 Bab 84. Kiriman mami
85 Bab 85. Mengapa terburu-buru
86 Bab 86. Janji makan malam
87 Bab 87. Dia datang.
88 Bab. 88. Tidak boleh hadir.
89 Bab. 89. Reuni pagi.
90 Bab 90. Malam reuni.
91 Bab 91. Ingin liburan.
92 Bab 92. Resah menyelinap.
93 Bab 93. Mami datang.
94 Bab 94. Inikah tanda?
95 Bab 95. Berita baik.
96 Bab 96. Di rumah mami.
97 Bab 97. Perhatian Vim.
98 Bab 98. Ingin rujak
99 Bab 99. Berjauhan sementara.
100 Bab 100. Empat bulan.
101 Bab 101. Persiapan.
102 Bab 102. Waktu berputar.
103 Bab 103. Malaikat kecil.
104 Bab 104. Baby boy pulang.
105 Bab 105. Kesepian.
106 Bab 106. Bahagia yang sempurna.
107 Bab 107. Duka.
108 Bab 108. Aku tak berdaya.
109 Bab 109. Percaya diri yang hilang
110 Bab 110. Tinggalkan aku.
111 Bab 111. Berusaha.
112 Bab 112. Terus berusaha.
113 Bab 113. Kau pecundang Vim.
114 Bab 114. Selalu setia.
115 Bab 115. Masih ada bahagia.
116 Bab 116. Dua lelaki lain.
117 Bab 117. Ditinggalkan.
118 Bab 118. Satu rasa.
119 Bab 119. Pilihan.
120 Bab 120. Harapan.
121 Bab 121. Pertemuan.
122 Bab 122. Bahagia menjelang.
123 Bab 123. Pulang ke rumah.
124 Bab 124. Menyelamatkan rumah.
125 Bab 125. Cerita di kala hujan.
126 Bab 126. Roni mengancam
127 Bab 127. Edo butuh perhatian.
128 Bab 128. Aku takkan mengalah.
129 Bab 129. Mencurigakan.
130 Bab 130. Di tempat asing.
131 Bab 131. Berusaha.
132 Bab 132. Dalam tawanan 1
133 Bab 133. Dalam tawanan 2.
134 Bab 134. Rencana
135 Bab 135. Memulai petualangan.
136 Bab 136. Diterima
137 Bab 137. Dekat tapi jauh.
138 Bab 138.
139 Bab 139. Ini aku sayang.
140 Bab 140. Berhasil.
Episodes

Updated 140 Episodes

1
Bab 1. Adik Baru.
2
Bab 2. Berada di keluarga baru.
3
Bab 3. Rasa di hati Vim.
4
Bab 4. Bukan Salah Siapapun.
5
Bab 5. Vano meninggalkan semuanya.
6
Bab 6. Ke luar kota berdua.
7
Bab 7. Terpaksa sekamar.
8
Bab 8. Sebelum pulang.
9
Bab 9. Bertemu Rival.
10
Bab 10. Lamaran datang.
11
Bab 11. Memilih Laras.
12
Bab 12. Kabar berita.
13
Bab 13. Memilih Satu Dari Dua.
14
Bab 14. Persiapan Pernikahan.
15
Bab 15. Curahan Hati.
16
Bab 16. Acara yang lancar.
17
Bab 17. Memulai Hari Berdua.
18
Bab 18. Laras Ingin Tahu.
19
Bab 19. Membahagiakan Ponakan.
20
Bab 20. Pertemuan Tak Terduga.
21
Bab 21. Pertengkaran Kecil.
22
Bab 22. Memasak Sendiri.
23
Bab 23. Ancaman Edo.
24
Bab 6. Bertemu dengan mereka.
25
Bab 25. Ungkapan Hati Rony.
26
Bab 26. Menyatukan Rasa.
27
Bab 27. Terima Kasih Sayang.
28
Bab 28. Les Dan Kenalan Baru.
29
Bab 29. Kejutan Menjelang Sore
30
Bab 30. Memecahkan Persoalan.
31
Bab 31. I Miss You.
32
Bab 32. Hadiah Mami.
33
Bab 33. Aurora Lagi.
34
Bab 34. Perhatian Vim.
35
Bab 35. Jamuan Kecil.
36
Bab 36. Kemenangan.
37
Bab 37. Liburan di bungalow.
38
Bab 38. Bincang Malam.
39
Bab 39. Liburan di Bungalow 1.
40
Bab 40. Liburan di Bungalow 2
41
Bab 41. Rendezvous ??
42
Bab 42. Kekesalan yang sirna.
43
Bab 43. Pulang.
44
Bab 44. Dia bahagia Bersamaku.
45
Bab 45. Harapan.
46
Bab 46. Hadiah berharga.
47
Bab 47. Ririn si teman lama.
48
Bab 48. Rencana Vim.
49
Bab 49. Bila perlu hancurkan.
50
Bab 50. Kenalan Baru.
51
Bba 51. Merindu.
52
Bab 52. Tuduhanmu.
53
Bab 53. Cemburu dan Curiga.
54
Bab 54. Di toko Laras.
55
Bab 55. Pusing mendera.
56
Bab 56. Mengganggu pikiran.
57
Bab 57. Amplop misterius.
58
Bab 58. Romantisme kecil.
59
Bab 59. Mencari jawaban.
60
Bab 60. Mencari jawaban 1.
61
Bab 61. Menyusul Laras.
62
Bab 62. Ketahuan ibu.
63
Bab 63. Di hari Minggu.
64
Bab 64. Mengantarkan pesanan.
65
Bab 65. Aku mencintainya.
66
Bab 66. Shopping berdua.
67
Bab 67. Perdebatan.
68
Bab 68. Dia menggenggam persahabatan.
69
Bab 69. Suatu pagi.
70
Bab 70. Kado tak diinginkan.
71
Bab 71. Kado dari Vim.
72
Bab 72. Menolong Edo.
73
Bab 73. Di Rumah Sakit.
74
Babb74. Aku menahan rasa.
75
Bab 75. Tidak bisa memilih.
76
Bab 76. Meminta persetujuan.
77
Bab 77. Menghadiri rapat.
78
Bab 78. Kangen toko.
79
Bab 79. Obrolan pagi hari.
80
Bab 80. Resah gelisah.
81
Bab 81. Mencari Vim.
82
Bab 82. Malam yang damai.
83
Bab 83. Indahnya berdua.
84
Bab 84. Kiriman mami
85
Bab 85. Mengapa terburu-buru
86
Bab 86. Janji makan malam
87
Bab 87. Dia datang.
88
Bab. 88. Tidak boleh hadir.
89
Bab. 89. Reuni pagi.
90
Bab 90. Malam reuni.
91
Bab 91. Ingin liburan.
92
Bab 92. Resah menyelinap.
93
Bab 93. Mami datang.
94
Bab 94. Inikah tanda?
95
Bab 95. Berita baik.
96
Bab 96. Di rumah mami.
97
Bab 97. Perhatian Vim.
98
Bab 98. Ingin rujak
99
Bab 99. Berjauhan sementara.
100
Bab 100. Empat bulan.
101
Bab 101. Persiapan.
102
Bab 102. Waktu berputar.
103
Bab 103. Malaikat kecil.
104
Bab 104. Baby boy pulang.
105
Bab 105. Kesepian.
106
Bab 106. Bahagia yang sempurna.
107
Bab 107. Duka.
108
Bab 108. Aku tak berdaya.
109
Bab 109. Percaya diri yang hilang
110
Bab 110. Tinggalkan aku.
111
Bab 111. Berusaha.
112
Bab 112. Terus berusaha.
113
Bab 113. Kau pecundang Vim.
114
Bab 114. Selalu setia.
115
Bab 115. Masih ada bahagia.
116
Bab 116. Dua lelaki lain.
117
Bab 117. Ditinggalkan.
118
Bab 118. Satu rasa.
119
Bab 119. Pilihan.
120
Bab 120. Harapan.
121
Bab 121. Pertemuan.
122
Bab 122. Bahagia menjelang.
123
Bab 123. Pulang ke rumah.
124
Bab 124. Menyelamatkan rumah.
125
Bab 125. Cerita di kala hujan.
126
Bab 126. Roni mengancam
127
Bab 127. Edo butuh perhatian.
128
Bab 128. Aku takkan mengalah.
129
Bab 129. Mencurigakan.
130
Bab 130. Di tempat asing.
131
Bab 131. Berusaha.
132
Bab 132. Dalam tawanan 1
133
Bab 133. Dalam tawanan 2.
134
Bab 134. Rencana
135
Bab 135. Memulai petualangan.
136
Bab 136. Diterima
137
Bab 137. Dekat tapi jauh.
138
Bab 138.
139
Bab 139. Ini aku sayang.
140
Bab 140. Berhasil.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!